Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Seharian
Andre menantikan kabar dari Mas Johan di rumahnya. Sebenarnya di rumah seharian
membuatnya bete juga. Mengajak Calvin jalan-jalan bukanlah momen yang tepat
saat ini. Sahabatnya itu sedang menemani Desi yang sedang gundah gulana dan
merana di hotel.Semalam rencananya Andre akan menginap di rumah Calvin, namun
batal karena sahabatnya itu merasa tak enak bila Desi menginap sendirian di
hotel. Karena mereka menggunakan mobil milik keluarga Calvin maka mereka berdua
kembali dulu ke rumah Calvin untuk mengembalikan mobil itu sekaligus mengambil
sepeda motor Andre. Setelah itu Andre kembali mengantarkan Calvin ke hotel
dengan berboncengan sepeda motor dan meninggalkan sahabat tersayangnya itu
bersama Desi disana.
Teror sms
tak terlalu menjadi perhatian Andre beberapa hari ini dan setiap sms teror itu
masuk ke ponselnya langsung saja di hapusnya. Entah kenapa hari ini tak ada sms
teror yang masuk.
Sayang
sekali sms yang di kirim oleh sang peneror dari nomor ponsel yang operatornya
bukanlah perusahaan telekomunikasi selular dimana Mama Calvin menjabat sebagai
salah seorang direksinya. Kalau saja demikian, tentu sangat mudah buat Calvin
melacak pemilik nomor ponsel itu.
Ada kalanya
terfikir juga di benak Andre, apakah sang peneror mengetahui bahwa Mama Calvin
bekerja di sebuah perusahaan operator selular karena itu menggunakan nomor ponsel
operator lain. Kalau memang sang peneror mengetahui hal itu, artinya sang
peneror sudah mengetahui latar belakang Andre dan Calvin dengan cukup baik.
Bukan tidak mungkin, sang peneror ini adalah orang yang dekat atau kenal baik
dengan mereka.
Andre mencoba
menghilangkan betenya dengan memutar koleksi film-film dvd-nya di kamarnya.
Dari pagi hingga tengah hari sudah sepuluh judul film di putarnya. Tak ada
satupun film yang habis di tontonnya. Sebentar saja dia bosan dan mengganti
dengan judul film yang lain. Sampai tengah hari itu tak ada kabar dari Mas
Johan dan tak ada sms teror.
Saat lapar
menjelang, Andre memesan pizza secara delivery. Hari itu ia lagi tak
selera makan masakan pembantu di rumahnya. Dua puluh lima menit kemudian Mbak
Minah, pembantunya, mengetuk pintu kamarnya mengantarkan pizza pesanannya.
“Mas Andre
ini pesanan sampeyan,” kata pembantunya itu.
“Makasih
Mbak,” sahut Andre dan mengambil kotak pizza dari Mbak Minah.
“O ya Mas,
tadi ada yang ngantar bungkusan ini ke rumah. Katanya harus di kasihin langsung
ke sampeyan,” tambah Mbak Minah lagi sambil menyerahkan sebuah bungkusan
bersampul coklat kepada Andre.
“Apa ini
Mbak?”
“Saya ndak
tau Mas,”
“Siapa yang
nganter?”
“Saya ndak
kenal Mas. Tapi sepantaran Mas Andre juga, saya kira teman sekolah Mas Andre.
Tapi memang anaknya gak pernah kemari,”
“Mbak ingat
gak muka orangnya?”
“Mbak gak
jelas Mas. Anaknya pake kaca mata hitam dan pake topi. Setelah nyerahin
bungkusan itu ke Mbak, anaknya langsung pergi lagi naik ojek,” sahut Mbak
Minah.
“Oke deh
Mbak,” kata Andre lalu menutup pintu kamarnya meninggalkan Mbak Minah yang di
depan pintu yang kebingungan melihat sikap anak majikannya yang terlihat tegang
tak seperti biasanya.
Segera Andre
merobek bungkusan bersampul coklat itu, tak sabar mengetahui apa isinya. Di
dalam sampul itu Andre menemukan sekeping cd dan selembar kertas bertuliskan
kata-kata: “Selamat Menikmati”. Andre segera memasukkan cd itu ke dalam player
dvd-nya. Tak lama muncul gambar hitam di monitor televisinya. Lalu muncul tulisan:
“Tak lama lagi, rekaman ini akan segera ditayangkan di internet”. Setelah
tulisan itu hilang muncullah gambar rekaman adegan ngentot Andre dan Calvin di
dalam kelas. Gambar rekaman video itu terlihat kurang jelas dan pecah mungkin
karena direkam dengan menggunakan ponsel. Jantung Andre bergedup kencang
menyaksikan rekaman video ngentotnya itu. Kemarahannya memuncak, namun tak
dapat berbuat apa-apa. Selera makannya langsung sirna, cowok itu terduduk lemas
di lantai kamarnya.
***
Hari ini
adalah hari pertama Asep mulai bekerja sebagai office boy di kantor
Yudha dengan rekomendasi Yudha yang menjabat sebagai kepala personalia.
Sementara menunggu panggilan tes satpam, Asep di perkenankan bekerja sebagai office
boy dulu. Sebagai office boy, Asep berhak mendapat gaji harian dari
kantor meskipun jumlahnya sangat kecil. Namun begitu Asep sangat berterima
kasih pada Yudha. Karena itu dengan patuh ia mengerjakan seluruh pekerjaan office
boy dan apapun yang di perintahkan Yudha padanya.
Sesuai
kesepakatan dengan Cindy, sejak hari itu Asep tinggal menumpang di rumah Yudha
dan Cinta. Dengan menumpang di rumah Yudha dan Cinta, maka Asep setiap hari
dapat berangkat dan pulang bersama Yudha sehingga tidak perlu mengeluarkan uang
untuk ngekos dan ongkos.
“Nanti sore
sepulang kerja, kita gak usah langsung pulang dulu ya Sep,” kata Yudha pagi
tadi saat menyetir mobil menuju kantor. Asep yang duduk di samping Yudha hanya
mengangguk saja. Sungkan bertanya pada Yudha alasan apa, mengapa mereka tidak
langsung pulang ke rumah. Kemudian Yudha melanjutkan kalimatnya,
“Mulai nanti
sore, kamu saya ajarin nyetir mobil dulu sebelum kita pulang. Supaya kalo nanti
sudah jadi satpam bisa nyetir. Saya sudah bilang ke Cinta kalau beberapa hari
ini kita akan pulang agak malam,”
Asep sangat
senang mendengar kalimat Yudha itu. Ia tak menyangka ipar Cindy ini sangat
serius membantunya. Dalam hati Asep sangat bersyukur atas segala kemudahan dan
rezeki yang di dapatnya sejak tiba di Jakarta.
Saat makan
siang, lagi-lagi rezeki mendatanginya. Saat Asep akan pergi membeli nasi
bungkus di warteg dekat kantor, tiba-tiba Yudha mendatanginya. Bapak muda nan
ganteng itu kemudian mentraktir Asep makan di warteg, akhirnya Asep tak perlu
mengeluarkan uang sendiri untuk membayar makan siangnya.
***
Sementara
itu Cindy meminta Wisnu menemaninya ke pusat kebugaran. Awalnya Wisnu merasa
sungkan juga memenuhi permintaan Cindy. Wisnu tidak mau di anggap mengambil
kesempatan dalam kesempitan saat hubungan Andre dan Cindy sedang tidak baik.
Namun akhirnya Wisnu tak kuasa juga menolak ajakan gadis cantik itu. Pukul dua
siang, dengan mobilnya cowok itu menjemput Cindy.
“Cin, entar
ketemu Andre gimana?” tanya Wisnu pada Cindy di mobil.
“Emang
kenapa kalo ketemu Andre? Gue udah putus sama dia,” sahut Cindy santai.
“Tapikan
tetap aja Gue gak enak,” kata Wisnu lagi.
“Gak usah
mikirin atau nyebut nama Andre deh Wis. Gue udah muak dengan dia,” kata Cindy.
“Elo lagi
pacaran Wis?”
“Enggak.
Emang kenapa?”
“Gak papa
sih. Nanya aja,”
“Kenapa sih
Elo putus sama Andre? Gara-gara dia gak ngentotin Elo kemaren dulu itu?”
“Childish
banget Gue gara-gara itu doang trus mau putus,”
“Trus kenapa
dong?”
“Andre gak
perhatian banget sama Gue. Ketemu atau pergi dengan Gue jarang banget. Kayaknya
dia lebih sering sama si Calvin dari pada sama Gue,”
“Andrekan
lagi butuh bimbingan Calvin untuk lulus, Cin,”
“Masa
ketemunya harus setiap hari kalo cuman buat belajar doang. Jangan-jangan mereka
pacaran,”
“Ada-ada aja
lo. Masak cowok pacaran dengan cowok,”
“Jangan
belagak bego deh Wis. Apa aja bisa terjadi jaman sekarang ini,”
“Gak usah
mikir yang enggak-enggak Cin,”
“Abis Gue
kesel,”
Wisnu
menghentikan pembicaraan. Dia gak mau Cindy akan berpikir lebih jauh tentang
hubungan Andre dan Calvin. Bagaimana pun juga Wisnu merasa ikut bertanggung
jawab untuk merahasiakan hubungan Andre dan Calvin dari Cindy atau gadis-gadis
lain dalam lingkungan pergaulan mereka. Terbongkarnya hubungan Andre dan
Calvin, bukan tidak mungkin akan membongkar juga jalinan percabulan sex sejenis
mereka semua.
***
Andre tak
memberitahukan pada Calvin mengenai rekaman persenggamaan mereka berdua yang di
terimanya dari pengirim misterius. Ia tidak mau membuat beban pikiran
sahabatnya yang sedang pusing dengan masalah sepupunya itu semakin bertambah
berat saja.
Andre
berkali-kali mencoba menghubungi nomor ponsel sang peneror. Situasi peneror
yang berada di atas angin menyebabkan Andre ingin segera menuntaskan saja
masalah itu. Andre berniat akan mengajak sang peneror bernegosiasi. Bila perlu,
kalau sang peneror meminta uang. Andre bersedia memberikannya, yang penting
rekaman persenggamaannya dengan Calvi itu tak beredar kemana-mana. Namun sejak
tadi nomor ponsel sang peneror sedang tidak di aktifkan. Akhirnya Andre
mengirimkan sms pada sang peneror, menawarkan sebuah negosiasi.
***
Hari
menjelang maghrib. Yudha baru saja selesai mengajari Asep cara menyetir mobil
untuk pertama kalinya. Meskipun masih bingung dan beberapa kali hampir nabrak
dinding, namun Asep cukup cepat memahami apa yang di ajarkan padanya.
Yudha mengajari
Asep menyetir mobil di halaman parkir kantornya yang cukup luas. Setelah jam
kerja usai jam 5 sore tadi halaman parkir sepi sehingga banyak tempat luang.
“Kita sholat
dulu Sep,” ajak Yudha pada Asep.
“Baik Mas,”
sahut Asep.
Keduanya
lalu menuju mushola yang terletak di sudut lapangan parkir kantor.
***
Saat yang
sama Wisnu sedang bertamu ke rumah Andre. Setelah mengantarkan Cindy pulang
sehabis dari pusat kebugaran, Wisnu segera menuju rumah sahabatnya itu. Ia
merasa harus memberitahukan Andre kepergiannya bersama Cindy tadi.
“Wis Gue
makasih banget atas apa yang telah Elo lakukan. Elo memang bener-bener best
friend Gue men,” kata Andre pada Wisnu setelah sahabatnya itu menceritakan
kepergiannya bersama Cindy ke pusat kebugaran tadi. Keduanya ngobrol di dalam
kamar Andre.
“Ndre, Gue
cuman pesen. Kalo Elo emang mau balik lagi ke Cindy, Elo harus lebih hati-hati
lagi men. Kedekatan Elo dengan Calvin jangan terlalu kelihatan deh, Cindy
kayaknya curiga,”
“Saat ini,
Gue mungkin belum kepikiran untuk balik dengan Cindy. Gue gak mau dipusingkan
dengan Cindy yang terlalu banyak menuntut perhatian Gue. Kayaknya dia sama
sekali gak mikirin, kalo Gue kemaren-kemaren serius untuk lulus sekolah dan
sekarang serius mempersiapkan diri untuk masuk Akmil,”
“Kalo itu
menurut Elo yang terbaik, ya jalanin aja Ndre,”
“Gue rasa,
sementara itu yang terbaik. O ya Wis, Elo kan ada rencana pengen ikutan testing
Akmil tahun depan. Ikut Gue latihan persiapan masuk Akmil mau gak?”
“Kecepetan
sih kalo Gue latihan sekarang. Tapi asik juga sih, hitung-hitung persiapan.
Ngomong-ngomong siapa yang ngelatih Elo?”
“Mas
Christian. Dia perwira muda kenalan Papa Gue,”
“Ganteng gak
orangnya? Hehehe. Kapan mulai latihannya?”
“Dasar lo.
Dua hari lagi. Kita latihannya di Sukabumi selama seminggu,”
“Oke deh,
Gue ikut,”
“Gitu dong.
Kan asik kalo kita sama-sama lulus nantinya,”
“Mudah-mudahan,”
“Wis, Elo
laper gak?”
“Laper
banget. Habis fitnes tadi Gue gak makan dulu, langsung nganter Cindy pulang
aja,”
“Kalo gitu
Lo makan di sini ya,”
“Sip, tapi
Gue mandi dulu. Gerah nih,”
“Mandi gih.
Gue mau bilang ke pembantu dulu supaya nyiapin makanan buat kita,”
“Oke, Gue
pake handuk Lo ya,” kata Wisnu sambil melangkah ke kamar mandi.
“Ngomong-ngomong
kamar Elo kok kayak kapal pecah gini sih, Ndre?”
“Gue lagi
males benahin kamar. Lagi suntuk berat men,” sahut Andre.
“Suntuk
kenapa sih?”
“Nanti deh,
habis makan Gue ceritain ke Elo.”
***
Calvin baru
saja selesai makan berdua dengan Desi di restoran hotel tempat Desi menginap.
Setelah itu mereka kembali ke kamar Desi dan menonton siaran televisi. Sejak
kemarin Desi tak banyak bicara.
“Belum ada
kabar dari Andre, Vin?” tanya Desi pada Calvin setelah mereka beberapa lama
terdiam memperhatikan siaran yang ada di layar televisi.
“Belum Des,
sabar ya,” kata Calvin.
Desi hanya
menggangguk. Lalu keduanya terdiam lagi.
***
Selesai
makan malam Andre mengajak Wisnu kembali ke kamarnya. Andre ingin mencurhatkan kesuntukannya pada Wisnu. Dengan serius Wisnu mendengarkan cerita Andre tentang
ancaman yang di terimanya sehubungan dengan rekaman cabulnya bersama Calvin.
“Gue bingung
Wis mau gimana lagi?” kata Andre menyudahi ceritanya.
“Jadi nomor
ponsel yang Elo tanya ke Gue kemaren itu nomor si peneror itu?” tanya Wisnu.
“Iya.
Sekarang nomornya sedang gak di aktifin lagi. Tadi Gue udah ngirim sms untuk
ngajak nego. Tapi sampai sekarang gak ada jawaban,”
“Gimana kalo
kita minta bantuan temen Gue?”
“Maksud
Elo?”
“Gue ada
kenalan seorang polisi Ndre,”
“Gila aja
Lo. Nanti malah Gue yang ditangkap karena udah berbuat cabul di tempat umum.
Dengan sesama cowok lagi,” kata Andre keberatan.
“Santai aja
Ndre. Polisi kenalan Gue ini sama kayak kita kok,”
“Gak ngerti
Gue,”
“Dia suka
juga ngentot dengan cowok!”
“Haaa?”
“Jangan
mElotot gitu dong,”
“Emang ada
polisi yang kayak gitu?”
“Ya iya lah.
Buktinya dia begitu,”
“Kenal di
mana Elo sama dia?”
“Chatting!”
“Polisi? Chatting?”
“Dia itu
reserse yang nanganin masalah cyber crime, jadi kerjaannya banyak online
internet,”
“Udah lama
kenal sama dia?”
“Lumayan,
awal Gue duduk di kelas dua,”
“Pernah
ketemuan sama dia?”
“Pernah.”
“Ngentot?”
“Pernah
dong! Rugi amat Gue gak ngentot dengan cowok semacho dia,”
“Umur berapa
sih tuh orang?”
“Berapa ya?
Gak pernah nanya Gue. Kayaknya empat puluhan gitu deh,”
“Tua banget.
Udah punya istri gak?”
“Udah koit
bininya. Sekarang dia ama anaknya, ada dua. Katanya yang nomor dua sebaya
dengan kita,”
“Gila!”
“Hehehe,”
“Emang enak
di kentot ama orang setua dia?”
“Ndre, empat
puluh tahun itu bElon tua. Lagian Elo kan bElon liat orangnya. Begitu liat, Gue
yakin Elo bakalan minta-minta di kentot sama dia. Hehehe,”
“Enak aja.
Tapi Wis, yang pasti Elo udah jadi dewa penolong Gue dan Calvin. Thanks banget
ya,”
“Santai aja
men. Gue hubungi dia sekarang ya,”
“Cepetan!”
***
Pukul tujuh
malam Yudha belum juga mengajak Asep pulang ke rumah. Selesai sholat, Yudha
kembali mengajak Asep ke kantor yang sudah sangat sepi. Tak ada orang lain
selain Yudha, Asep dan dua orang satpam yang bertugas di pos penjagaan.
Yudha
memanggil salah seorang satpam yang sedang bertugas itu. Satpam yang di
panggilnya itu masih muda. Wajahnya ganteng dan tubuhnya tinggi tegap.
Otot-ototnya terlihat menonjol di balik baju satpamnya yang ketat. Asep
berselera sekali melihat tonjolan di selangkangan sang satpam. Tonjolannya
cukup gemuk menandakan isinya cukup besar. Satpam yang tidak di panggil juga
ganteng. Kepada Yudha ia melemparkan senyum dan anggukan hormat.
Lalu Yudha
mengajak Asep dan satpam itu menuju ruangannya di lantai satu gedung kantor
itu. Jantung Asep berdegup. Otak kotornya muncul. Mau ngapain nih? Katanya
dalam hati. Bayangan Yudha mempreteli seluruh baju Asep dan sang satpam
ganteng, kemudian menelanjangi dirinya sendiri memenuhi otak Asep. Kontol Asep
mulai membesar.
“Sep,
kenalin ini Eka Sahputra. Dia baru dua bulan jadi satpam disini,” kata Yudha.
Asep
tersadar, bayangan cabulnya sirna sejenak. Asep dan satpam yang bernama Eka
Sahputra itu saling berjabat tangan.
“Asep,”
“Eka,”
“Sep, minggu
depan kamu akan ikut tes satpam. Supaya kamu punya gambaran bagaimana tes
satpam
yang akan kamu jalani, kamu harus banyak bertanya pada Eka,” kata Yudha.
“Baik Mas,”
kata Asep.
“Mas Eka,
tolong di bantu Asep ini ya,” kata Yudha.
“Baik Pak,”
sahut Eka.
“Baiklah,
kalau begitu Mas Eka silakan kembali ke pos,”
“Baik Pak,”
sahut Eka lagi.
Sang satpam
berlalu meninggalkan Asep dan Yudha berdua saja. Mata Asep sempat melirik
pantat sang satpam yang bagus sampai hilang di balik pintu ruangan Yudha.
“Sep,”
panggil Yudha mengagetkan Asep. Jantung Asep kembali bergemuruh. Apakah Yudha
akan…
“Ya Mas,”
sahut Asep.
Di
rasakannya suaranya bergetar. Kontolnya terasa semakin membengkak. Bayangan
cabul kembali berputar-putar di kepala Asep. Kali ini bayangan Yudha yang
mengangkang di atas meja menggeliat-geliat sambil mengerang-erang menikmati
batang kontol Asep di dalam lobang pantatnya.
“Ayo kita
pulang!” kata Yudha.
Di tepuknya
bahu Asep yang sedang berdiri tegak mematung. Asep tersadar. Yudha menyerahkan
tasnya kepada Asep untuk di bawa oleh pemuda desa itu. Kontol Asep kontan
lunglai.
***
Andre mengangkangkan
kedua pahanya lebar-lebar, memamerkan keindahan pemandangan di seputar
selangkangannya. Lipatan pahanya yang berotot tanpa lemak sedikitpun itu,
terlihat putih mulus tanpa sedikitpun ada bercak noda di sana. Kontolnya yang
gemuk panjang mengacung tegak kemerahan berhiaskan jembut panjang-keriting yang
tumbuh lebat mulai dari pangkal batang ke buah pelir sampai celah-celah lobang
pantatnya.
Di
selangkangan itu pulalah kini Wisnu sedang asik menikmati keindahannya. Cowok
itu memuluti segala perkakas milik sahabatnya yang ada di sana. Mulutnya
bergerak lincah menyusuri, senti demi senti. Lidahnya bak kuas yang
bergerak-gerak menyapu dinding kesana kemari.
Ketika ujung
lidah Wisnu menyapu celah lobang pantatnya, Andre keenakan. Tubuhnya menggelinjang.
Kepala Wisnu di tahannya di sekitar celah itu, meminta mulut dan lidah Wisnu
lebih intens bekerja di situ. Wisnu pun semakin giat jadinya. Mulut dan
lidahnya sibuk menjilati, menyedoti, menghisapi dan melumuri dengan ludahnya
lobang pantat remaja ganteng sahabatnya itu. Andre menggeram.
“Erghhh…
Wisshhh… entot Guehhh… entot Guehhh…,” pinta Andre kemudian.
Kenikmatan
yang di berikan mulut Wisnu, membuatnya tak tahan dan ingin segera merasakan
batang kontol gemuk besar milik Wisnu memasuki lobang kenikmatannya. Wisnu lalu
menindih tubuh Andre, tubuh keduanya berhimpitan. Dada bertemu dada, perut
bertemu perut, kontol bertemu kontol. Pantat mereka bergerak-gerak,
menggesekkan batang kontol. Mulut mereka berpagutan buas sambil berpelukan
erat.
Wisnu
mengarahkan kepala kontolnya ke bibir lobang pantat Andre. Perlahan-lahan
kepala kontol itu menembus kedalam, di susul dengan batang kontolnya hingga
seluruhnya masuk dan hanya menyisakan onggokan buah pelir yang bersemak jembut
tebal menggantung di bibir lobang pantat Andre yang menguak.
Pantat Wisnu
bergerak perlahan, maju mundur. Pantat Andre bergerak membalas. Gerakan pantat
perlahan itu kemudian meningkat temponya. Semakin cepat dan terus bertambah
cepat. Beban pikiran Andre sejenak terlupakan.
***
Calvin baru
saja selesai mandi. Dengan hanya menggunakan handuk, cowok itu keluar dari
kamar mandi hotel tempat Desi menginap. Sepupunya itu terlihat duduk termenung
di sudut kamar. Air matanya berlinang jatuh membasahi pipinya. Calvin
mendekatinya dan langsung memeluk tubuh sepupunya itu dengan sayang.
“Des, jangan
nangis lagi ya,” bujuknya.
Jemari
Calvin membelai rambut indah Desi. Sepupunya itu malah semakin terisak.
Wajahnya di benamkannya ke dada Calvin yang telanjang.
***
Sementara
itu pada saat yang sama, di tempat yang berbeda. Yudha dan Asep berjalan menuju
tempat parkir. Asep melangkah di belakang sambil menjinjing tas milik Yudha.
Keduanya berjalan menuju tempat mobil Yudha di parkirkan. Setelah tiba di
mobil, tiba-tiba Yudha teringat sesuatu.
“Sep, kamu
tunggu di mobil sebentar ya. Barang saya ada yang ketinggalan,” kata Yudha pada
Asep.
“Saya aja
yang mengambilkan Mas,” jawab Asep.
“Tidak usah,
biar saya saja,” sahut Yudha lagi.
Asep patuh
dan segera masuk ke dalam mobil. Yudha berlalu meninggalkan Asep.
***
Sepuluh
menit berlalu. Andre dan Wisnu sudah bertukar posisi ngentot. Kini Wisnulah
yang di sodomi oleh Andre dari belakang. Seperti anjing kawin, Andre mengentoti
lobang pantat Wisnu dengan gerakan pantat yang cepat. Keduanya sama-sama
merintih-rintih keenakan. Tubuh keduanya mengkilap bersimbah keringat.
***
Asep masih
menantikan Yudha yang belum juga kembali sejak sepuluh menit yang lalu. Kaca
jendela mobil sudah di bukanya lebar-lebar agar angin bisa masuk. Menunggu
membuat Asep bosan dan mulai mengantuk. Sejenak kemudian Asep terlelap. Baru
beberapa saat saja rasanya terlelap, pemuda desa itu merasa tersentak dan
terbangun dari tidurnya. Di lihatnya Yudha belum juga kembali. Bosan menanti,
Asep keluar dari mobil dan menyusul Yudha ke dalam kantor.
Asep
berjalan menuju ruangan Yudha yang di lihatnya dari jauh terbuka lebar. Begitu
tiba di depan pintu, Asep langsung terhenyak. Matanya mElotot melihat apa yang
terjadi di dalam ruangan kerja itu. Di atas lantai dengan posisi mengarah ke
depan pintu, di lihatnya Yudha dan Eka Syahputra, sang satpam ganteng sedang
mengentot dengan masih menggenakan sebagian pakaian mereka.
Kemeja masih
melekat di tubuh kekar Yudha, namun seluruh kancingnya sudah terbuka. Sedangkan
celana panjang dan celana dalamnya berserak di samping. Begitu juga dengan Eka
yang tak melepas kemejanya, hanya celana panjangnya saja yang berserak di dekat
celana Yudha. Sedangkan celana dalamnya masih melekat di betisnya sebelah kiri.
Pantat Yudha
penuh dengan batang kontol Eka yang gemuk panjang dan berurat. Bapak muda yang
ganteng, di peluk erat-erat oleh Eka. Tubuhnya membelakangi satpam ganteng yang
sedang asik mengentotinya itu.
“Sini
Sephhh… sinihhh…! Lamahhh… banget kamuhhh… datangnyahhh… Ohhh…” kata Yudha.
Asep masih
terbengong.
“Kemari!
Buka baju kamu cepat!” kata Yudha tak sabar.
Asep segera
sadar dari bengongnya dan langsung menelanjangi tubuhnya sendiri. Segera
setelah itu ia mendekati Yudha dan Eka. Kontolnya yang sudah bengkak sejak tadi
langsung di sorongkannya ke mulut Yudha. Bapak muda nan tampan itu segera
menyambut kontol Asep dan mengisapnya sekuat tenaga.
“Sluruppp…”
suara mulut Yudha menyedot batang kontol Asep.
***
Wisnu
mengocok-ngocok batang kontolnya sendiri. Dalam posisi setengah miring di atas
ranjang, Andre mengentoti lobang pantatnya dari belakang. Sebelah kaki Wisnu di
angkat ke atas tinggi-tinggi, di pegangi oleh Andre. Keduanya sudah lupa akan
janji bertemu dengan Sony malam ini.
“Ndrehhh…
ohhh Ndreehhh…” racau Wisnu keenakan.
Beberapa
saat kemudian Wisnu menarik pantatnya dari gempuran kontol Andre. Tubuhnya
kemudian di telentangkannya di atas ranjang. Andre mengerti keinginan sahabatnya
itu yang pingin gantian menyodomi. Andre lalu menaiki tubuh Wisnu. Dengan
posisi duduk di atas tubuh Wisnu, Andre membenamkan kontol sahabatnya ke dalam
lobang pantatnya. Keduanya kembali melanjutkan ngentot mereka.
***
Calvin
mencoba menggendong tubuh Desi ke atas ranjang. Cowok itu kerepotan mengangkat
tubuh sepupunya itu karena harus menahan handuknya agar tidak terlepas. Desi
berhasil di gendong, namun Calvin tak sanggup menahan handuknya agar tidak
terlepas. Dengan tubuh telanjang bulat, akhirnya Calvin berhasil membawa
sepupunya itu ke atas ranjang.
Desi tak mau
melepaskan pelukannya dari Calvin. Mau tak mau dalam keadaan bugil, Calvin ikut
berbaring juga di atas ranjang. Tubuh keduanya menyatu. Desi memeluk tubuh
Calvin erat-erat. Untuk beberapa saat Calvin merasa biasa saja di peluk Desi
erat seperti itu. Namun lama kelamaan ia mulai jengah.
Apalagi
ketika tangan Desi pelan-pelan, entah sengaja atau tidak mengelus-elus lembut
belakang tubuhnya mulai dari punggung dan terus menjalar sampai ke buah
pantatnya. Desi kemudian memandang Calvin dengan tatapan yang aneh. Sejurus
kemudian bibirnya melumat bibir Calvin. Tak ayal, kontol Calvin bergerak
mengeras!
***
Asep
kepingin merasakan lobang pantat Yudha. Tapi pemuda desa itu segan
mengutarakannya. Matanya memandang dengan iri pada kontol Eka yang masih terus
mengentoti lobang pantat Yudha. Entah memahami pikiran Asep, atau memang karena
Yudha juga kepingin di kentot pemuda desa itu. Tiba-tiba Yudha melepaskan
kontol Eka dari lobang pantatnya. Yudha lalu menarik tangan Asep dan membawa
pemuda desa itu menuju sofa yang ada di dalam ruangannya.
Tubuhnya
yang kekar itu lalu di rebahkannya telentang di atas sofa. Pahanya segera di
sibakkannya lebar-lebar. Asep segera paham maksud Yudha. Kontolnya serta merta
di benamkannya ke lobang pantat Yudha yang terlihat masih menganga, karena baru
saja di kentoti batang kontol Eka.
“Yeshhh…
yeshhh… kentotin sayahhh…! Kentotihhh… saya Sephhh…!” kata Yudha.
Asep tak
menjawab dengan kata-kata. Jawaban Asep adalah dengan kontolnya yang segera
mengaduk-aduk lobang pantat bapak muda ganteng itu.
Eka yang
kehilangan lobang pantat segera berdiri. Satpam ganteng itu lalu mendekati Asep
dan Yudha yang sedang mengentot. Mulutnya segera mendekat ke batang kontol
Yudha yang mengaceng. Dengan lahap di sElomotinya batang kontol bapak muda
ganteng yang sedang di kentot oleh Asep itu.
***
“Ohhhkkkhhh…”
jerit Andre dan Wisnu bersamaan.
Pantat Andre
menekan kuat-kuat ke bawah membenamkan seluruh batang kontol Wisnu yang sedang menyemburkan sperma dari kepala kontolnya ke dalam lobang pantat Andre.
Saat yang
sama kepala kontol Andre juga sedang menyemburkan sperma dan berhamburan ke
perut, dada, bahkan ada yang sampai ke wajah Wisnu. Kedua remaja itu sedang
orgasme bersamaan. Kenikmatan yang mereka raih, membuat keduanya tak peduli
dengan jeritan kenikmatan mereka yang sangat keras dan bukan tidak mungkin
terdengar sampai ke bawah.
Setelah
orgasme mereka tuntas, tubuh keduanya langsung lemas dan dari mulut mereka
terdengar deru nafas ngos-ngosan.
***
Pantat Eka
kini menduduki wajah ganteng Yudha. Sementara Asep masih mengentotinya, Yudha
asik menjilati lobang pantat Eka. Ketiga pria jantan dan tampan itu masih terus
melanjutkan pesta sex mereka. Yudha sepertinya sudah tak dapat lagi menahan
orgasmenya. Saat kontol Asep mengentoti lobang pantatnya Yudha orgasme.
Asep masih
penuh gairah, namun ia tak tega melihat Yudha yang sudah lemas setelah orgasme.
Asep lalu melirik pada Eka, satpam itu langsung mengerti arti lirikan Asep.
Sang satpam langsung menungging di lantai, mengkangkangkan lobang pantatnya
untuk siap di masuki kontol Asep.
Pemuda desa
itu segera membenamkan batang kontolnya ke dalam lobang pantat Eka yang sudah
berlumuran ludah Yudha tadi. Lobang pantat Eka terasa seret dan ketat.
“Kamu belum
pernah di kentot ya Ka?” tanya Asep sambil menggerakkan pantatnya maju mundur
perlahan-lahan.
Asep kuatir
terlalu hot mengentot Eka malah membuat batang kontolnya sendiri menjadi lecet.
“Belum
Sephh… Biasanya Gue yang ngentotin orang,” sahut Eka.
Asep
tersenyum senang, betapa bersyukurnya Asep bisa merasakan lobang pantat sempit
milik pria seganteng Eka. Sementara itu dari tempatnya mengentoti Eka, Asep
melihat Yudha memandangi mereka dengan keinginan untuk kembali bergabung.
***
“Gede banget
Vin,” kata Desi dengan suara bergetar saat telapak tangannya menggenggam batang
kontol Calvin yang sudah tegak keras.
Kedua sepupu
itu telah sama-sama terangsang.
“Boleh Gue
isep ya Vin?” kata Desi lagi.
Calvin tak
mampu menjawab. Hanya kepalanya saja yang mengangguk ragu.
Desi lalu
mendekatkan mulutnya ke kepala kontol Calvin. Saat bibir mungil Desi mengecup
lembut ujung kepala kontolnya, Calvin tak lagi ingat bahwa Desi adalah
sepupunya yang sedang gundah gulana.
***
Andre masih
berbaring lemas di atas ranjang bersama Wisnu. Kedua sahabat itu sedang
beristirahat mengembalikan stamina mereka yang terkuras usai mengentot tadi.
Tiba-tiba telepon genggam Wisnu berdering, Wisnu segera menerima panggilan
telepon itu. Rupanya dari Sony. Dari seberang sana reserse sahabat Wisnu
mengatakan, bahwa ia sudah menunggu kedua remaja itu di sebuah cafe di bilangan
Mal Pondok Indah. Setelah Wisnu menutup pembicaraannya dengan Sony,
tergopoh-gopoh kedua remaja yang masih lemas itu menuju kamar mandi. Mereka
segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat menemui Sony.
***
Asep
merasakan lobang pantat Eka sudah dapat beradaptasi dengan batang kontolnya,
Asep lalu mengentoti Eka dengan liar. Pantatnya bergerak maju mundur dengan
cepat. Eka pun sudah tidak lagi merasakan sakit seperti awal mula Asep
mengentotinya. Satpam ganteng itu kini sudah ikut menggerakkan pantat dengan
binal membalas kentotan Asep. Keduanya seperti tak hendak menyudahi
persenggamaan mereka yang kelihatannya sangat nikmat itu.
Yudha
berjalan mendekati Asep dan Eka. Lalu bapak muda itu menuju ke belakang tubuh
Asep. Pantat pemuda desa itu kemudian di remas-remas dan di kuak-kuakkannya.
Asep paham keinginan Yudha. Sambil mengentoti Eka, Asep melebarkan pahanya.
Pemuda desa itu memberikan kesempatan pada Yudha untuk dapat memasukinya.
***
Calvin
mengangkangi tubuh Desi. Kontolnya bergerak keluar masuk dengan lembut
mengentoti memek sepupunya itu. Desi memeluk erat tubuh Calvin seperti tak
ingin lepas darinya. Tak ada entotan liar dan buas seperti yang biasa di lakukan
Calvin saat ngentot dengan sesama cowok. Apa yang di lakukan saat ini adalah
entotan penuh cinta dan kasih sayang.
Begitulah,
akhirnya kedua sepupu itu menyudahi persenggamaan mereka dengan orgasme
bersamaan. Calvin menguburkan kontolnya sedalam-dalamnya di lorong memek Desi.
Spermanya menyembur bercampur dengan lendir kenikmatan Desi.
***
Asep
menggeram karena kenikmatan ganda yang dirasakannya. Orgasmenya di rasakannya
sudah mendekat.
“Ohhh..,”
erangnya tertahan. Spermanya tersembur dari kepala kontolnya.
“Sep, Sep,
kamu kenapa?” di dengarnya suara sayup-sayup Yudha dan guncangan keras di
tubuhnya.
Asep
tersadar, di lihatnya sekeliling. Ternyata dia masih berada di dalam mobil.
“Ayo turun,
kita sudah sampai di rumah,” kata Yudha menepuk bahunya.
“Kita di
mana Mas?” tanya Asep bingung.
“Sudah
sampai rumah, ayo turun,” kata Yudha mengulangi.
“Kamu tadi
tertidur waktu nungguin saya ngambil berkas yang ketinggalan di kantor,”
sambung Yudha.
Asep baru
ngeh, ternyata dia cuma mimpi basah. Asep merasakan celana dalamnya basah kuyup
dengan spermanya sendiri.
Bersambung...
2 komentar:
cerita yang bagus
tulis ceritanya lagi dong
Lanjutan cerita mana nih