Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Andre
menarik nafas panjang. Lega dan puas rasanya setelah spermanya keluar dari
kantong buah pelirnya. Sementara kedua ajudan orang tuanya yang berbaring di
sisi kiri dan kanannya mengelap wajah mereka yang belepotan sperma Andre dengan
tissue.“Kalo begini, Andre udah enak mulain ceritanya,”
kata Andre.
“Oke, kami
siap mendengarkan,” kata Fadly dan Dharma serempak.
***
Hari itu
adalah hari pertama masuk sekolah. Andre memasuki gerbang SMA Dwi Warna dengan
langkah gagah. Ia seolah tak peduli dengan teriakan-teriakan para seniornya
yang menyuruhnya berlari menuju lapangan karena Andre sudah terlambat satu jam
tiba di sekolah.
“Kamu
membandel ya, ayo lari!” teriak seorang senior cowok yang mendekati Andre.
Wajah senior itu diangker-angkerkan. Ia berteriak sambil mau tak mau menengadah
menatap wajah ganteng Andre karena tubuhnya kalah tinggi dibandingkan Andre.
Andre tetap
cuek. Tak ada ekspresi takut di wajahnya. Tentu saja ini membuat sang senior
berang. Ia memukulkan kertas koran yang dipegangnya ke tubuh Andre. Tak sakit
memang pukulan itu namun hal ini membuat Andre balik berang. Kakinya menekel
kaki sang senior tanpa disangka-sangka oleh sang senior itu. Dengan sukses sang
senior terjerembab ke tanah disaksikan ratusan pasang mata siswa baru lainnya
yang sedang berbaris rapi di lapangan mendengarkan arahan dari Ketua OSIS dari podium
di depan siswa baru itu.
Andrepun
segera diamankan oleh empat senior lain yang berbadan tinggi besar. Tak ada
penolakan Andre atas pengamanan itu. Oleh keempat seniornya itu, ia dibawa ke
sebuah ruangan kelas kosong. Ruangan itu digunakan khusus sebagai tempat
menghukum siswa baru yang membandel. Andre adalah siswa baru pertama yang
dibawa ke ruangan itu.
Tiga jam
Andre ditingkalkan seorang diri di dalam kelas itu. Ini memang metode yang
paling efektif untuk menurunkan mental seseorang daripada dimarahi atau
ditakut-takuti. Kebosanan yang timbul karena dicuekin akan membuat seseorang
yang keras menjadi lemah. Begitulah yang dialami Andre saat ini.
Ketika tiga
orang senior cowok datang menemuinya di ruangan itu, Andre sudah tak bersikap
cuek seperti tadi. Ia memperhatikan tiga senior itu dengan penuh perhatian.
“Saya Doni,
Ketua OSIS di sekolah ini,” kata seorang senior yang paling ganteng dan paling
tinggi di antara dua temannya yang lain. Kalau sama-sama berdiri Andre yakin
tingginya sama dengan tinggi Doni.
“Saya sangat kecewa dengan apa yang kamu
lakukan tadi. Apakah kamu sendiri tidak malu dengan perbuatan kamu itu? Lebih
lagi bagaimana jika siswa lainnya mengetahui siapa orang tua kamu. Apakah
perbuatanmu itu tidak mempermalukan orang tuamu?”
“Deg!” jantung
Andre berdegup kencang mendengar kata-kata Doni. Andre terpengaruh dengan
kata-kata Ketua OSIS itu. Ia tak mau orang tuanya malu dengan perbuatannya.
“Maafkan
saya,” kata Andre lirih. Suaranya pelan.
“Tinggalkan
kami berdua,” kata Doni pada kedua temannya, “saya akan bicara dengan jagoan
kita ini,” kata Doni. Kata-kata “jagoan” ditekankannya saat bicara. Ia
menyindir Andre rupanya. Andre sadar dengan sindiran itu. Ia semakin merasa
kecil di depan Ketua OSIS yang tidak hanya ganteng namun ternyata pandai bicara
itu. Doni sepertinya berwawasan luas dan pintar. Andre sadar ia memang cepat
lemah dihadapan orang-orang berwawasan luas dan pintar seperti Doni ini.
Kedua cowok
ganteng beda tingkat itu kini hanya tinggal berdua di ruang kelas itu. Doni
menarik sebuah kursi dan meletakkannya didepan Andre. Kemudian Doni duduk di
kursi itu.
“Saya tahu
kamu siapa Ndre. Saya juga tahu kamu pernah jadi Ketua OSIS ketika di SMP kamu
dulu. Saya mengira kamu orang baik namun tak saya sangka ternyata kamu orang
yang sombong,” kata Doni.
“Maafkan
saya,” sekali lagi Andre mengatakan kata maaf pada Doni. Ia menundukkan
kepalanya dalam-dalam.
“Oke, mari
kita bicara lebih santai tidak usah sekaku ini. Ketika Gue mempelajari
data-data siswa potensial yang diterima di sekolah ini, terus terang Gue
menominasikan Elo sebagai salah satu calon pengganti Gue sebagai Ketua OSIS di
sekolah ini. Tapi tak disangka Elo malah bertingkah di hari pertama Elo masuk
sekolah. Ada apa dengan Lo, Ndre?” tanya Doni.
“Maafkan Gue
kak. Gue gak suka dengan acara ospek seperti ini,” sahut Andre. Ia mulai merasa
nyaman berbicara dengan Doni. “Ketika SMP dulu Gue menghapuskan kegiatan
seperti ini. Gue ganti dengan acara ramah tamah bersama para siswa baru.
Menurut Gue, hal itu lebih mendekatkan hubungan adik dan kakak kelas daripada
ospek yang penuh bentakan-benatakan seperti itu,”
“Ternyata Lo
punya pikiran jernih juga. Kenapa pikiran seperti ini tidak membuat Lo bijak
dan mengutarakannya dalam forum yang tepat dan tidak seperti tadi caranya,”
sahut Doni.
Andre
menengadahkan kepalanya yang menunduk. Ia mulai berani menatap Doni. Ketua OSIS
yang ganteng itu duduk dengan santai namun terlihat gagah didepannya. Tubuhnya
terlihat jelas di baju putihnya yang sedikit ngepas. Detik itu Andre merasa
kagum pada Doni. Kekaguman itu tak lebih dari perasaan seperti menemukan
seorang kakak yang tak pernah dimilikinya selama ini karena ia anak tunggal.
Bukan kekaguman dalam arti cabul.
***
“Saya belum
pernah punya pikiran tentang hubungan sex sejenis waktu itu Mas,” kata Andre
tiba-tiba menyela ceritanya.
“Iya, saya
tahu. Gak perlu dijelasin, lanjut aja ceritanya,” kata Fadly yang merasa
terganggu karena Andre menyela ceritanya tiba-tiba.
***
“Sekarang Lo
mau apa Ndre?” tanya Doni.
“Gue akan
minta maaf kepada kakak senior tadi di depan seluruh siswa,” sahut Andre.
“Oke. Terus
Elo akan ikut acara ospek ini?”
“Gue akan
ikut meskipun Gue tidak suka. Tapi sejak saat ini Gue akan berjuang agar acara
ospek seperti ini tak akan ada lagi di SMA Dwi Warna,”
“Kalo gitu
Lo harus berjuang jadi Ketua OSIS tahun depan agar bisa merealisasikannya,”
“Ya, Gue
akan berjuang untuk menjadi Ketua OSIS tahun depan,” sahut Andre mantap.
“Gue emang
gak salah menominasikan Elo sebagai calon pengganti Gue Ndre. Gue adalah
pendukung pertama Elo untuk menduduki jabatan itu,” kata Doni.
“Tolong
bimbing Gue, kak,” kata Andre. Ia semakin kagum pada kakak kelasnya itu.
Andre
memenuhi janjinya pada Doni untuk meminta maaf di depan seluruh siswa dan
mengikuti seluruh kegiatan ospek tanpa melakukan pelanggaran sama sekali. Andre
menjadi anak yang paling disukai selama kegiatan ospek dan akhirnya ia mendapat
anugerah sebagai peserta terbaik di akhir acara.
Andre dan
Donipun menjadi teman akrab. Doni seringkali mengajak Andre untuk berbicara di
ruangan OSIS baik bersama-sama dengan pengurus yang lain ataupun hanya berdua.
Kebetulan keduanya juga punya hobi berbagai bidang olah raga karenanya
frekuensi mereka bertemu semakin sering. Tidak hanya di ruang OSIS tapi juga di
lapangan olah raga. Mereka berdua menjadi motor penggerak kegiatan olah raga
dan banyak menyumbangkan prestasi yang mengharumkan nama sekolah mereka.
Saking
akrabnya Andre dan Doni seringkali saling curhat tentang urusan pribadi
masing-masing. Termasuk urusan cewek yang memang selalu menghiasi kehidupan
mereka. Gimana enggak keduanya ganteng dan populer, tentu saja para cewek
langsung terpikat bila melihat mereka. Kebetulan juga keduanya sama-sama
playboy sehingga urusan cewek ini banyak sekali menjadi pembahasan mereka
berdua saat curhat.
Satu kali
usai latihan basket, Doni mengajak Andre singgah sebentar ke ruang OSIS
sementara teman-teman mereka yang lain satu per satu mulai berpulangan.
Kompleks sekolah sudah sepi. Hari sudah mulai gelap.
“Ada hal
yang perlu Gue omongin berdua aja,” kata Doni.
“Oke,” sahut
Andre.
Keduanya
lalu menuju ruangan OSIS yang berada di bagian belakang SMA Dwi Warna.
Kebetulan ruangan OSIS letaknya berbatasan dengan pintu gerbang kecil di
belakang sekolah yang langsung menghadap ke jalan raya. Sehingga keluar masuk
ruangan OSIS tidak perlu melewati pintu gerbang utama di depan. Sebagai Ketua
OSIS, Doni memiliki kunci sendiri dan apabila pengurus OSIS memiliki kegiatan
dan harus ngumpul di sana mereka selalu datang dari pintu belakang itu. Ruangan
OSIS itu memiliki halaman meskipun tidak terlalu luas, namun cukup sebagai
tempat parkir untuk lima sepeda motor. Doni dan Andre apabila harus pulang
malam dari sekolah selalu memarkirkan sepeda motor mereka di halaman itu,
seperti juga hari ini.
“Lo mau
ngomongin soal apa Don?” tanya Andre ketika mereka berdua sudah tiba di dalam
ruangan OSIS. Sejak selesai acara ospek, Doni menyuruh Andre tak lagi
memanggilnya kakak. Tapi cukup menyebut namanya saja.
“Gue males
pulang ke rumah Ndre,” sahut Doni.
“Emang ada
masalah apa di rumah Lo, Don?” tanya Andre.
“Gue ribut
sama bokap semalam. Bokap Gue maksain supaya Gue masuk Akpol. Padahal Gue
pengennya masuk Akmil. Gue males jadi polisi kayak bokap. Gue sukanya jadi
tentara Ndre. Gue males ketemu bokap malam ini. Pasti entar ribut lagi. Gue mau
tidur disini. Lo temani Gue sampai agak maleman deh. Lo gak ada acara dengan
siapa-siapakan?” tanya Doni.
“Gak ada
sih. Tapi entar nyokap Lo gak kawatir kalo Elo gak balik ke rumah malem ini?”
tanya Andre.
“Nyokap Gue udah
gak ada Ndre,” kata Doni sendu.
“Sorry Don.
Gue gak tahu kalo nyokap Elo udah gak ada,” kata Andre serba salah.
“Gak papa
Ndre,” sahut Doni.
“Engg…, Don
gimana lebih enaknya kalo kita jalan-jalan aja dulu. Disini juga gak ada yang
bisa kita lakuin selaen duduk doang. Entar habis jalan-jalan agak maleman kita
balik kesini lagi dan Elo kalau mau nginep disini boleh atau apa gak sebaiknya
Lo nginep di rumah Gue aja,” ajak Andre dengan kalimat yang sangat hati-hati.
Ia tak mau perasaan Doni yang sedang kurang baik saat itu jadi makin tidak baik
dengan kalimatnya kalo salah.
“Bener juga
Lo, Ndre. Tapi kita keringetan gini dan bau Ndre. Gak enakkan pake baju ganti
kalo badan keringetan. Gimana kalo kita mandi aja dulu disini,” sahut Doni.
Ruangan OSIS
itu memang memiliki kamar mandi sendiri. Bersih, karena seluruh pengurus selalu
menjaga kebersihannya. Seksi kebersihan punya tugas untuk mengkoordinasikan
kebersihan seluruh ruangan OSIS termasuk kamar mandi dengan membayar khusus
petugas kebersihan sekolah untuk membersihkan ruangan OSIS itu.
“Gue setuju.
Kita mandi dulu disini. Kalo badan keringatan kan bau, entar orang yang ada
dideket kita bisa pingsan mencium bau kita, hehehe,” kata Andre. Doni ikut
tertawa mendengar kata-kata Andre itu.
“Ayo kita
mandi,” kata Doni.
“Ayo,” sahut
Andre.
***
“Pasti di
kamar mandi itu kejadian kan Mas Andre. Kenapa semuanya harus bermula dari
kamar mandi?” tanya Dharma.
“Bener juga
Lo Dhar. Kita juga awalnya di kamar mandi. Kalian juga sudah sering mandi
berdua ya?” tanya Fadly.
“Mandi
berdua bElon pernah. Tapi biasanya kalo habis latihan basket, kita anak-anak
basket biasa mandi bersama di kamar mandi sekolah,” sahut Andre, “udah deh,
jangan nyela. Mau dilanjutin gak ceritanya?”
“Lanjut,”
***
Keduanya
masuk ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan OSIS. Kamar mandi itu bukan
seperti kamar mandi umum di sudut-sudut kelas yang berukuran luas. Kamar mandi
itu ukurannya sangat kecil hanya dua kali dua meter, sudah termasuk bak mandi
dan satu closet.
“Kamar
mandinya kecil banget Don. Susah nih mandi berdua didalem sini,” kata Andre.
“Cuek aja.
Kita berdua doang juga. Kena-kena dikit ya nyante ajalah. Emang Lo terangsang
sama Gue?” tanya Doni. Tatapannya memandang Andre dengan tajam. Andre tak
pernah melihat tatapan Doni seperti itu.
Andrepun tak
berkomentar lagi. Ia segera menelanjangi dirinya dan melemparkan seluruh
pakaian basketnya ke luar kamar mandi. Donipun menelanjangi diri dan ikut
melemparkan baju basketnya ke luar kamar mandi seperti Andre. Baju mereka
berserakan di lantai ruangan OSIS.
Tubuh tinggi
kekar mereka bergesekan karena ruangan kamar mandi yang sempit. Saking
sempitnya Andre tak bisa dengan leluasa melihat ke bagian bawah tubuhnya.
Beberapa kali ia bersitatap dengan Doni. Seperti tadi tatapan Doni dirasakan
Andre tak seperti biasa.
Doni
mengawali membasahi tubuhnya yang telanjang bulat dengan air yang diciduknya
dengan gayung dari dalam bak mandi. Setelah itu ia menyabuni tubuhnya. Andrepun
menyusul membasahi tubuhnya dengan air dari gayung. Mereka harus bergantian
karena gayung hanya satu di kamar mandi itu. Setelah itu Andre menyabuni juga
tubuhnya memakai sabun yang telah selesai Doni pakai. Keduanya diam tak
berbicara. Andre tak terbiasa berduaan dengan Doni dalam keadaan sama-sama diam
seperti ini. Ia ingin mengawali pembicaraan namun tak tahu harus ngomongin apa.
Mereka melanjutkan mandi tanpa bersuara berkali-kali tubuh mereka bergesekan
karena ruangan yang sempit.
Tiba-tiba
Andre merasakan sesuatu menyenggol paha kanannya. Andre langsung menundukkan
kepalanya matanya mencari-cari benda yang menyentuhnya itu dan saat itulah
matanya tertumbuk pada selangkangan Doni yang posisinya dekat dengan paha Andre
yang tersenggol tadi, Andre langsung mElotot.
“Don, kontol
Lo kok ngaceng?” tanya Andre spontan. Matanya tetap menatap batang kontol Doni
yang sedang mengeras kaku itu. Panjang dan gemuk, membonggol tegak ke arah
atas. Andre kemudian mengalihkan pandangannya dari selangkangan Doni ke wajah
ganteng kakak kelasnya itu. Doni tersenyum pada Andre. Senyuman itu seringkali
dilihat Andre saat Doni menceritakan pengalaman sexnya dengan salah seorang
atau beberapa orang ceweknya sekaligus. Senyum Doni itu adalah sebuah senyuman
cabul.
“Gue
terangsang sama Elo Ndre,” sahut Doni. Ekspresinya tenang saja. Tak ada rasa
malu atau salah tingkah karena Andre memergoki kontolnya sedang ngaceng saat
mandi berduaan seperti itu.
“Lo sakit
Don. Lo homo ya,” kata Andre. Ia melanjutkan mandinya.
Kehidupan
metropolis memang membuat Andre seperti juga umumnya masyarakat kota besar,
apalagi Jakarta, tak aneh dengan prilaku penyimpangan seksual. Buat mereka
seperti apapun pilihan hidup seseorang itu adalah haknya dan sepanjang hal itu
tidak mengganggu hak orang lain maka tidak ada alasan untuk membencinya.
“Gue bukan
homo Ndre,” sahut Doni. Ia menyabuni kontolnya sambil mengelus-elus batang
kontol itu didepan Andre.
“Trus kenapa
Lo bisa ngaceng ngelihat Gue?” tanya Andre.
“Gak tau
deh. Tapi Gue gak selalu ngaceng kok kalo ngelihat cowok telanjang. Lo bisa
buktiinkan waktu kita mandi bareng-bareng dengan yang laen selesai latihan
basket. Suasananya kali yang membuat Gue begini. Kegesek-gesek tubuh Elo dan
lagi juga Gue udah lama gak ngentot dengan cewek Gue,” sahut Doni.
“Terserah
Elo deh. Gue udahan mandinya,” kata Andre. Ia segera membilas tubuhnya terakhir
kali dan kemudian keluar dari dalam kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat.
Doni
menyelesaikan juga mandinya kemudian mengejar Andre yang keluar duluan.
“Lo marah
Ndre?” tanya Doni.
“Enggak. Gak
ada alasan Gue marah. Tapi Gue harap Lo jangan ganggu Gue,” kata Andre. Ia
mengelap tubuhnya yang basah dengan handuknya. Kemudian segera berpakaian.
Doni juga
mengelap tubuhnya yang basah dengan handuknya sendiri. Batang kontolnya tak
lagi ngaceng.
“Lo ternyata
tak sebijak yang Gue kira Ndre,” kata Doni.
“Maksud Lo?”
tanya Andre.
“Lo langsung
menilai Gue secara sinis, setelah menyaksikan kontol Gue ngaceng,”
“Gue gak
menilai Lo sinis,” kata Andre.
“Atau
jangan-jangan Lo homophobia? Awas lo Ndre, seringkali orang yang homophobia
itu karena sebenarnya mereka merahasiakan kehomoan mereka dari orang lain,”
kata Doni.
“Jangan
ngomong sembarangan Don,” kata Andre mulai kesal.
“Terus
kenapa Lo menghindar melihat kontol Gue ngaceng? Lo kuatir kontol Lo gak lama
lagi bakalan ngaceng juga karena ngelihatnya?”
“Don, udah
deh. Gue males nemenin Elo kalo begini,” kata Andre.
“Terserah
Elo. Gue juga males punya temen homophobia,” sahut Doni.
“Deg!”
jantung Andre berdegup kencang. Ia makin kesal pada Doni. Rasanya ingin ia
menghajar kakak kelasnya itu.
Sementara
Doni kemudian duduk di atas meja di ruangan OSIS itu menghadap Andre. Cowok
ganteng yang sudah sempat memakai kaos duduk dalam posisi cabul seperti dalam
foto-foto telanjang model cowok. Kaos yang dikenakannya diangkatnya memamerkan
otot-otot perutnya yang sixpack. Selangkangannya yang telanjang
dikangkangkannya lebar-lebar. Batang kontolnya yang gemuk dan panjang tegak
keras berwarna kuning langsat kemerahan. Dengan ekspresi cabul Doni
mengocok-ngocok batang kontolnya di depan Andre.
“Mudah-mudahan
Elo gak ngaceng ngelihat ginian,” kata Doni.
Otak manusia
pada dasarnya tak memisahkan rangsangan cabul yang datang. Baik datangnya dari
cewek, cowok, atau binatang sekalipun rangsangan itu pasti diterima dan
dilanjutkan ke syaraf-syaraf tubuh. Karenanya jangan heran saat cowok straight
menonton bokep straigth mereka pasti ngaceng juga ngelihat bintang porno
cowok mengocok-ngocok kontol mereka sendiri. Perasaanlah yang kemudian
memutuskan rangsangan mana yang akan kita terima. Namun tentu saja perasaan
seperti itu hanya ada apabila manusianya memang bermoral. Sementara Andre
adalah cowok yang bisa dikatakan kurang bermoral. Hobinya juga ngentot dengan
cewek dan nonton bokep. Melihat aksi cabul Doni yang ganteng dan sexy dengan
tubuh atletis dan batang kontolnya yang gemuk dan panjang tentu saja
syaraf-syaraf di kelamin Andre bereaksi juga. Reaksi itu bukan karena ia suka
pada Doni namun karena aksi cabul Doni yang bak film porno itulah penyebabnya.
Diusia Andre
yang sedang oke-okenya, tentu saja reaksi itu cepat muncul. Handuk yang
dikenakan Andre langsung membengkak di bagian depan selangkangannya. Berhubung
batang kontol Andre juga gemuk dan panjang tentu saja jendolan yang muncul
akibat pembengkakan itu terlihat dengan sangat jelas.
“Akhirnya si
homo ngaku juga,” kata Doni.
Andre hanya
bisa terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Kenapa
dengan Gue?” batin Andre dalam hati.
***
“Haus nih
mas. Andre mau minum dulu,” kata Andre pada Fadly dan Dharma yang serius
mendengar cerita Andre. Saking seriusnya iler kedua ajudan itu hampir mengalir
dari mulut mereka yang menganga karena seriusnya mendengar cerita Andre
(hehehe, becanda ding).
“Iya,
mending kita minum dulu. Saya juga haus Mas Andre,” sahut Dharma.
“Atau
sekalian makan aja deh. Kok tiba-tiba saya jadi lapar,” kata Fadly.
“Iya,
mendingan kita sekalian makan aja, Andre juga mulai ngerasa lapar nih,” kata
Andre.
Ketiganya
lalu merapikan pakaian yang mereka kenakan. Setelah itu mereka menuju dapur dan
meminta Mbak Minah menyiapkan makanan untuk bertiga. Pembantu itu dengan patuh
menyediakan permintaan anak majikan dan kedua ajudan majikannya itu. Tak pernah
sekalipun ia membantah. Mbak Minah memang pembantu teladan (ciehhh….).
Usai makan
ketiganya kembali ke kamar Andre. Suasana kamar itu memang paling enak untuk
dibuat ngumpul-ngumpul. Ruangannya luas dan isinya lengkap. Setelah
berbasa-basi sejenak, Andre melanjutkan ceritanya.
***
“Gak usah
malu dan bingung Ndre,” kata Doni sambil berjalan mendekati adik kelasnya itu.
“Dulu Gue juga mengalami hal yang sama seperti Elo. Yang pasti Elo suka memek,
Gue juga suka memek. Kalo kebetulan hal seperti ini terjadi, nikmatin aja. Gak
usah bingung. Gak usah dipikirin,”
“Maksud lo?”
tanya Andre dengan suara lirih. Ia bingung dengan apa yang terjadi pada
dirinya.
“Maksud Gue
begini,” kata Doni sambil berjongkok didepan Andre. Dengan cepat ia melepaskan
handuk yang dikenakan Andre dan langsung melahap batang kontol Andre yang
ngaceng dengan mulutnya. Andre terkejut dan berusaha menghindar, namun
nikmatnya mulut Doni melakukan kuluman di batang kontolnya membuat Andre tak
melanjutkan penghindarannya dari Doni. Andre membiarkan saja apa yang dilakukan
Doni bahkan cowok itu mulai merintih keenakan.
“Ohhhhhhhh…..,
Enak banget Donhh…,”
“Udah
ngertikan maksud Gue? Slururppphhhh…,”
“Iyah…, Gueh
ngertih… Donhh…, ahhh…,”
Doni tak berbicara
lagi. Mulutnya kembali sibuk bekerja di batang kontol adik kelasnya itu.
Mulutnya mencaplok batang kontol gemuk panjang Andre dengan lahap. Meskipun
batang kontol itu cukup panjang dan lingkarnya gemuk, Doni berusaha untuk
memasukkan seluruh batang itu kedalam mulutnya. Ternyata hanya setengah panjang
batang kontol itu yang berhasil masuk.
Kepala
kontol Andre yang bulat bak cendawan itu dihisap Doni kuat-kuat. Tubuh Andre
sampai menggelinjang-gelinjang karena keenakan. Meskipun sudah sering merasakan
hisapan kontol dari cewek-ceweknya sejak SMP dulu, belum pernah sekalipun Andre
merasakan hisapan kontol seenak hisapan Doni ini.
Andre
menundukkan kepalanya memandang kebawah melihat apa yang dilakukan Doni di
selangkangannya. Cahaya lampu ruang OSIS yang terang benderang membuat Andre
dapat dengan jelas menyaksikan bagaimana ekspresi wajah ganteng Doni yang
terlihat sangat keenakan saat mengulumi batang kontolnya. Doni rupanya sadar
diperhatikan oleh Andre, sejenak dilepaskannya batang kontol itu dari mulutnya
lalu ia menengadah membalas pandangan Andre sambil ngomong, “Ngapain liat-liat
Gue?” tanya Doni sambil tersenyum.
“Gue suka
ngeliat Elo ngisap kontol Gue,” sahut Andre.
“Pengen
nyobain? Enak banget lho ngisep kontol,” kata Doni lagi. Pipinya menggesek-gesek
batang kontol Andre yang mengkilap karena belepotan ludah dari mulut Doni.
Andre
tergoda juga dengan tawaran Doni. Namun saat itu perasaan aneh menjalarinya.
“Elo dulu
aja deh,” sahutnya.
“Oke, lagian
juga Gue bElon puas ngisep barang Lo yang segede terong ini,” sahut Doni.
Setelah itu Ketua OSIS ganteng itu kembali melanjutkan pekerjaannya pada batang
kontol adik kelasnya.
“Gue pengen
duduk nih, lemes juga berdiri terus,” kata Andre setelah sepuluh menit Doni
mengoralnya.
Doni kembali
menghentikan oralannya. Ia kemudian berdiri tepat di depan Andre. Doni
merapatkan tubuhnya ke tubuh Andre. Tubuh telanjang mereka yang tinggi atletis
bersentuhan. Dada bertemu dada, perut bertemu perut, kontol bertemu kontol.
Doni dan Andre berpandangan beberapa saat untuk kemudian entah siapa yang
memulai keduanya saling mendekatkan bibir mereka dan lalu berciuman. Mulanya
ciuman itu mereka lakukan dengan lembut namun lama kelamaan ciuman itu berubah
menjadi ciuman buas penuh nafsu. Mulut mereka saling melumat dan menghisap
lidah satu sama lain. Keduanya berpelukan erat sambil menggesek-gesekkan tubuh.
Nafas keduanya memburu.
“Entot Gue
Ndrehh,” pinta Doni lirih.
“Gimana
caranya? Lo kan gak punya memek?” tanya Andre bego. Ia menghentikan lumatannya
di bibir Doni karena mendengar permintaan kakak kelasnya itu.
“Bego banget
sih Lho,” kata Doni tersenyum geli.
“Sorry,
sorry, Gue baru nyadar, hehehe,” sahut Andre, “Maksud Lo, Gue ngentotin bool
Elo ya, kayak Robot Gedek,”
Doni
tersenyum dan tanpa mengiyakan kata-kata Andre ia kembali melumat bibir tipis
adik kelasnya itu. Andre mebalas lumatan itu juga dengan lumatan. Untuk
beberapa saat kemudian kedua cowok ganteng itu saling melumat.
***
“Jadi
beneran nih, pengalaman pertama Mas Andre langsung ngerasain nikmatnya ngentot
ya,” sela Dharma.
“Udah
dibilangin juga. Makanya percaya dong sama Andre,” sahut Andre tersenyum
bangga.
“Pengalaman
pertama Mas Andre ngerasain dikentot juga gak?” tanya Fadly.
“Pokoknya
dengerin aja deh cerita Andre sampai selesai,” kata Andre.
“Oke,” sahut
kedua ajudan ganteng itu serempak.
***
Doni
berbaring telentang di atas meja panjang yang biasanya digunakan pengurus OSIS
sebagai meja rapat. Handuk yang tadi digunakannya untuk mengelap tubuh kini
digunakannya sebagai alas tubuhnya. Kedua kakinya terangkat dalam posisi
menyiku ditahan dengan kedua lengannya yang mengepit kakinya itu. Lipatan
pahanya yang putih terbuka lebar begitu pula celah lobang pantatnya.
Andre
berdiri di lantai dekat dengan meja tempat Doni berbaring. Posisi badannya
lurus dengan pantat Doni. Andre memandang kakak kelasnya yang berbaring dengan
posisi menggairahkan itu. Kalau seandainya saat itu yang ada di depannya adalah
seorang cewek, Andre pasti langsung mencobloskan batang kontolnya ke memek
cewek itu. Karena posisi seperti itu adalah posisi yang telah siap pakai untuk
dicoblos. Namun karena yang berbaring didepannya adalah Doni sejenak ia merasa
ragu. “Bisa gak sih kontol Gue masuk ke lobang pantat Doni yang sempit banget
kayak gitu?” batin Andre. Doni rupanya memaklumi keraguan Andre yang
memandanginya.
“Lo harus
lumuri dulu lobang pantat Gue pake ludah Lo banyak-banyak supaya licin Ndre,”
kata Doni.
“Gimana
caranya? Gue ludahi maksud lo?”
“Jangan
diludahi dong. Kasar banget. Jilat-jilat dulu kayak Lo ngejilatin memek,” sahut
Doni.
“Jorok dong
Don. Itukan tempat buat beol,” sahut Andre.
“Udah
bersih. Tadi pas mandi udah Gue bersihin sampai kedalem-dalemnya pake sabun.
Cium deh, pasti harum,”
“Kayaknya Lo
udah mempersiapkan ini semua ya,” kata Andre, “nakal Lo,”
“Habisnya
Gue nafsu sih liat Elo,” sahut Doni.
“Gue cobain
ya,”
“Cobain aja.
Lo gak bakalan nyesel deh,”
Andre
membungkukkan badannya. Kepalanya didekatkannya ke belahan pantat Doni.
Hidungnya mengendus celah lobang pantat Doni yang sempit dan berbulu-bulu
halus. Benar apa yang dikatakan Doni, lobang pantat kakak kelasnya itu berbau
harum sabun menyegarkan.
“Benerkan
kata Gue,” kata Doni.
“He eh,
harum,” sahut Andre, “lebih harum lagi kalo pake sabun sirih, kayak memek-memek
yang pernah Gue jilat,”
“Emangnya
Gue cewek?”
Andre tak
menjawab, lidahnya mulai bergerilya di celah lobang pantat Doni. Andre
mengganggap lobang pantat Doni itu seolah-olah memek. Segala keahliannya
menjilati memek dikeluarkannya. Doni merintih-rintih merasakan kenikmatan
jilatan Andre di lobang pantatnya. Namun lobang pantat bukan memek. Biasanya
kalo ngejilatin memek gak ada yang mengganggu sedangkan kalo menjilati lobang
pantat cowok ada buah peler yang mengganggu.
“Buah peler
Lo gangguin aja nih,” kata Andre sambil menjilat.
“Kok
mengganggu sih? Sekalian dijilatin aja dong Ndre sampe ke batang kontolnya
juga,” sahut Doni.
Andrepun tak
berkomentar lagi. Permintaan Doni dipenuhinya. Sambil menjilati lobang pantat
Doni sesekali ia menjilati juga buah peler kakak kelasnya yang ditumbuhi jembut
lebat itu. Mulanya ia menahan diri untuk tidak menjilat batang kontol Doni,
namun setelah beberapa saat tak tahan juga ia akan godaan gimana rasanya
menghisap batang kontol. Terlanjur basah ya mandi aja sekalian, pikir Andre.
“Ouhhh..,”
rintih Doni saat mulut Andre mencaplok batang kontolnya, “hati-hati jangan
sampe kegigit Ndre,” kata Doni memperingatkan.
“Hemmmm,
sluruppp,” itulah jawaban Andre. Cowok ganteng itu tak mau berbicara saat itu.
Rasa lain menghisap kontol yang baru pertama kali dilakukannya membuatnya ogah
untuk melepaskan batang kontol Doni yang gemuk panjang itu dari dalam mulutnya.
Andre seolah-olah lupa dengan pekerjaannya semula menjilati lobang pantat Doni
sebagai persiapan untuk menganal kakak kelasnya itu. Andre kini hanya serius
memuluti batang kontol Doni saja.
Doni merasa
capek dengan posisi berbaringnya sambil mengangkat kedua kakinya menyiku
seperti itu. Dirasakannya pula Andre sedang serius memuluti batang kontolnya
dan tidak melanjutkan lagi menjilati lobang pantatnya. Karena itu ia menurunkan
kedua kakinya hingga menjuntai ke tepi meja tempatnya berbaring dengan tetap
melebarkan pahanya, memberikan kesempatan Andre untuk memuaskan dirinya pada
sensasi memuluti batang kontol yang merupakan barang baru buat adik kelasnya
itu.
“Enakkan
Ndre?” tanya Doni setelah sepuluh menit Andre mengerjai batang kontolnya.
“He eh,”
sahut Andre.
Doni
tersenyum senang.
“Gue juga
pengen ngoral kontol Lo Ndre,” kata Doni, “Lo naik deh ke atas meja, kita
ngoral dengan gaya 69,” kata Doni.
Andre yang
sudah biasa ngentot tentu saja ngerti yang dimaksud Doni dengan posisi 69. Ia
segera naik ke atas meja dan menempatkan tubuhnya di atas tubuh Doni dalam
posisi berlawanan arah. Kedua kaki dan tangan Andre menyiku di atas meja
menahan bobot tubuhnya. Kini kedua cowok ganteng itu saling menghisap kontol
satu sama lain.
Setelah
beberapa menit berlalu dan Andre sudah merasa cukup puas merasakan batang
kontol Doni, keduanya menghentikan kegiatan oral-mengoral mereka. Doni
mengulangi permintaannya meminta Andre untuk mengentotinya.
“Lumuri
lobang pantat Gue pake ludah Lo sekali lagi, yang banyak ya,” kata Doni.
“Oke Don,”
sahut Andre. Setelah itu ia melakukan lagi jilatan-jilatan di lobang pantat
Doni sambil meludahi lobang pantat itu beberapa kali. Setelah dirasakan ludah Andre
cukup banyak melumuri lobang pantat Doni, Andre memulai penetrasinya di lobang
pantat kakak kelasnya itu.
“Pelan-pelan
ya Ndre,” kata Doni.
“Lo udah
pernahkan?”
“Udah sih,
tapikan lobang pantat Gue bukan memek lagipula biasanya Gue yang ngentotin lobang
pantat orang, Gue jarang dikentot Ndre,”
“Emang Lo
pernah ngentotin siapa aja Don?” tanya Andre.
“Rahasia
dong,”
“Kasih tau
dong,”
“Untuk apa
sih?”
“Pengen tau
aja,”
“Penting
banget?”
“Ya udah,
Gue balik aja deh. Lo ngentot aja sama orang laen,” kata Andre pura-pura
merajuk.
“Gak
biasanya Lo merajuk kayak gini,”
“Mau ngasih
tau apa enggak?” tanya Andre. Doni pun mengalah.
“Bentar, Gue
inget-inget dulu,”
“Emang
banyak banget ya?”
“Lumayan
sih,”
“Kok bisa
sih? Emang banyak banci ya di sekolah ini?”
“Najis Gue
ngentot ama banci,”
“Kok bisa
kalo bukan banci?”
“Nah, Lo apa
banci?”
“Enggak
sih,”
“Makanya,
jangan ngomong sembarangan,”
“Siapa aja?”
“Yang
penting-penting aja ya, Hendrik,”
“Ketua
Pramuka itu?”
“Iya, terus
si Wandy,”
“Ketua
Pencinta Alam itu?”
“Iya, selain
mencintai alam dia juga mencintai kontol, hehehe,”
“Terus?”
“Si Ichsan,”
“Ketua
Rohis?”
“Iya, Gue
ngentotin dia pas dia pake sarung selesai sholat, hehehe,”
“Ada-ada
aja,”
“Namanya
juga nafsu, lagian juga siapa yang bakalan nolak ngentot sama Gue, hehehe. Udah
deh dimulain. Entar Gue kasih deh daftar nama-nama cowok yang pernah ngentot
dengan Gue. Tapi Gue harap Lo jaga privacy mereka,”
“Oke deh,”
sahut Andre.
Andre
memegang batang kontolnya dan mengarahkan kepala kontolnya ke celah lobang
pantat Doni sementara kakak kelasnya itu berbaring telentang mengangkang
dibawahnya. Mereka mengentot dalam posisi konvensional berhadapan.
Perlahan-lahan Andre mendorong kepala kontolnya menembus lobang pantat Doni.
Lumayan sulit, namun akhirnya kepala kontolnya berhasil menembus lobang pantat
Doni.
“Duh, enak
banget Don. Sempit banget,” kata Andre.
“Dorong
terus sampe ambles semua. Ingat, pelan-pelan,”
“Beres,”
Andre
mendorong lagi. Sesenti demi sesenti batang kontolnya tenggelam dalam lorong
lobang pantat Doni. Akhirnya seluruh batang kontol itu tertelan di dalam lobang
pantat Doni. Andre langsung melumat bibir Doni sambil menikmati kedutan lobang
pantat kakak kelasnya itu di batang kontolnya.
“Enak banget
Don,” kata Andre.
“Digoyang
deh, pasti lebih enak,” sahut Doni.
Andrepun
mulai menggoyang. Kenikmatanpun dirasakan kedua cowok itu. Mereka
merintih-rintih sambil berpelukan dan berciuman. Beberapa menit telah berlalu.
Keringat mulai membanjiri tubuh keduanya.
“Lebih cepat
Ndre,” kata Doni.
Andre
menggoyang pantatnya lebih cepat. Keduanya mengerang-erang keenakan. Suara
ketepak-ketepok akibat bertemunya daging paha Andre dengan buah pantat Doni
terdengar keras di dalam ruangan OSIS itu. Ditingkahi lagi dengan suara derak
meja tempat mereka memacu birahi. Suara-suara itu semakin meningkatkan gairah
mereka berdua memuaskan nafsu setan yang menggElora.
“Ohhhh…
ohhh…ohhh…..,”
“Ahhh…,
ahhh…, ahhh…,”
Lima belas
menit kemudian Andre menghempaskan pahanya kebawah kuat-kuat. Batang kontolnya
didesakkannya sedalam-dalamnya di lobang pantat Doni. Sperma Andre menyembur
kuat dari lobang kencingnya membasahi rongga lobang pantat kakak kelasnya itu.
Pada saat yang sama Donipun menyemburkan spermanya dan menggenang di perut sixpack
mereka berdua yang saling berimpitan. Keduanya berpelukan erat dengan tubuh
meregang sambil mengerang kuat-kuat bersamaan.
“Ohhhhhhkkkkhhh….,”
Setelah itu
mereka beristirahat dengan berbaring bersisian di atas meja. Keringat masih
membanjiri tubuh mereka yang telanjang bulat. Sisa-sisa sperma yang belepotan
di batang kontol Andre, lobang pantat Doni, dan perut mereka berdua belum
mereka lap. Keduanya ingin mengembalikan staminan yang terkuras setelah
bertarung birahi tadi.
Andre
berbaring telentang dengan menjadikan kedua telapak tangannya sebagai bantal.
Ketiaknya yang putih mengembang memperlihatkan keindahan bulu-bulu ketiaknya
yang lebat dan basah. Doni berbaring menyamping. Wajahnya menatap wajah Andre.
Jemarinya mengelus-elus dada bidang adik kelasnya itu.
“Gimana
Ndre?” tanya Doni.
“Enak banget
Don,” sahut Andre.
“Mau
mengulanginya lagi?”
“Sekarang?”
“Terserah
Elo,”
“Boleh aja.
Tapi istirahat dulu ya,”
“Pasti dong.
Tapi Gue punya permintaan,”
“Apaan?”
“Gue pengen
ngerasain nikmatnya pantat Lojuga,”
“Jangan dong
Don. Sakit,”
“Siapa
bilang sakit? Buktinya Gue keenakan,”
“Lo kan udah
sering,”
“Siapa
bilang Gue udah biasa. Kalau ngentotin lobang pantat cowok Gue udah sering,
tapi kalo dikentot sama Elo ini baru dua kali,”
“Masak sih?”
“Iya.
Pertama si Ichsan dan Elo yang kedua,”
“Kenapa Lo
gak mau dengan yang laen?”
“Gue hanya
berikan pantat Gue untuk cowok yang berikan keperjakaannya ke Gue,”
“Jadi si
Ichsan dong yang nikmatin perjaka Elo?”
“Iya, Gue
juga yang nikmatin perjakanya dia,”
“Kalo gitu
gak adil dong. Gue gak ngerasain perjaka Elo,”
“Suatu saat
Lo kan bisa ngerasain keperjakaan cowok laen. Lagiankan lobang pantat Gue juga
masih sempit bangetkan kayak perjaka. Kalo Gue gak ngaku Elo juga gak bakalan
tau,”
“Iya sih.
Emang yang laen udah pada gak perjaka ya?”
“Iya,”
“Siapa sih
cowok yang pertama Lo kentot?”
“Hendrik.
Pertama kali Gue ngerasaian ngentot lobang pantat dia pas Gue diundang sama dia
ngikutin acara kemping Pramuka. Dia juga jadi suka dikentot karena ikutan Pramuka
itu. Seniornya yang ngentotin dia pas perekrutan anggota. Eh, jadinya tuh anak
malah ketagihan dikentot. Dia gak puas kalo lobang pantatnya gak dimasukin
kontol,”
“Lo gak
nolak pas dia minta dikentot?”
“Dia gak
minta. Karena Gue Ketua OSIS dan dia Ketua Pramuka kami tidur di satu kemah.
Cuman kami berdua doang di kemah itu sebagai penghormatan karena jabatan kami.
Eh, pas malem-malem Gue tidur dia mempreteli kontol Gue. Pas Gue terbangun tuh
anak udah asik dudukin kontol Gue sambil goyang-goyaning pantatnya. Ngapain Gue
nolak, abisnya goyangannya enak banget sih. Setelah kejadian itu kalo dia minta
Gue kentotin ya Gue kentotin aja dia. Malahan kadang-kadang Gue yang minta. Gue
ajak dia ngentot di ruangan ini,”
“Terus kok
bisa ngentotin yang laen?”
“Ya dari dia
Gue tau kalo beberapa temen kita yang laen juga doyan dikentotin kayak dia,”
“Si Ichsan
juga Lo taunya mau dikentot dari dia?”
“Ya
enggaklah. Gue nafsu aja ngelihat dia. Soalnya dia Ketua Rohis yang beda banget
dari Ketua Rohis yang laen. Tuh anakkan ganteng dan macho banget. Horny
Gue liat dia. Kemaren dia itu saingan berat Gue jadi Ketua OSIS,”
“Gimana
caranya Lo kentotin dia?”
“Gue tahu
rahasia dia yang orang lain banyak gak tau,”
“Apaan?”
“Sebelum dia
jadi Ketua Rohis, Ichsan pernah bikin dosa. Dia pernah pacaran dan ngentot
dengan Wida, sebelum Wida jadi cewek Gue. Ya udah gua jadikan itu senjata untuk
ngejebak dia dan akan buka rahasianya ke anak-anak. Ternyata dia ketakutan.
Akhirnya dengan pasrah dia mau ngentotin Gue. Setelah dia ngentotin Gue,
gantian dong Gue minta dia bersedia Gue kentot,”
“Dasar lo.
Ketua OSIS cabul, hehehe,”
“Hehehe.
Gimana, Elo udah ready untuk Gue kentot?”
“Emangnya
Gue apaan?”
“Elo adalah
adik kelas Gue, yang bikin Gue horny,”
“Jelek
banget rayuan Lho,”
“Ayo dong,”
“Oke deh.
Tapi pelan-pelan ya. Kalo sakit Gue berenti,”
“Sip,”
Doni meminta
Andre berdiri dan berpegangan pada meja. Rupanya Doni pengen mengentot Andre
dari belakang sambil berdiri. Doni berjongkok di belakang tubuh Andre kemudian
mulutnya mulai menjilati lobang pantat adik kelasnya yang masih perjaka itu.
Setelah dirasa ludahnya cukup melumuri lobang pantat Andre mulailah Doni
melakukan penetrasi. Meski mulanya sangat sulit, peneterasi itu sukses juga.
Andre bahkan lupa dengan kata-katanya yang akan berhenti apabila merasakan
sakit karena rasa penasarannya menikmati dikentot.
Akhirnya
malam itu mereka menginap di ruangan OSIS berdua. Setelah jalan keluar sebentar
untuk mencari makan malam mereka kembali lagi ke ruangan OSIS untuk melanjutkan
memuaskan birahi. Mereka baru pulang ke rumah mereka masing-masing pada hari
Minggu sorenya setelah saling kentot-mengentot bergantian sebanyak sepuluh kali
dengan diselingi istirahat dan makan.
Sejak itu
setiap saat Doni mengajak Andre ke ruangan OSIS mereka akan ngentot berdua
disana. Bahkan disaat jam pelajaran Doni memanggil Andre dari kelasnya dan
meminta ijin pada guru yang mengajar dengan alasan tugas OSIS. Saat teman-teman
mereka belajar di kelas keduanya malah memuaskan birahi mereka di ruangan OSIS.
Sesekali kamar mandi sekolahpun mereka jadikan sebagai tempat untuk menyalurkan
birahi mereka yang tak tertahankan lagi.
Kemudian
Doni juga memperkenalkan Andre pada teman-temannya yang laen yang juga menyukai
ngentot sejenis. Termasuk anggota tim basket sekolah mereka yang ternyata
seluruhnya adalah cowok-cowok ganteng dan jantan yang maniak dengan silit dan
kontol cowok.
Bersambung...

0 komentar: