Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Setelah
mandi, Fadly dan Dharma pamitan pada Andre hendak kembali ke kamar mereka.
Namun Andre melarang, ia mengajak kedua ajudan itu istirahat dulu di kamarnya.
Andre masih ingin bersama-sama dengan kedua ajudan ganteng itu.
“Kita
istirahat sambil ngobrol-ngobrol di sini aja dulu,” kata Andre pada Fadly dan
Dharma. Kedua ajudan itu mulanya menolak karena kuatir kedua orang tua Andre
akan pulang tak lama lagi. “Cuek aja Mas. Kalo papa dan mama pulang juga gak
akan ke kamar Andre. Pasti mereka langsung istirahat. Kan capek setelah
menghadiri acara resepsi di istana,” jawab Andre menghilangkan kekuatiran kedua
ajudan ganteng itu. Akhirnya Fadly dan Dharma setuju.
Ketiganya
lalu merebahkan diri di ranjang Andre yang empuk. Mereka tidur bersisian sambil
menonton acara televisi yang ada di kamar Andre. Sang ajudan mengapit Andre
yang berbaring di tengah.
“Sejak kapan
sih Mas Dharma dan Mas Fadly mulai ginian?” tanya Andre tiba-tiba.
“Mulai
ginian gimana maksud Mas Andre?” tanya Fadly yang berbaring di sisi kanan
Andre.
“Ya ginian,
masak gak ngerti sih?” kata Andre lagi.
“Saya
benar-benar gak ngerti Mas,” sahut Fadly. Sementara di sisi kiri Andre, Dharma
hanya berbaring diam menyaksikan siaran televisi.
“Ngentot
dengan cowok,” sahut Andre.
“Oooo …,”
kata Fadly.
“Sejak kapan
Mas?” tanya Andre lagi.
“Emang kalo
Mas Andre sejak kapan?” tanya Fadly balik.
“Mas Fadly
ditanya kok malah balik bertanya sih?”
“Kenapa Mas
Andre bertanya begitu?”
“Pengen tau
aja. Soalnya Mas berduakan ganteng-ganteng dan macho-macho. Kok bisa,”
“Apa bedanya
dengan Mas Andre?” kali ini Dharma yang menyahut. Fadly terkekeh.
“Bener juga
ya,” kata Andre.
“Kalau Mas
Andre sejak kapan?” tanya Dharma.
“Sejak masuk
SMA,” sahut Andre.
“O, ya?
Siapa yang ngajarin?” tanya Fadly.
“Bukan
diajarin sih, tapi ditularin sama senior Andre,” sahut Andre.
“Hehehe,
mirip dong,” kata Fadly.
“Mirip? Mas
Fadly ditularin senior di SMA juga?”
“Bukan di
SMA, tapi di STPDN,” kata Dharma.
“Gimana
ceritanya?” tanya Andre.
“Ya, gitu
deh,” kata Fadly lagi.
“Ceritain
dong,” kata Andre.
“Untuk apa?”
“Pengen tau
aja Mas, itung-itung cerita menjelang perpisahan,” kata Andre.
“Gimana
Dhar?” tanya Fadly pada Dharma.
“Terserah.
Tapi saya ada permintaan ke Mas Andre,” kata Dharma.
“Permintaan
apa?” tanya Andre.
“Kalo kami
ceritain pengalaman kami, Mas Andre juga harus ceritain juga pengalaman Mas
Andre,”
“Oke,” sahut
Andre.
Fadly dan
Dharmapun mulai bercerita. Andre serius mendengarkan.
***
Fadly
berasal dari Makassar sedangkan Dharma berasal dari Manado. Keduanya lahir dan
dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang relijius sesuai agama masing-masing.
Keduanya bersahabat kental sejak pertama kali menginjakkan kaki mereka di
STPDN.
“Kami punya
dua sahabat kental lagi namanya Dadang dan Yusuf. Dadang berasal dari Banten
sedangkan Yusuf berasal dari Aceh,” kata Fadly.
“O, ya. Asik
dong, mereka pati kayak Mas berdua jugakan?” tanya Andre nyengir. Fadly dan
Dharma tertawa dan melanjutkan cerita mereka.
Fadly,
Dharma, Dadang dan Yusuf tinggal bersama dalam satu kamar di asrama. Segala
kegiatan selalu mereka lakukan bersama-sama, mulai dari belajar, olah raga,
kegiatan organisasi, plesir, sampai godain praja putri. Suatu hari di
pertengahan semester awal mereka berempat pergi plesiran dengan empat orang
praja putri cantik yang mereka rencanakan untuk dijadiin pacar (pacaran kok
direncanain, hehe).
Sekembalinya
dari plesiran sekitar pukul 21.00 WIB, keempatnya mandi bersama di kamar mandi
umum yang ada di asrama. Karena sudah malam hanya mereka berempat yang mandi di
dalam kamar mandi umum yang ukurannya cukup luas itu. Kamar mandi itu memang
bisa menampung dua puluh orang sekaligus karenanya disebut kamar mandi umum.
Kebiasaan
mandi bersama ini mulanya agak aneh bagi keduanya, khususnya Fadly yang pernah
menjadi ketua rohis di SMA-nya dulu. Selama ini ia tak pernah mempertontonkan
auratnya pada siapapun termasuk sesama jenis. Namun karena kebiasaan mandi
bersama ini merupakan tradisi di STPDN mau tak mau akhirnya ia membiasakan
dirinya. Sejak di STPDN ia terbiasa melihat praja cowok lain telanjang bulat
dan sebaliknya membiarkan praja cowok lain melihatnya dalam keadaan telanjang
bulat.
Saat asik
mandi sambil ngobrol dan bercanda-canda tentang praja putri yang menjadi
pasangan mereka dan apa yang mereka lakukan saat plesiran tadi tiba-tiba empat
orang senior yang merupakan kakak asuh mereka (dan entah mengapa keempat kakak
asuh mereka ini kebetulan juga bersahabat kental) memasuki kamar mandi. Keempat
senior itu sepertinya tidak akan mandi juga seperti Fadly dan teman-temannya
karena mereka tidak membawa perlengkapan mandi sama sekali. Keempat senior itu
datang dengan mengenakan pakaian santai berupa baju kaos dan celana pendek
doang.
Kamar mandi
asrama mereka memang tidak biasa dikunci. Siapa saja bebas keluar-masuk untuk
menggunakan kamar mandi meskipun di dalam ada orang lain yang sedang
menggunakan kamar mandi itu.
“Kalian
berempat dari mana?” tanya salah seorang kakak asuh dengan suara ramah namun
berwibawa. Kakak asuh yang bertanya ini namanya Samuel, berasal dari Nusa
Tenggara Timur. Tubuhnya kekar dibungkus kulitnya yang sawo matang cenderung
gelap. Wajahnya tentu saja ganteng. Ia menjabat sebagai walikota di asrama tempat
Fadly dan teman-temannya. Samuel adalah kakak asuh Fadly.
Keempatnya
segera berdiri tegak dengan sikap sempurna tak sempat mengambil handuk untuk
menutupi tubuh mereka yang yang masih telanjang bulat dan basah bercampur busa
sabun. Keempatnya memang sangat segan dengan para kakak asuh mereka ini.
“Siap! Kami
plesir!” sahut mereka serempak.
“Udah, gak
usah sikap sempurna. Santai aja,” kata senior yang lain. Kakak asuh yang bicara
ini bernama Wayan, berasal dari Bali. Tubuhnya lebih ramping dibandingkan
Samuel namun atletis juga. Kulitnya sawo matang. Wayan adalah kakak asuh
Dadang. Ia menjabat sebagai salah seorang pengurus di pemerintahan mahasiswa
STPDN.
“Iya santai
saja, inikan tidak di lapangan,” kata senior yang lain lagi. Kakak asuh yang
berbicara ini bernama Sakti, berasal dari Sumatera Utara. Dibandingkan kakak
asuh yang lain Sakti berwajah paling ganteng dan berkulit paling putih. Sakti
ini menjabat sebagai Wakil Walikota di pemerintahan mahasiswa. Ia adalah kakak
asuh Yusuf. Sakti juga lebih lembut saat berbicara. Mendengar kata-kata Sakti,
Fadly dan teman-temannya kini lebih relaks dan tidak sekaku tadi. “Kenapa
kalian plesir bersama-sama dengan praja putri. Itukan pelanggaran,” tambah
Sakti lagi.
“Kalau pihak
lembaga mengetahuinya kalian bisa dikeluarkan,” kata senior lain bernama Ryan,
berasal dari Jakarta. Seperti kakak asuh yang lain, Ryan juga ganteng dan
kekar. Ia adalah kakak asuh Dharma.
“Mohon maaf
kak, kami salah,” sahut Dharma memohon maaf dan seolah-olah mengharapkan
pembelaan dari Ryan kakak asuhnya yang selama ini selalu membantu dan
membimbingnya.
Para kakak
asuh memang bertugas untuk membantu dan membimbing adik asuh mereka. Mereka
sangat ramah dan penuh perhatian pada adik asuhnya. Karena itu hubungan antara
kakak dan adik asuh biasanya terjalin akrab. Namun situasi kali ini dirasakan
oleh Fadly dan teman-temannya sangat berbeda. Mereka sangat takut kalau kakak
asuh mereka yang selama ini baik pada mereka akan melaporkan pelanggaran yang
mereka lakukan.
Melakukan
hubungan percintaan dengan praja putri memang termasuk pelanggaran di STPDN
karenanya dilarang. Hal ini disebabkan pihak kampus tidak mau mengambil risiko
sedikitpun terjadinya hal-hal yang bukan tidak mungkin bisa terjadi karena
adanya hubungan percintaan ini, misalnya hamil di luar nikah. Karena itu
hubungan percintaan antar praja biasanya dilakukan sembunyi-sembunyi. Namun
pihak kampus tidak pernah memikirkan larangan ini malahan menimbulkan efek
negatif berupa prilaku sex menyimpang. Dan sistem hubungan kakak-adik asuh semakin
menumbuhsuburkan prilaku sex menyimpang itu.
“Kami siap
menerima hukuman kak,” kata Fadly.
“Jangan
laporkan kami kak,” kata Dadang.
Yusuf hanya
menunduk lesu. Meskipun diam ia juga sangat ketakutan seperti ketiga temannya
yang lain. Siapa juga yang rela dikeluarkan dari STPDN setelah orang tua mereka
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit agar anak mereka bisa lulus pada seleksi
penerimaan pendidikan calon birokrat yang sarat KKN itu?
“Kenapa
kalian plesiran dengan para praja putri. Kaliankan sudah mengetahui itu
dilarang. Kami sebagai kakak asuh kalian sudah berkali-kali mengingatkan kalian
jangan sekali-kali melanggar larangan disini,” kata Samuel, sang walikota
bergaya bijak.
“Kalian udah
kebelet pengen kawin ya?” kata Ryan menggoda keempatnya. Dharma, Fadly, Dadang,
dan Yusuf menggeleng-geleng dengan sikap malu-malu dan takut.
“Kalau kawin
sih pasti bisa. Ngelihat ukuran kontol kalian yang gede-gede kayaknya
cewek-cewek pada doyan deh kawin sama kalian, hehehe,” kata Wayan.
“Ngentot
maksud Lho,” sambut Ryan yang meski ramah tapi kalo ngomong memang lebih asal
dibandingkan yang lain.
“Iya,
ngentot maksud Gue, hehehehe,” jawab Wayan.
Keempat
senior itu kemudian tertawa bersama-sama. Fadly dan teman-temannya hanya bisa
tersenyum kecut.
“Tapi
pastiin dulu nih, adik-asik asuh kita yang ganteng-ganteng dan macho-macho ini
udah bisa kawin apa bElon? Belum tentukan kalo punya kontol gede pasti bisa
muasin calon istrinya,” kata Ryan.
“Maksud Lo
gimana nih?” tanya Wayan.
“Bisa
ngaceng gak kontol mereka ngelihat memek,” sambung Ryan lagi.
“Di tes aja
kalo gitu,” sambung Wayan lagi.
“Bener-bener.
Gue setuju di tes aja. Bisa ngaceng gak mereka?” kata Ryan, “ Tapi gimana
caranya ngetesnya? Disinikan gak ada memek?”
“Kebetulan
Gue bawa majalah Playboy nih. Coba kita liat mereka ngaceng gak kalo ngeliat
memek-memek bule, hehehe,” kata Wayan. Sepertinya para kakak asuh ini sudah
menyusun rencana untuk mengerjain adik asuh mereka sampai-sampai sempat
membawa-bawa majalah porno segala.
Percakapan
itu memang hanya terjadi antara Ryan dan Wayan saja. Sementara Samuel dan Sakti
lebih banyak diam dan hanya tersenyum-senyum. Fadly, Dharma, Yusuf, dan Dadang
salah tingkah mendengar pembicaraan dua kakak asuh mereka itu.
“Siapa yang
duluan di tes nih?” tanya Wayan
“Fadly, sini
Lo!” kata Ryan. Ia mengambil majalah Playboy yang dipegang Wayan.
“Siap kak!’
sahut Fadly. Ia segera berjalan mendekati kakak asuh yang memanggilnya itu.
“Coba Lo
liat nih bule telanjang,” kata Ryan. Majalah Playboy yang dipegangnya
dikembangkannya di hadapan Fadly.
Dengan
takut-takut Fadly memandang halaman majalah Playboy yang terbuka itu. Halaman
itu menampilkan seorang gadis bule blonde telanjang bulat yang sedang
mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Memeknya yang merah muda dihiasi
jembut-jembut halus warna pirang terpampang jelas di mata Fadly.
Ryan
membalik-balik halaman demi halaman majalah. Berbagai pose gadis telanjang
bulat yang menggairahkan diangsurkannya ke tatapan Fadly. Semenit berlalu,
namun Fadly gak bisa ngaceng.
“Payah Lo!”
kata Ryan, “Dharma sini Lo!” seru Ryan memanggil Dharma. Fadly dibiarkannya
tetap berdiri di depannya. Cowok Makassar itu hanya bisa menunduk.
“Siap kak!”
sahut Dharma. Ia segera mendekati Ryan dan berdiri di samping Fadly.
Ryan kembali
memampangkan gambar-gambar porno itu. Kali ini ke hadapan Dharma. Sama seperti Fadly, Dharma juga gak bisa ngaceng.
“Gimana sih
Lo berdua? Penampilan macho, kontol gede, tapi liat gambar gituan gak bisa
ngaceng,” kata Wayan.
Dadang dan
Yusuf lalu dipanggil juga untuk mendekat dan melihat gambar-gambar cabul itu.
Sama seperti Fadly dan Dharma mereka juga gak bisa ngaceng.
“Payah Lo
semua,” kata Wayan dan Ryan serempak. Samuel dan Sakti hanya memperhatikan
sambil tersenyum-senyum.
Fadly,
Dharma, Dadang, dan Yusuf hanya bisa menundukkan kepala (atas buka kepala
bawahm hehehe) mereka dalam-dalam.
“Malu-maluin
aja nih kalian,” kata Wayan.
“Gimana mau
kawin kalo kalian gak bisa ngaceng,” kata Ryan.
“Maaf kak,”
kata Dharma dengan suara pelan.
“Maaf
kenapa? Maaf karena gak bisa ngaceng?” tanya Ryan.
“Iya kak,”
sahut Dharma lagi.
Keempat
senior itu tertawa mendengar jawaban Dharma.
“Atau kalian
memerlukan bantuan?” tiba-tiba Sakti berbicara dari tempatnya berdiri.
“Iya bener,
kalau kalian memerlukan bantuan ngomong dong. Kami kan kakak asuh kalian, kalau
kalian minta tolong kami pasti akan membantu kalian,” kata Ryan membenarkan
kata-kata Sakti.
Fadly,
Dharma, Dadang, dan Yusuf bingung, bantuan apa yang dimaksudkan oleh kakak asuh
mereka itu, namun mereka tak berani bertanya apa maksud kata-kata itu.
“Kok diam?”
tanya Sakti lembut. Ia mendekati Yusuf adik asuhnya.
“Kalau mau
dibantu ngomong dong. Jangan membisu,” kata Wayan lagi.
Akhirnya
karena tak tahu harus menjawab apalagi dan tak berani menanyakan maksud bantuan
para senior itu, keempatnya hanya mengangguk.
“Jadi kalian
memerlukan bantuan kami?” tanya Samuel menegaskan. Ia berjalan dengan gagah
mendekati keempat praja junior yang menunduk itu.
Fadly,
Dharma, Dadang, dan Yusuf kembali menganggukkan kepala mereka kuat-kuat.
“Baiklah
kalo begitu. Sekarang kalian berempat balik kanan!” perintah Samuel mengambil
alih situasi.
Keempatnya
menurut. Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf kini membelakangi keempat senior
mereka. Wayan menuju pintu kamar mandi dan mengunci pintu itu dari dalam.
Setelah itu ia kembali ke belakang keempat praja junior itu. Suasana hening
beberapa saat. Fadly, Dharma, dadang, dan Yusuf menantikan bantuan apa yang
akan dilakukan para senior itu.
Tiba-tiba
keempat praja muda itu terkejut. Masing-masing mereka didekap dengan lembut oleh
masing-masing kakak asuh mereka dari belakang. Para senior itu sudah telanjang
bulat seperti junior mereka. Lebih lagi, kontol para senior itu sudah ngaceng
dan sengaja mereka tempelkan dan gesek-gesekkan ke tubuh bagian belakang para
junior mereka.
“Kak, mau
ngapain?” tanya Fadly dengan suara lirih pada Samuel yang mendekapnya. Ia
merasakan batang kontol Samuel seolah-olah terong ungu yang sedang
menggesek-gesek buah pantatnya. “Gede banget kontol Kak Samuel,” batin Fadly
dalam hati.
“Katanya
tadi kalian minta bantuan,” sahut Samuel. Jemari tangan kanannya mengelus-elus
tubuh bagian depan Fadly, mulai dari dadanya yang bidang sampai ke perutnya
yang berkotak-kotak. Sementara jemari tangan kirinya dengan lembut
meremas-remas batang kontol praja muda itu. Hal yang sama juga dialami oleh
ketiga teman Fadly.
Rasa segan,
takut, dan malu campur aduk di benak keempat praja muda itu sehingga membuat
mereka tak berani menolak apa yang dilakukan para senior kepada mereka. Dengan
leluasa para senior melakukan rangsangan-rangsangan pada junior mereka.
“Kak, saya
bukan homo,” kata Yusuf lirih dari tempatnya berdiri pada Sakti.
“Saya tau,
saya juga bukan homo Suf,” sahut Sakti yang sedang mendekap Yusuf. Bibirnya
menjalar ke bagian belakang leher praja muda itu, mencium dan menjilat dengan
lembut. Apa yang dilakukan Sakti itu entah kenapa membuat Yusuf merasa nyaman
dan birahinya mulai bangkit.
Fadly,
Dharma, Dadang juga merasakan seperti apa yang dirasakan Yusuf. Keempatnya
terlena dan terperdaya dengan perbuatan senior mereka itu. Tanpa mereka sadari
batang kontol mereka sudah mengeras dalam genggaman senior mereka. Genggaman
tangan senior itu bergerak-gerak maju mundur berkali-kali diawali dengan
gerakan lembut dan kemudian bergerak cepat dan semakin cepat menimbulkan
sensasi nikmat buat mereka. Tanpa sadar keempat praja muda itu mengerang-erang
keenakan sampai orgasme mereka datang.
***
“Itulah
pengalaman pertama kami bersama kakak asuh kami,” kata Dharma pada Andre.
Andre
terhanyut juga mendengar cerita Fadly dan Dharma. Kontolnya kembali mengeras
mendengar pengalaman cabul kedua ajudan orang tuanya itu.
“Jadi
pertama kali itu gak langsung ngentot dong,” kata Andre.
“Ya enggak
dong,” sahut Fadly.
“Lebih seru
pengalaman Andre dong kalo gitu,” kata Andre.
“O, ya? Emang
Mas Andre pertama kali langsung ngentot?” tanya Dharma.
“Yup,”
“Gimana
ceritanya?”
“Nanti dong,
habisin dulu cerita Mas Fadly dan Mas Dharma. Nanti gantian Andre yang cerita,”
kata Andre.
Fadly dan
Dharma tersenyum mendengar jawaban Andre. Keduanya lalu kembali melanjutkan
cerita mereka.
***
Setelah
pengalaman pertama itu para senior mengajak Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf
untuk mengulangi permainan kocok kontol itu besok sorenya di kamar Samuel dan
ketiga temannya. Disinilah mereka mengajarkan keempat praja junior itu tentang
sex sejenis yang lebih lengkap. Mereka tidak hanya mengocok kontol tapi juga
melakukan kuluman dengan penuh nafsu pada batang kontol Fadly, Dharma, dan
kedua temannya.
Setelah itu
mereka meminta para praja junior itu untuk melakukan hal yang sama kepada
mereka. Karena sudah dibius nafsu setan keempat praja junior itu tak menolak
permintaan senior mereka.
“Karena
kalian sudah bersedia melakukannya dengan patuh, maka kami akan memberikan
hadiah pada kalian,” kata Samuel setelah dia bersama ketiga temannya
menyemprotkan sperma mereka ke masing-masing wajah ganteng Fadly, Dharma,
Dadang, dan Yusuf.
“Apa
hadiahnya kak?” tanya Fadly sambil mengelap wajahnya yang belepotan sperma
Samuel dengan tissue yang ada di kamar itu.
“Sakti, coba
kamu katakan pada adik-adik asuh kita yang ganteng-ganteng ini apa hadiah yang
akan mereka dapatkan dari kita,” kata Samuel pada Sakti wakilnya.
“Baiklah,”
sahut Sakti yang saat itu duduk mengangkang di atas ranjangnya sambil memeluk
tubuh Yusuf yang juga telanjang, “Hadiahnya adalah kalian kami ijinkan
menikmati lobang pantat kami sekarang,”
Fadly,
Dharma, Dadang, dan Yusuf terkejut mendengar kata-kata Sakti yang diucapkannya
dengan lembut itu. Mereka tak menyangka permainan sex yang mereka kira hanya
sebatas kocok-kocok dan kulum-kulum kontol saja sebagai sarana menyalurkan
birahi semata seperti yang dikatakan para kakak asuh mereka itu ternyata hanya
masih tahap pertama saja. Mereka tak pernah membayangkan bahwa tahap berikutnya
ternyata menikmati lobang pantat para kakak asuh mereka yang jantan-jantan itu.
Ketika azan
maghrib memanggil-manggil dari mesjid di kompleks asrama STPDN, keempat praja
junior itu sibuk menggoyang-goyangkan pantat mereka mengeluarmasukkan batang
kontol mereka yang keras di dalam lobang pantat kakak asuh mereka. Fadly
mengentoti lobang pantat Samuel yang berbaring telentang mengangkang di atas
ranjangnya. Dharma mengentoti lobang pantat Ryan yang sedang menungging sambil
berpegangan pada tiang tempat tidur yang bertingkat. Dadang berbaring di lantai
mengentoti Wayan yang menduduki batang kontolnya. Sedangkan Yusuf mengentoti
Sakti dalam posisi sama-sama berbaring setengah miring di atas ranjang Sakti.
***
“Mas Fadly
gak sholat maghrib dong,” kata Andre.
“Mau gimana
lagi, hehehe. Bukan cuman Gue yang gak sholat maghrib, Dadang, dan Yusuf juga.
Malahan Sakti yang sering jadi imam di mesjid kampus juga sedang asik dikentot
Yusuf,” sahut Fadly.
“Emang susah
ngelawan godaan setan,” celetuk Dharma.
***
Besoknya
giliran para senior yang menagih kenikmatan ngentot lobang pantat dari para
juniornya yang masih perjaka itu di kamar para junior. Tak ada alasan para
junior untuk menolak. Para senior sudah memberikan segalanya pada mereka,
karena itu para junior harus dengan rela membalas budi baik para senior itu.
“Pelan-pelan
ya kak, kami belum pernah,” kata Yusuf pada Sakti.
“Iya. Kalian
akan kami perlakukan dengan penuh kelembutan,” sahut Sakti pada Yusuf.
Tapi itu
hanya diawal saja saat penetrasi pertama kali dilakukan kedalam lobang pantat
perjaka para praja junior. Setelah batang kontol berhasil masuk selanjutnya
terserah bagaimana para senior menikmatinya. Namanya juga enak, mana mungkin
bisa ditahan-tahan. Para kakak asuh itu dengan buas menikmati lobang pantat
adik asuh mereka yang masih sempit. Sakti saja yang biasanya lembut dan santun
tak peduli saat mendengar erangan-erangan Yusuf menahan sakit gempuran batang
kontol Sakti di dalam lobang pantatnya. Ia terus bergerak buas sampai spermanya
menyembur di dalam lobang pantat adik asuhnya yang jantan dan ganteng itu.
Begitu juga yang dialami oleh Fadly, Dharma, dan Dadang oleh perlakukan kakak
asuh mereka di lobang pantat mereka. Akhirnya semalaman Fadly, Dharma, Dadang,
dan Yusuf harus menahan rasa perih di rongga lobang pantat mereka setelah diperjakai
oleh kakak asuh mereka.
Besoknya
para kakak asuh kembali mendatangi kamar adik asuh mereka dan mengulangi
perbuatan mereka semalam. Besoknya lagi, dan besoknya lagi, hingga rasa sakit
sirna dan berganti dengan rasa nikmat. Akhirnya setelah kenikmatan itu bisa
dirasakan oleh praja junior mereka tak cukup hanya melakukannya dengan para
kakak asuh mereka saja. Saat nafsu mereka menggelegak Fadly, Dharma, Dadang,
dan Yusuf bermain sendiri di dalam kamar mereka atau di dalam kamar mandi saat
mereka mandi berempat tanpa sepengetahuan kakak asuh mereka.
Selain itu
kakak asuh mereka juga memperkenalkan mereka pada praja-praja lain yang
melakukan kegiatan sex sejenis, baik yang tingkatannya di atas mereka ataupun
yang setingkat dengan mereka karena ditularkan oleh senior. Meskipun tidak
seluruhnya ternyata cukup banyak praja yang melakukan hal itu. Entah mengapa
praja-praja yang tertular umumnya ganteng-ganteng. Kalaupun tidak terlalu
ganteng mereka pasti memiliki tubuh yang bagus dan memiliki kontol yang gede.
Namun
demikian pada dasarnya mereka tetap straight karena mereka juga tetap
menjalin hubungan percintaan dengan wanita. Malahan ada salah seorang teman
mereka yang suka sex sejenis harus dikeluarkan dari STPDN karena telah
menghamili pacarnya sesama praja putri.
Prilaku sex
menyimpang ini mereka lakukan dengan sangat rahasia. Hanya sesama mereka yang
sudah tertular saja yang mengetahuinya. Teman-teman mereka yang lain sama
sekali tidak mengetahui apa yang mereka lakukan apalagi pacar-pacar mereka.
Ketika Fadly, Dharma, Dadang, dan Yusuf naik tingkat, merekapun menularkan
prilaku sex menyimpang ini pada adik-adik asuh mereka.
Ketika
memasuki dunia kerja, kebiasaan sex sejenis sempat hilang dalam kehidupan Fadly
dan Dharma, juga kedua teman mereka Yusuf dan Dadang. Dua tahun bekerja di
sebuah kantor kecamatan di daerah mereka masing-masing membuat mereka hanya
sibuk bekerja dan tidak pernah berinteraksi dengan hal tersebut lagi. Merekapun
hanya berhubungan melalui telepon sekadar menanyakan kabar masing-masing.
Namun
semuanya kembali berubah saat Fadly ditarik ke kenator pusat Depdagri di
Jakarta. Disana ia banyak bertemu dengan teman-teman sekampusnya dulu di STPDN
termasuk Sakti, seniornya. Sakti sudah menikah dan sudah dikaruniai seorang
bocah lelaki. Suatu saat mereka bertugas ke daerah berdua. Saat menginap di
hotel keduanya tak sanggup menahan nafsu dan mengulangi lagi kenikmatan yang
pernah meraka rasakan saat kuliah dulu. Hal ini merupakan titik balik
kembalinya Fadly melakukan sex sejenis.
Tak lama Fadly
juga bertemu kembali dengan Dharma, Dadang, dan Yusuf yang juga ditarik ke
Jakarta. Fisik yang oke ternyata membawa berkah buat mereka berempat. Mereka
diangkat menjadi ajudan bagi pejabat-pejabat tertentu di kantor pusat Depdagri.
Dan sejak menjadi ajudan inilah sex sejenis mulai meningkat frekuensinya mereka
lakukan.
Ternyata
para pejabat itu banyak yang doyan hal ini. Karena kebanyakan duit hasil
korupsi para pejabat ini terbenam dalam kehidupan sex bebas. Sudah menjadi
rahasia umum jika para pejabat itu memiliki wanita simpanan atau doyan ngesex
dengan pelacur kelas tinggi. Segala macam jenis variasi sex sudah mereka
lakukan dengan berbagai macam wanita untuk memuaskan fantasi sex mereka yang
liar. Rupanya lama kelamaan hal ini membosankan juga. Akhirnya mereka mencari
variasi-variasi baru dalam memuaskan nafsu sex mereka yang menggila.
Ajudan-ajudan mereka yang umumnya muda-muda dan secara fisik sangat oke
akhirnya menjadi tempat melampiaskan libido mereka dengan dalih variasi.
Termasuk yang terjadi pada Papa Andre.
Menjadi
ajudan memang enak. Apabila atasan mereka puas terhadap layanan mereka baik
layanan urusan dinas maupun urusan sex maka segala kebutuhan mereka akan
terpenuhi. Urusan duit menjadi sangat gampang. Sejak menjadi ajudan tabungan
Fadly dan Dharma bertambah terus jumlahnya. Keduanya sudah bisa membelikan
tanah dan rumah yang cukup mewah untuk orang tua mereka.
***
“Mas Dadang
dan Mas Yusuf sekarang jadi ajudan dimana Mas?” tanya Andre.
“Mas Andre
akan bertemu dengan mereka besok,” sahut Fadly.
“Maksudnya?”
tanya Andre bingung.
“Mereka
berdua yang akan menggantikan kami menjadi ajudan di rumah ini mulai besok,”
sahut Dharma.
“O, ya? Asik
dong kalo gitu, hehehe. Ngomong-ngomong kenapa harus mereka yang menggantikan
Mas berdua, bukan orang lain? Papa udah kenal juga dengan mereka sebelumnya?”
tanya Andre.
“Kami yang
merekomendasikannya pada Bapak,” sahut Fadly.
“Dan papa
langsung oke karena mereka berdua juga sama ganteng dan jantannya seperti Mas
berduakan? Jangan-jangan papa juga udah pernah ngentot dengan mereka berdua ya
Mas?” tanya Andre lagi. Meskipun sudah berbaikan dengan papanya, namun
kadang-kadang Andre kurang bisa menerima kenyataan bahwa sang papa juga
sama-sama punya hobi ngentot dengan cowok seperti dirinya.
Bersambung...
“Udah deh
Mas Andre, gak usah ngebahas soal gituan sekarang ini. Mas Andrekan tadi janji mau
cerita, nah sekarang mendingan Mas Andre mulai bercerita aja ke kami berdua,”
kata Dharma menetralisir.
“Oke, oke.
Tapi sebelum Andre cerita, Mas Fadly dan Mas Dharma harus isepin kontol Andre
dulu. Udah hampir ngecret nih dengerin cerita kalian berdua tadi. Lebih enak
ngecretnya sambil dijilat-jilatin Mas berdua,” kata Andre. Ia bisa menerima apa
yang dikatakan Dharma dan tak melanjutkan lagi pikirannya soal papanya.
Fadly dan
Dharma tersenyum mesum dan kemudian keduanya segera membungkuk di selangkangan
Andre. Keduanya segera menjilati dan mengulum-ngulum batang kontol cowok
ganteng yang memang sudah mengacung keras itu. Tak lama sperma putih kental
berlompatan dari lobang kencing Andre, dan jatuh di pipi kedua ajudan ganteng
itu.

0 komentar: