Catatan Calon Dokter (part 8)


Selasa, 14 Februari 2012

[Ruby]

"Perdarahan? Dikepalanya?" tanyaku kaget.
"Ya. Anda bisa lihat bayangan putih disini-disini." dokter Adre menunjuk tempat-tempat yang ada bayangan putih dari foto kepala Klein.
"Kira-kira perdarahannya jumlahnya..." dokter itu menatap laki-laki disampingnya. Dia memakai setelan seperti training baju olah raga berwarna merah.
"10cc dok." saut laki-laki yang kupergoki tadi sedang memeluk Klein.
"10cc, belum indikasi dilakukan operasi. Kami berharap dengan obat-obat yang antiperdarahan yang kami masukan akan menghentikan perdarahannya. Dan darah ini akan diserap sendiri oleh tubuh." jelasnya panjang lebar.
Tidak semuanya aku pahami tapi aku pasang wajah serius. Yang aku senang adalah tidak perlu dilakukan operasi.


"Ada yang mau ditanya lagi?" tanyanya.
"Jadi tindakan berikutnya apa?"
"Sesuai keilmuan kami Tn. Klein harus dirawat. Kami akan melakukan CT-Scan ulang untuk melihat apakah perdarahannya berhenti atau belum."
Aku tidak bertanya lagi.
"Baik bila ada apa-apa bisa mencari saya atau dokter muda Elmo." dokter itu menepuk-nepuk pundak laki-laki serba merah ini.

Elmo toh. Pantesan warnanya merah. Batinku. Aku mengurus ruang rawat. Aku sempat protes soal jahitan di jidat Klein,tapi bisa dilakukan operasi cosmetik untuk hal ini.

"Lu mau dirawat di sini? Lu yakin?" tanyaku.
"Iya." jawabnya.
"Kok bisa gini sih. Lu ngapain tadi malem bisa-bisanya mabok pake naik motor sendiri." aku mau mulai ngomel.
"Gue gak mau bahas..." bisiknya.
"Okey. Fine." aku mengalah. " so you really want in this hospital?" tanyaku lagi, sambil pandangku menyapu sekeliling ruang ini.
"Yeh. 100%." dia tersenyum,tersipu sambil memandang laki-laki merah tadi. Siapa tadi. Elmo!

Aku mau membahas hal ini namun perawat datang untuk mengantarkan Klein ke ruangan. Aku pilihkan untuk Klein ruang rawat VIV.

" DOK! Bantu dorong." seru ke laki-laki merah itu. Hem... Aneh bukannya dokter atasan perawat kenapa perawat ini memerintah laki-laki merah ini.
" Sip Kak." jawab laki-laki itu antusias.

Sesampainya di ruangan kami berpisah.
" ELMO! Jangan lupa lu janji ngejaga gue ya." bisik Klein saat laki-laki serba merah itu pamit.

Aku menatap Klein ganjil. Klein menolak melakukan kontak mata.

Dia senyum-senyum sendiri. " lu terima sms yang ngabarin gue kecelakaan gak?" tanya Klein. Dia membelakangiku.
"Ada. Why?"
"Lets me see!"
"Excuse me?" protesku.
"FINE! Forget it!" desisnya kesal.
"What wrong with you?" aku benar-benar heran.
"I need rest. Thx 4 coming."
"I will stay."
kami saling diam.


Aku memindahkan mobilku ke tempat parkir di samping kamar rawat Klein. Untuk ruang kamar VIV nya cukub mewah. Ruangannya luas dengan sofa panjang menghadap TV 21, tempat tidur pasien yang bisa diatur dinaikan kepala atau kaki.
Aku mengambil laptop ku, untuk online supaya mengurus pekerjaanku yang tertunda.
Aku membuka pintu kamar. Aku memergoki Klein memegang BBku.
"What are you doing?" tanyaku spontan.
"Nothing." jawabnya santai lalu meletakkan BBku diatas. Disampingnya ia memegang tongkat penyanggah cairan infus.

Aku hendak marah dan mengambil BBku dari atas meja. Aku kaget tiba-tiba Klein menurunkan celananya. Memamerkan celana dalam hitam yang mini. Aku menelan ludah. Tidak punya kemampuan untuk mengalihkan pandanganku dari pantatnya yang putih dan indah itu.
Dia berjalan santai ke tempat tidurnya sambil menggandeng tiang infusnya. Lu berkata.
"I want sex. Kunci pintunya!"

0 komentar: