Catatan Calon Dokter (part 7)


Jumat, 10 Februari 2012


[Elmo]

Aku kaget sekali
"GCS 15!" desisku

(GCS 15: sadar penuh)

Tadi aku sempat berfikir dia mengalami penurunan kesadaran mendadak karena perdarahan intrakranialnya bertambah.

TEEETTTT....!
Bunyi bell. Koass-koass bubar dan berlari-lari ke depan.

Tanpa dapat ditahan air mataku menetes. Aku benar-benar terharu. Aku benar-benar ketakutan tadi kalo benar Klein jatuh dari berangkar atau kesadarannya menurun artinya aku sudah sangat ceroboh menjaga pasienku. Menjaga orang yang seharusnya ku tolong dengan kemampuan terbaik yang ku miliki. Aku bersalah. Aku ceroboh.

Aku tidak pantas menjadi dokter. Kata-kata dr. De Jong seperti terngiang lagi ditelingaku.
Lalu aku harus jadi apa....kalo bukan dokter....
Tiba-tiba aku memeluknya. Tubuh ini seperti bukan milikku bergerak tidak sesuai perintahku. Sekarang aku memeluk seorang laki-laki yang baru ku kenal. Ini benar-benar diluar kendali.

"Gue takut tadi lu kenapa-kenapa. Gue GCS lu turun karena perdarahan intracranial lu bertambah." isakku diperut Klein sambil melingkarkan tanganku dipinggangnya.
"MAAFIN GUE YA! Maafin gue." membenamkan mukaku makin dalam ke dalam perutnya.
"Gue bisa jadi dokter yang layak. Dokter yang pantas." isakku lagi. Membenamkan wajahku terus. Membiarkan beban ini lepas.



[Klein]

Geg...!
Orang ini mengatakan hal-hal yang tidak kupahami.
GCS? Apaan tuh?
Intrakranial? Apa lagi tuh?
Lalu kenapa dia tiba-tiba menangis. Begitu khawatirnya kah dia. Tadi aku hanya pura-pura tidur karena banya perempuan yang menanyaikun ini itu.
Lagian nih orang lama banget pergi ngambil minumnya. Aku merasa sendirian ditempat ini tanpa si culun ini.
Aku harus apa? Ku elus rambutnya yang ikal. Ku tepuk-tepuk pelan kepalanya. Pelukanmu membuatku nyaman. Jangan terlalu cepat berhenti menangis. Kulihat arah luar. Ruby sudah berdiri disana. Aku melempar senyum padanya. Ku taruh telunjukku di depan bibir. Memberinya kode. Jangan bersuara.



[Ruby]

Aku memarkirkan mobil. Ku tanya orang yang pertama ku temui letak UGD rumah sakit ini. Rumah sakitnya tidak terlalu meyakinkan. Jauh dari kesan mewah. Aku segera ke bagian pendaftaran pasien dan bertanya tentang Klein. Beberapa lama menunggu dia mengatakan Tn. Klein ada di ruangan observasi,ruangan itu ada di sebelah kiri.

TEEETTT....!

Aku sempat kaget. Bel apa itu? Tiba-tiba sekelompok dokter menuju jalan masuk UGD. Aku baru menyadari bahwa ada mobil angkot terparkir di depan jalan masuk. Mereka sibuk mendorong tempat tidur yang dapat di dorong memindahkan seorang ibu yang matanya tertutup. Aku sempat terbengong-bengong sendiri melihat kejadian itu. Beberapa dokter itu matanya beradu denganku. Aku tersenyum. Beberapa terang-terangan memandangiku dengan pandangan kagum. Aku sudah terbiasa dengan pandangan seperti itu.

Oh ya? Aku kesini untuk Klein. Aku segera ke ruangan yang dimaksud. Aku langsung mengenali Klein. Tempat ini dan Klein seperti hitam dan putih, sangat kontras, sehingga dengan mudah aku dapat menemukannya. Kami seolah-olah tidak layak ada di sini. Tempat kami di club-club malam, pusat-pusat belanja, gedung-gedung yang mewah, dan rumah sakit ini.... Sangat kontras.

Langkahku tertahan. Aku agak bingung dengan pandangan yang ku lihat. Seseorang memeluk Klein. Dia bilang tentang menjaga atau apalah. Klein tersenyum padaku dan saat aku akan menghampirinya dia memberiku kode untuk jangan ribut. Siapa orang yang memeluknya ini? Aku mendekat tanpa bersuara. Orang itu kemudiaan sadar keberadaanku. Matanya merah habis menangis. Ekspresi wajahnya agak kaget. Dia membetulkan letak kacamatanya.

" Anda Tn. Ruby?" tanyanya,dengan suara parau.
" Iya,jadi bagaimana kondisi teman saya ini?" tanyaku langsung.
" Sebentar saya panggil dokter UGDnya,biar beliau yang memberi pernyataan." dia pamit kemudian kembali dengan seorang pria yang memperkenalkan dirinya dengan nama Adre. Dia menjelaskan keadaan Klein. Orang tadi berdiri dibelakang pria itu ikut mendengarkan. 



0 komentar: