Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Andre
memarkirkan sepeda motornya di garasi rumahnya. Jalan-jalan bersama Calvin dan
Desi tadi di rasakannya cukup melelahkan. Apalagi pikirannya juga sedang kalut
karena teror sms. Andre pengen segera menyegarkan diri. Mengguyur tubuhnya di
bawah shower yang hangat.Mobil dinas Papanya tak terlihat di garasi.
Tampaknya sang Papa sedang pergi. Andre berlalu dari garasi tak mau pusing
memikirkan kemana Papanya pergi. Dia terbiasa kok di tinggal sendiri di rumah.
Masuk
kedalam rumah, Andre menemukan Mas Dharma dan Mas Fadly sedang asik nonton
televisi di ruang keluarga. Lho? Kok dua ajudan ini ada di sini? Pikir Andre.
Biasanya salah satu dari mereka akan mendampingi sang Papa. Seringnya sih Mas
Fadly, sedangkan Mas Dharma mendampingi Mamanya.
“Udah pulang
Mas?” tegur Mas Fadly pada Andre.
“Udah Mas.
Papa pergi ya Mas?” tanya Andre.
“Iya Mas
Andre. Sama Ibu, tadi berdua.”
“Kok Mas
berdua gak dampingin?” tanya Andre.
“Bapak sama
Ibu pergi sama ajudan baru Mas,” yang jawab Mas Dharma.
“Ajudan
baru? Lalu Mas berdua?”
“Mulai
besok, kita tidak bertugas di sini lagi Mas Andre. Masing-masing dapat job
baru,” masih Mas Dharma yang menyahut.
Andre
tertarik dengan apa yang di katakan Mas Dharma. Ia lalu ikut duduk bersama
mereka. Pengen tau lebih banyak soal pergantian kedua ajudan itu.
“Job baru?
Jadi apaan Mas?”
“Mudah-mudahan
dalam waktu gak terlalu lama, kami berdua di angkat jadi Camat Mas Andre.
Kemungkinan saya di Depok, sedangkan Dharma di Bekasi,” jawab Mas Fadly.
Ia terlihat
sangat gembira menyampaikan jawaban itu ke Andre. Rupanya cita-citanya
kesampaian juga. Papa Andre benar-benar memperjuangkan kedua ajudannya ini
untuk mendapat jabatan rupanya.
“Berhasil
juga ya Mas,” kata Andre dengan senyum penuh arti pada Mas Fadly.
“Iya Mas.
Berkat bantuan Bapak,” jawab Mas Fadly, nyengir.
“Tapi,
sementara kami di tarik ke kantor pusat dulu. Kata Bapak, nikah dulu baru
setelah itu di usulkan olehnya jadi Camat,” sambung Mas Fadly lagi.
“Kapan
nikahnya nih?” tanya Andre.
“Mungkin
dalam waktu dekat inilah. Saya duluan, Fadly menyusul. Keluarga kami di kampung
udah mempersiapkan segalanya,” jawab Mas Dharma.
Andre
memandangi kedua ajudan ganteng dan jantan itu satu persatu. Keduanya sama-sama
menggenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Memamerkan otot-otot lengan
yang terbentuk dan ketiak mereka. Ketiak Mas Fadly lebat dengan bulu, sedangkan
ketiak Mas Dharma putih bersih tanpa bulu. Otak mesum Andre segera muncul.
Segala kekalutannya oleh sms sang peneror sirna. Pikirannya dipenuhi nafsu
untuk mencumbui kedua ajudan itu.
“Kesempatan
Gue tinggal malam ini doang,” pikir Andre.
Kesempatan
untuk merasakan nikmatnya tubuh Mas Dharma sekaligus Mas Fadly sekali lagi.
Kalau tidak malam ini, kapan lagi? Keduanya sudah bakal cabut dari rumah besok.
“Papa sama
Mama pergi kemana Mas?” tanya Andre.
Ia melirik
jam tangannya. Masih pukul sembilan malam.
“Ke Istana
Negara Mas. Ada resepsi para menteri dalam negeri se-ASEAN,” jawab Mas Fadly.
Mas Dharma
memandang layar televisi yang sedang menyiarkan sinetron Indonesia. Gak nyangka
ajudan ganteng ini doyan nonton acara ibu-ibu rupanya. Tapi kayaknya sinetron
Indonesia sekarang gak cuman tontonan ibu-ibu doang deh. Berhubung sinetron
Indonesia kini banyak bertaburan bintang-bintang muda termasuk aktor-aktor
cowok yang semuanya cakep-cakep, sinetron Indonesia banyak juga ditonton
cowok-cowok sekarang. Khususnya cowok-cowok yang demen liat cowok cakep,
hehehe.
“Lama dong
pulangnya. Mmmm… kalo gitu enaknya kita bikin acara perpisahan aja yuk, Mas,”
kata Andre.
Ia duduk
mendekat ke Mas Fadly, bibirnya menyunggingkan senyum cabul. Mas Fadly segera
menangkap maksud pembicaraan Andre. Ia ikut tersenyum, cabul juga tentu saja.
“Perpisahan?
Asik juga. Dimana?”
“Terserah
Mas Fadly aja.”
“Dharma di
ajak gak?”
“Di ajak
dong.”
“Eh, pada
mau bikin acara apaan nih?” tanya Mas Dharma.
Ia agak
bingung. Ia memandangi kedua cowok yang sedang tersenyum-senyum padanya itu.
“Elo ikutan
aja deh pokoknya,” kata Mas Fadly pada temannya.
“Kalo gitu,
Mas berdua ikutan ke kamar Andre aja deh. Andre bElon mandi nih,” ajak Andre.
Ia segera
berjalan menuju kamarnya.
“Boleh, ayok
Dhar,” kata Fadly.
Ia mengikuti
langkah Andre sambil menarik lengan temannya untuk mengikutinya.
“Mau ngapain
sih?” Mas Dharma bingung.
Tapi di
ikutinya juga langkah Fadly. Ketiganya lalu masuk ke dalam kamar Andre yang
luas. Mas Fadly duduk di atas ranjang Andre pun Mas Dharma. Sementara Andre
berdiri tegak di hadapan kedua ajudan ganteng itu.
“Andre mandi
dulu yah. Badan rasanya gerah nih,” kata Andre.
Dengan
santai ia melepaskan seluruh pakaiannya di hadapan kedua ajudan itu. Mas Fadly
hanya nyengir-nyengir saja melihat Andre yang menelanjangi dirinya, sementara
Mas Dharma mElotot. Ia kaget melihat kenekatan Andre yang berbugil ria di
hadapan mereka, matanya tak lepas memandangi tubuh indah milik anak bosnya itu.
Terutama di daerah selangkangan Andre yang penuh bulu lebat dan sebatang kontol
yang masih tidur namun sudah besar ukurannya itu.
“Mau ngapain
sih?” tanyanya lirih.
Ia mulai
terangsang. Didepan matanya, Andre seperti sengaja memamerkan tubuh remajanya
yang bagus itu.
“Kenapa
Dhar? Bingung? Jangan bingung-bingung deh. Andre mau bikin acara perpisahan
dengan kita, abis mandi entar,” jawab Mas Fadly.
Dengan
santai, ia mengacak-acak jembut lebat Andre dengan jemarinya. Mas Dharma
terperangah. Sesaat kemudian ia tersenyum. Ia segera mengerti apa yang akan
terjadi.
“Maksud Elo,
kita mau pesta sex nih?” tanya Mas Dharma.
Mas Fadly
mengangguk. Andre menyeringai lebar.
“Oke deh,
Andre mandi dulu ya,” kata Andre.
Ia lalu
melangkah ke kamar mandi. Pintu kamar mandi sengaja tidak di tutupnya. Dari
tempat duduk mereka, Mas Dharma dan Mas Fadly bisa mengawasi apa yang di
lakukan Andre di dalam kamar mandi. Remaja tanggung itu asik mengguyur tubuhnya
dengan air shower. Kemudian menyabuni seluruh tubuhnya sambil tersenyum-senyum
nakal pada kedua ajudan itu.
Mas Dharma
rupanya tak bisa menahan birahinya melihat remaja ganteng yang sedang mandi
sambil menggoda itu. Ia lalu melepaskan seluruh pakaian yang di kenakannya dan
menyusul Andre ke dalam kamar mandi. Ia kemudian berdiri tepat di belakang
tubuh Andre. Jemarinya mulai mengelus-elus punggung lebar Andre yang penuh busa
sabun. Sesaat kemudian ia sudah memeluk erat tubuh Andre, mulutnya sibuk
menciumi leher remaja ganteng itu.
Mas Fadly
berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia tersenyum melihat temannya yang mulai
mencumbu anak bosnya itu.
“Mas Andre
udah sering ngentot ya dengan Fadly?” tanyanya lirih.
Bibirnya
terus menjelajahi leher dan punggung Andre.
“Enggak
sering ahhh… pernahhh..,” jawab Andre lirih.
Ia mendesah
oleh cumbuan Mas Dharma pada tubuhnya.
“Ohhh…
kenapa gak pernah ngajak sihhh… ohhh..,” kata Mas Dharma.
“Abis Mas
Dharma sibuk ngentot dengan Mama terus sih,” jawab Andre.
Mas Dharma
menghentikan cumbuannya. Ia kaget mendengar jawaban Andre seperti itu.
“Maksud Mas
Andre?” tanyanya.
Ia menatap
wajah ganteng Andre lekat. Anak bosnya itu malah tersenyum. Andre membalikkan
tubuhnya hingga ia dan Mas Dharma kini berdiri berhadapan.
“Kok bingung
sih? Mas Dharma kan sering ngentot dengan Mama. Andre sering lihat kok.
Udahlah… nyantai aja, gak papa kok. Kemaren-kemaren Andre emang marah sama Mas
Dharma. Tapi sekarang udah enggak kok,” jawab Andre.
Ia kemudian
merengkuh tubuh Mas Dharma. Di gesek-gesekkannya tubuhnya pada ajudan ganteng
itu.
“Udah Dhar,
nikmatin aja. Gak usah mikirin hal itu,” Mas Fadly sudah berdiri di dekat
mereka.
Tubuhnya
juga sudah telanjang bulat. Ia mulai menciumi punggung sahabatnya.
“Andre udah
tahu semua rahasia kita,” sambung Mas Fadly.
Mas Dharma
terlihat salah tingkah. Rahasianya dengan istri bosnya rupanya sudah di ketahui
oleh sang anak. Ia menjadi merasa tidak enak hati. Namun rangsangan Andre di
tubuhnya tak mampu di lawannya. Di tambah lagi cumbuan lidah dan mulut
temannya, Fadly di seluruh tubuh bagian belakangnya.
“Mas Andre
gak marah kan?” tanyanya pada Andre.
“Ngapain
juga marah. Udahlah…. Lupain aja. Sekarang ini kita puas-puasin diri aja.
Soalnya gak tau kapan lagi punya kesempatan kayak gini Mas. Kalian kan udah mau
pergi,” kata Andre.
“Mas Andre
udah tau apa aja?” tanya Mas Dharma.
“Semuanya.”
“Semuanya?
Apa aja itu?”
“Semuanya
deh. Termasuk juga hubungan Mas berdua dengan Papa,” jawab Andre.
“Mmm… jadi
gak papa nih? Beneran?”
“Bener. Udah
deh, gak usah ngomongin itu lagi.”
“Iya Dhar.
Mas Andre aja nyantai. Ngapain juga Elo pusing mikirin itu,” sambung Mas Fadly
yang kini asik membelah buah pantat Mas Dharma dan mulai menjilat-jilat celah
sempit milik sahabatnya itu.
“Ohhh… ya
udah kalo gituhhh… aohhh..,” kata Mas Dharma.
Ia
menggelinjang-gelinjang oleh kenakalan lidah Mas Fadly di celah pantatnya.
Nafsu Mas Dharma menggelegak. Ia mengangkat kedua lengan Andre ke atas. Ketiak
Andre yang penuh bulu ketiak sangat menggodanya, mulutnya langsung bersarang di
ketiak itu. Bergantian ketiak kiri dan kanan Andre di sElomotinya, Andre
mengerang-erang. Tubuhnya terus bergerak bergesekan dengan tubuh Mas Dharma.
Di bawah Mas
Fadly asik dengan pantat Mas Dharma yang putih dan sexy. Tangannya melebarkan
buah pantat itu. Lidah dan mulutnya asik menjilat-jilat, mencium-cium dan mengisap-isap
lobang pantat yang penuh bulu-bulu halus itu.
“Ooohhh…
Ohhh… Fadddssshhh… ohhh…,” erang Mas Dharma diantara kesibukannya mengerjai
ketiak Andre.
Ia keenakan.
Tangan Andre menjelajahi tubuh atletis Mas Dharma. Sampai kemudian tangannya
menemukan batang kontol milik ajudan itu yang sedang bergesekan dengan batang
kontolnya sendiri. Di genggamnya kedua kontol itu sekaligus. Agak repot memang
buatnya menggenggam kedua batang itu sekaligus. Ukurannya yang besar membuat
genggamannya tak sempurna. Di kocok-kocoknya kedua kontol itu sekaligus,
benar-benar nikmat rasanya.
Cukup lama
mereka asik melakukan cumbuan liar itu. Setelah lima belas menit, ketiganya
mengubah posisi cumbuan. Andre duduk di tepi bath tub. Kedua ajudan itu
jongkok di samping kiri dan kanan Andre. Mulut keduanya lalu melakukan oral
pada batang kontol Andre bergantian dengan lahap. Kadang mereka berebutan
seperti layaknya anjing berebut tulang saja.
Dengan
tatapan sayu, Andre memandangi kontolnya yang sedang di oral oleh kedua ajudan ganteng
itu. Ia benar-benar keenakan. Nafsunya bergejolak melihat dua wajah tampan yang
menyerbu kontolnya. Pantatnya bergerak-gerak naik turun. Kontolnya keluar masuk
mulut kedua ajudan itu bergantian, Andre seperti sedang mengentoti kedua mulut
itu jadinya.
“Ahhh… ahhh…
ahhh..,” Andre tak kuasa lagi menahan orgasmenya.
Saat itu
kontolnya sedang terbenam dalam mulut Mas Dharma. Di pegangnya kepala Mas
Dharma kuat-kuat. Kontolnya di kocoknya kuat-kuat dalam mulut ajudan itu. Ia
ingin menumpahkan spermanya dalam mulut Mas Dharma.
Meski
kerepotan oleh kelakuan Andre, Mas Dharma membiarkan saja mulutnya di gempur.
Ia terus mengisap-isap batang kontol Andre sekuat tenaga, dia menantikan
semburan sperma remaja itu dalam mulutnya. Mas Fadly mendekatkan wajahnya ke
dada bidang Andre, mulutnya langsung mengisap-isap pentil Andre yang sudah
keras karena penuh birahi.
Akhirnya
orgasme Andrepun sampai, tubuhnya berkElojotan. Spermanya menyembur deras dalam
mulut Mas Dharma beberapa kali.
“Oooaaahhh…
ahhh… arghhh…,” Andre mengerang keras.
Mas Dharma
terus menyedot kontol Andre yang menumpahkan sperma. Hingga seluruh sperma itu
habis menyembur dan tubuh Andre terduduk lemas. Nafas remaja itu ngos-ngosan.
Mulut Mas
Dharma melepaskan kontol Andre. Kemudian ia meludahkan sperma Andre yang tadi
terkumpul di mulutnya pada batang kontol Andre. Tangannya lalu melumuri sperma
itu keseluruh batang kontol itu. Sebagian cairan kental putih itu masih tersisa
di tepi bibir Mas Dharma.
“Banyak
banget Mas Andre,” kata Mas Dharma tersenyum pada Andre.
Sementara
Andre hanya bisa tersenyum dengan wajah sayu. Mas Dharma lalu melumat bibir
Andre. Membagi sisa sperma di mulutnya pada pemilik sperma. Mereka saling
melumat dengan buas. Mas Fadly ikutan nimbrung. Ketiganya lalu asik saling
melumat bibir.
“Udah dulu
Massshhh… Andre capek nih… Mas lanjutin berdua aja dulu deh,” kata Andre.
Tubuhnya di
rasakannya sangat lelah setelah orgasmenya yang dahsyat tadi. Ia perlu
istirahat sejenak memulihkan tenaga untuk sesi berikutnya.
***
Di rumah
Cinta. Sampai pukul tujuh malam ternyata hanya Yudha saja yang tiba di rumah,
sementara adiknya Indra belum juga pulang. Setelah Yudha membersihkan tubuhnya
yang gerah sepulang kerja, Cinta mengajak suaminya untuk makan malam bersama –
sama kedua tamu mereka.
“Udah lama
banget ya Cindy enggak maen kemari,” kata Yudha membuka percakapan di meja
makan.
“Iya Mas,
belakangan ini Cindy sibuk ujian kenaikan kelas sih,” sahut Cindy.
“Mas dengar
Cindy udah jadi cover majalah remaja terkenal ya?”
“Baru juga
menang Mas, masak langsung terkenal. Mas Yudha nambah-nambahin nih,”
“Mbakmu itu
ngoleksi semua foto kamu yang di pajang di majalah lho. Soalnya kamu jarang
banget kesini. Jadi kalo lagi kangen kamu, Mbakmu bisa liatin foto kamu.”
Mendengar
kata-kata suaminya, Cinta hanya tersenyum-senyum sambil memandangi Cindy, adik
semata wayangnya itu dengan sayang. Cindy jadi agak gak enak mendengar
kata-kata Mas Yudha. Kalau pembicaraan seperti ini di lanjutkan, ujung-ujungnya
pasti akan ngebahas soal masa lalu.
Cindy
langsung mengalihkan pembicaraan ke masalah Asep. Cindy mengutarakan maksud
kedatangannya meminta tolong pada abang iparnya itu untuk mencarikan Asep
pekerjaan.
Cinta
menambahkan kata-kata Cindy dengan menerangkan siapa Asep itu pada suaminya.
Sepanjang Cindy dan Cinta berganti-gantian “menjajakan” Asep pada Yudha, pemuda
desa yang sedang jadi topik pembicaraan itu hanya terdiam seribu bahasa
mendengarkan sambil mengunyah makanannya sepelan mungkin. Berusaha untuk tidak
menimbulkan efek suara mengunyah yang bisa menjijikkan orang lain. Sambil
mendengarkan keterangan Cindy dan Cinta, Yudha sesekali memperhatikan Asep
dengan serius.
“Kamu punya
ijazah SMA Sep?” tanya Yudha pada Asep setelah Cindy dan Cinta berhenti
ngomong.
“Ada Den,”
sahut Asep.
“Jangan
panggil aden-adenan gitu Sep. Panggil aja saya Mas!” potong Yudha.
Dari tekanan
suara Yudha, terasa kalau bapak muda itu kurang suka di perlakukan secara
feodal.
“Ada Den, eh
Mas,” sahut Asep lagi.
“Kalo gitu
kamu berikan ke saya segera. Nanti saya carikan kamu lowongan pekerjaan ya.
Mungkin jadi satpam atau office boy gitu deh,” kata Yudha lagi.
Kali ini
tekakan suaranya lebih ramah setelah Asep merubah panggilannya dari Den ke Mas.
“Ijazahnya
ada saya bawa di tas, Mas,” kata Asep.
“Kalo gitu
selesai makan ini, lamaran kamu kita buat aja. Besok biar saya bawa ke kantor.”
“Terima
kasih banget atuh, Mas,” kata Asep riang.
Cindy pun
senang atas reaksi suami kakaknya itu yang terlihat sangat membantu.
***
Andre masih
berendam di dalam bath tub dengan air hangat yang terasa nyaman membelai
di tubuhnya yang lelah. Sementara itu Mas Fadly dan Mas Dharma melanjutkan
percumbuan berdua saja. Mereka memberikan kesempatan untuk Andre istirahat
sejenak memulihkan staminanya.
“Fad, entot
Gue dong,” kata Mas Dharma pada Mas Fadly yang langsung mengangguk setuju.
“Licinin
dulu kontol Gue pake mulut Elo dong,” kata Mas Fadly.
“Siniin,”
kata Mas Dharma.
Mas Fadly
segera berdiri tegak di depan Mas Dharma yang berjongkok. Kontolnya langsung di
solomoti oleh Mas Dharma dengan lahap. Setelah di rasakan cukup, keduanya
menghentikan oral itu. Mas Dharma lalu berbaring di lantai kamar mandi.
Badannya di sandarkannya ke dinding. Mas Fadly berjongkok di hadapan Mas
Dharma. Selangkangannya tepat di hadapan selangkangan Mas Dharma. Kemudian ia
merenggangkan kedua paha sahabatnya itu lebar-lebar ke kiri dan kanan dan
meletakkannya di atas pahanya sendiri.
Kemudian Mas
Fadly menyorongkan kontolnya yang sudah tegak sekeras kayu memasuki lobang
pantat Mas Dharma yang merekah. Perlahan-lahan kontol itu menembus masuk. Dari
dalam bath tub, Andre mengawasi kedua ajudan Papanya itu. Setelah masuk,
Mas Fadly langsung menggerakkan pantatnya. Gerakan yang cepat dan keras.
Keduanya memang sudah terbiasa saling mengentot, jadi tidak perlu penyesuaian
lagi. Gerakan pantat kedua ajudan itu saling berbalasan. Mereka mengerang-erang
keenakan.
Jemari Mas
Dharma meraba-raba seluruh tubuh kekar Mas Fadly yang basah oleh keringat. Ia
terlihat sangat menikmati di sodomi oleh sahabat kentalnya itu.
“Fadddhhh…
ohhh… Fadhhh… enak bangethhh… yahhh… yahhh… yahhh… ohhh… yang dalemmm… ohhh…
ohhh… yahhh… yahhh…,” racau Mas Dharma.
“Hegghhh…
heghhh… heghhh… heghhh… heghhh… hosshhh… hoshhh… ohhh… hohhh… hoshhh..,” racau
Mas Fadly.
Menit-menit
berlalu. Andre terus menonton persetubuhan dua ajudan yang ganteng dan jantan
itu. Tenaganya di rasakannya mulai pulih. Ia kembali terangsang menonton
pergumulan yang buas itu. Kontolnya yang kembali mulai mengeras di elus-elusnya
dengan lembut. Namun ia tak berniat untuk mengganggu kenikmatan dua sahabat
itu.
Sambil
mengentot, keduanya sesekali berciuman. Ciuman yang penuh birahi. Selain itu
Mas Fadly juga mennyElomoti ketiak Mas Dharma yang bersih dari bulu itu. Atau
mengisap-isap pentil dada Mas Dharma seperti bayi menetek pada ibunya.
“Dharhhh…
ohhh… ohhh… Gue nyampehhh… ohhh… ohhh..,” Mas Fadly mengerang.
Ia sudah
orgasme rupanya, kontolnya di benamkannya dalam-dalam di lobang pantat
sahabatnya itu. Mas Dharma menjerit tertahan, bahu lebar Mas Fadly di gigitnya
menahan nikmatnya semburan sperma Mas Fadly yang membasahi rongga lobang
pantatnya.
Setelah
beberapa saat kedua tubuh kekar bersimbah keringat itu tergolek tak berdaya
bertindihan.
“Mau Gue
keluarin Dhar?” tanya Mas Fadly lirih pada sahabatnya.
Ia menyadari
bahwa temannya itu belum menikmati orgasme sejak tadi.
“Enggak
usah. Biar Mas Andre aja yang ngeluarin. Kayaknya dia udah ready lagi
tuh,” kata Mas Dharma mengerling pada Andre.
Andre yang
terbaring di bath tub mengangguk mengiyakan. Ia memang sudah siap untuk
melanjutkan sesi selanjutnya.
“Sini Mas,”
katanya mengundang Mas Dharme mendatanginya.
Kemudian Mas
Dharma melangkah mendekati Andre yang sedang berbaring di dalam bath tub.
Kontolnya mengacung tegak. Saat dientot Mas Fadly tadi, kontolnya juga tetap
keras. Sepertinya ia sangat nyaman di sodomi. Seringkali saat di sodomi, kontol
tidak bisa ngaceng karena merasa tidak nyaman atau kesakitan. Tapi Mas Dharma
tidak rupanya.
Sambil
berjalan, Mas Dharma menutup lobang pantatnya dengan jari telunjuk tangan
kirinya. Ia tidak mau sperma Mas Fadly yang berkumpul di dalam rongga lobang
pantatnya meleleh keluar. Ia pengen memasukkan kontol Andre dalam lobang
pantatnya. Karena itu ia perlu pelumas, dan pelumas itu adalah sperma Mas
Fadly.
“Mau
ngentotin lobang pantat Saya, Mas Andre?” tanya Mas Dharma pada Andre.
“Siapa
takut,” jawab Andre lucu.
Mas Dharma
kemudian masuk kedalam bath tub. Kedua kakinya di tekukkannya di samping
paha Andre. Pantatnya kemudian di arahkannya tepat di atas kontol Andre.
Setelah posisinya pas, Mas Dharma menurunkan pantatnya. Jarinya yang menyumpal
lobang pantatnya di lepas. Sperma Mas Fadly menyembur keluar dari lobang pantat
itu. membasahi batang kontol Andre. Mas Dharma langsung memasukkan kontol yang
berlumuran sperma itu kedalam lobang pantatnya. Bless.
Tidak susah.
Karena baik kontol Andre dan lobang pantat Mas Dharma licin oleh sperma milik
Mas Fadly. Setelah masuk seluruhnya, keduanya mulai menggenjotkan pantat
berbalasan. Air dalam bath tub langsung seperti berombak. Goyangan
pantat mereka cepat dan menghentak-hentak. Sebagian air dari bath tub itu
tumpah keluar.
“Isep kontol
Saya, Mas Andrehhh… ohhh..,” pinta Mas Dharma.
“Ohhh…
hoshhh… hoshhh… susah Mashhh..,” jawab Andre.
“Bisahhh…
aohhh… bisahhh… tekukkan badanhhh… Mashhh… Andrehhh… dikithhh..,” kata Mas Dharma
mengajari.
Andre
mencoba apa yang di katakan Mas Dharma. Badannya di tekukkannya ke depan.
Mulutnya mencoba menggapai kepala kontol Mas Dharma yang merah. Susah memang,
tapi ia terus berusaha. Dan akhirnya bisa. Memang hanya kepala kontol Mas
Dharma saja yang bisa di gapainya dengan mulutnya, tapi itu udah cukup. Dengan
kuat Andre menyeruput kepala kontol itu. Mas Dharma keenakan. Ia menghentakkan
pantatnya semakin kuat.
Gantian kini
Mas Fadly yang nonton. Ia duduk di sudut kamar mandi melihat apa yang di
lakukan sahabatnya beserta anak bosnya itu. Tangannya meremas-remas kontolnya
sendiri sembari juga memilin-milin puting susunya.
“Ohhh… ohhh…
ohhh… ohhh… ohhh…,” Mas Dharma mengerang-erang.
Tangan
kanannya mengocok kontolnya secepat-cepatnya. Ia akan orgasme. Andre melepaskan
mulutnya dari kontol Mas Dharma lalu menunggu orgasme ajudan itu. Beberapa saat
kemudian dari lobang kencing Mas Dharma menyembur sperma kental. MElompat
membasahi wajah ganteng Andre dan juga dada serta perutnya.
Tubuh Mas
Dharma yang mengkilap karena cucuran keringat kElojotan. Wajahnya terlihat
kepayahan, nafasnya mendengus-dengus. Mulutnya manyun, kulitnya memerah.
Otot-ototnya mengencang.
Mas Dharma
terus mengocok kontolnya sampai spermanya tak lagi menyembur. Nafasnya tersengal-sengal.
Ia memandangi wajah Andre sambil tertawa senang. Sepertinya ia sangat puas
dengan orgasmenya itu. Kemudian ia membungkukkan wajahnya, mulut Andre di
ciumnya dengan ganas. Andre membalas tak kalah ganas.
“Mmm… cup…
cup… cup… cup… cup…”
“Puas Masss…
mmmppp?” tanya Andre di antara ciuman mereka.
“Mmm… uahhh…
puas banget. Enak banget… mmm…,” sahut Mas Dharma. Ia tersenyum
kegirangan.
“Mas, Andre
nanggung nih,” kata Andre.
Kontolnya
yang keras memang masih bersarang di dalam lobang pantat Mas Dharma.
“Sini Mas
Andre, biar Saya bantu,” kata Mas Fadly menawarkan diri.
Ia berdiri
mendekati kedua lelaki yang masih bertindihan di dalam bath tub itu.
“Gak usah
Fad, biar Gue aja,” kata Mas Dharma.
“Masih bisa
Mas?” tanya Andre gak percaya.
Ia ragu
ajudan satu ini masih sanggup setelah orgasmenya yang gila-gilaan tadi.
“Bisa.
Santai aja,” jawab Mas Dharma mantap.
Mas Fadly
pun kemudian duduk di samping bath tub. Tidak jadi membantu Andre
orgasme.
Mas Dharma
lalu kembali duduk. Kedua tangannya berpegangan pada sisi bath tub. Lalu
pantatnya mulai bergerak naik turun. Kontol Andre kembali keluar masuk lobang
pantat itu. Andre tak menduga stamina Mas Dharma ternyata kuat sekali. Pantes
aja Mamanya doyan banget ngentot dengan ajudan ini. Pasti Mamanya berkali-kali
orgasme di gempur oleh Mas Dharma, batin Andre.
Mas Fadly
menonton dari tepi bath tub. Sesekali tangannya mengocok kontol Mas
Dharma, sekaligus melakukan oral pada kontol besar yang mulai tegak keras itu.
Andre
mencengkeram pinggang Mas Dharma kuat-kuat. Pantatnya di goyangkannya naik
turun dengan keras dan menghentak. Air dalam bath tub tumpah ruah. Ia
meluapkan seluruh gElora birahinya dengan menghajar lobang pantat ajudan
ganteng itu.
“Boleh ikutan
gak?” tanya Mas Fadly.
“Pengen ya?
Ohhh… ohhh..,” tanya Mas Dharma.
“He eh. Abis
kalian gila-gilaan sih,” sahut Mas Fadly.
“Gimana Mas
Andrehhh..,” Mas Dharma meminta pendapat Andre.
“Hohhh…
hohhh… boleh..,” jawab Andre.
Mereka
bersiap-siap untuk ngentot bertiga. Andre dan Mas Dharma keluar dari dalam bath
tub. Dengan sigap Mas Fadly langsung menungging di tepi bath tub. Ia
siap di sodomi. Mas Dharma bersimpuh di belakang Mas Fadly. Kontolnya langsung
di masukkannya kedalam lobang pantat sahabatnya itu.
Di belakang
Mas Dharma, Andre mengambil posisi. Di masukkan kontolnya ke lobang pantat
ajudan ganteng itu. Ketiganya mengentot berantai. Pantat mereka bergerak-gerak
berbalasan dengan cepat. Sambil mengentoti, Mas Dharma tak lupa mengocok kontol
Mas Fadly. Ketiganya mengerang.
Persenggamaan
itu mereka tuntaskan setelah beberapa menit kemudian. Ketiganya kembali orgasme
untuk kedua kalinya. Andre orgasme dalam lobang pantat Mas Dharma, sedangkan
Mas Dharma menyemburkan spermanya dalam lobang pantat Mas Fadly. Sementara
sperma Mas Fadly menyembur deras membasahi dinding luar bath tub.
***
Usai makan
malam, Cinta mengajak suami dan adiknya ke ruang keluarga. Meja makan segera di
bereskan oleh sang pengasuh yang rupanya merangkap sebagai pembantu di rumah
itu. Asep membantu sang pengasuh membereskan meja makan dan mencuci piring.
Sekalian niatnya menggodain sang pengasuh, hehehe.
Saat berdua
menjagai putri Cinta tadi, ketika Cinta dan Cindy mempersiapkan makan malam.
Asep dan sang pengasuh sudah berkenalan. Surti nama pengasuh itu. Katanya
pernah jadi nakerwati di Arab Saudi. Apakah memang sudah ada bakat gatel sejak
dulu atau efek dari bekerja sebagai babu di Arab Saudi, Surti ini memang
kecentilan banget di depan Asep.
Ketika Asep
dengan sengaja mencolek-colek pantat dan payudaranya yang gede tadi, Surti
enggak protes. Malahan dengan genitnya dia mencubit Asep, karena itu Asep jadi
makin berani pada Surti. Tentu saja tanpa sepengetahuan tuan rumah. Seperti
saat membereskan meja makan dan mencuci piring kali ini.
“Neng, akang
boleh nanya?” bisik Asep pada Surti.
“Nanya apa
Mas?” sahut Surti berbisik juga dengan logat jawanya yang medok.
“Eneng udah
pernah ngerasain kontol apa enggak?”
“Ih… Mas
Asep ini pertanyaannya nakal deh,” sahutnya kenes.
“Seep!
Asep!” tiba-tiba dari ruang keluarga terdengar suara Cindy memanggil Asep.
Dengan
buru-buru pemuda desa itu segera menuju ruang keluarga, tak sempat lagi
menunggu jawaban Surti.
Bersambung...

0 komentar: