[Klein]
"Tn. Klein. Eh Ein, saya periksa dulu ya." katanya ramah. Huah! Menguap lagi. Matanya merah karena mengantuk.
Dia pindah ke sisi kananku. Dia menaruh jari-jarinya di pergelangan tanganku, aku merasa aneh. Jantungku berdebar kencang. Kulirik wajahnya. Dia menunduk melihat jam tangannya.
"Agak cepet ya." gumannya. Aku tersenyum saja. Dia melakukan beberapa pemeriksaan persis seperti 1jam lalu. Lalu menulisnya.
"Oh ya. gimana temen gue yang minta lu hubungi?" tanyaku mencoba mencari topik.
"Oh?!" dia mengambil hape didalam celananya.
"Dia tlp 4kali, tapi saya tadi sedang ada perlu. Maaf. Mau saya telephone?"
"Gak usah. Bisa minta hape gue?" jawabku. Dia permisih sebentar dan kemudian membawa BBku.
"Tolong dong cari di phone book nama Ruby. Tolong ya" mintaku.
Dia menelepon. Menyebutkan nama lalu memberikan kepadaku.
" Hallo, Ruby?"
[Elmo]
"Pasien lu nunggu apa lagi? Kenapa masih belum pindah bangsal." tanya Alben saat aku berpapasan di dapur untuk mengambil air minum.
Aku mengangkat bahu.
"Paling masalah admin, bukan urusan gue kalo itu. Oh ya Pasien apa tadi?" tanyaku balik.
"Kecelakaan kerja. Tuh." sambil menunjuk ke arah dua orang yang sedang dihecting oleh Cipro adan Donna.
(hecting: jahit luka)
"BTW kok lu tinggal tuh pasien lu?" protes Alben.
"Kalo dia jatuh dari berangkar karena gak lu awasin, rumah sakit bisa dituntut, dan elu... Ekw!" sambil melintaskan tangannya di depanlehernya.
"Karir lu akan tamat sebelum dimulai." lanjutnya lagi.
"Dia lagi nelpon. Gue gak enak nanti kesannyanguping. Lagian dia CM gitu. Amanlah."
(CM/ composmentis: sadar penuh)
"Oh. Btw pasien lu tuh ada perdarahan intracranial gak sih?"
(intracranial: didalam kepala)
"Ada, tapi gak sampe 20cc. Bukan indikasi kraniotomi. Liat aja tanda-tanda TIK juga gak bertambah"
(kraniotomi: membuka tulang kepala, TIK: tekanan di dalam kepala)
"Pinter bgt lu!" Alben senewen.
"Bukan, itu copy paste dari yang diajarin dr.Bella tadi subuh." aku nyengir.
"Liat CT-Scannya dong. Ajarin gue!" jitak Alben.
"Aduh! Cedera kepala ringan nih gue!" protesku sambil mengelus-elus kepala.
"ABCDE clear!" balas Alben.
"Uh! Gak lucu! Jadi minta diajarin gak?" aku sewot. Alben tidak tampak bersalah. Kami menuju rak hasil foto-foto radiologi.
Setelah mengambil hasil CT-Scan yang dimaksud kami menuju ruang observasi. Alben disampingku.
"Kenapa pada ngumpul ya? Ini pada ngerumunin pasien lu?" tanya Alben,lebih pada dirinya sendiri.
Darahku seketika berdesir kencang dan jantungku rasanya mau lompat. Aku mulai menduga-duga hal yang buruk telah terjadi pada pasienku. Terpikir kata-kata Alben tadi kalo pasien ku jatuh dari berangkar karierku yang belum dimulai akan tamat.
BERAKHIR SEBELUM DIMULAI. Kata-kata itu menusuk-nusuk kepalaku.
Aku bertanya ada apa pada koass paling belakang, dia tidak menjawab. Tetapi mukanya memerah.
Ku minta koass-koass itu minggir.
" Permisi! Permisi!" aku menerobos,meminta koass itu menyingkir. Jantungku berdebar dengan kencangnya. Aku kaget dengan apa yang kulihat.
Pemandangan yang kupikir akan kulihat adalah pasienku sedang terbaring tidak sadarkan diri di bawah berangkar tidak sesuai dengan kenyataannya. Baik pasienku dan berangkarnya ada di tempat yang seharusnya.
Klein memejamkan mata di atas berangkar tampak tenang. Pernafasannya stabil. Seperti tidur.
ku tarik nafas lega.
Tapi kenapa semua orang-orang ini berkumpul mengerumuni Klein?
"Kenapa pada ngumpul disini" tanyaku kepada perempuan di sampingku.
"Eh,enggak cuma liat aja." katanya,wajahnya memerah persih seperti reaksi koass perempuan pertama tadi yang aku tanya.
"Gila ganteng banget ya." sebuah suara bisik-bisik yang sampai ke telingaku dari arah belakang.
"Iya ganteng" balas yang lain.
Sepertinya aku tau alasannya. Huh! Bikin panik saja. Aku minta mereka agak jaga jarak supaya pasiennya mendapatkan cukub oksigen. Kulirik jam,saatnya memeriksa Klein kembali.
"Klein... Klein bangun." kataku mengguncang sedikit pundaknya. Dia tidak membuka matanya. Ku guncang lebih keras.Tidak bangun juga.
ANEH. Aku merasa panas dan dadaku terasa mau pecah saking takutnya.
"KLEIN! Coba Buka matanya!" tepuk ku kuat ketangannya. Dia tetap tidak membuka mata.
Aku makin panik. Mungkinkah perdarahan intracranialnya bertambah dengan cepat dan dalam waktu 15 menit kesadarannya segera turun secepat ini.
Menghitung GCS yang terpikir dalam otakku.Bila dipanggil dan ditepuk tidak ada respon. Berikutnya dicoba dengan rangsang nyeri.
Ku cubit papila mamae kirinya.
(papila mamae: puting susu)
"ANJRIT!!! ELMO SAKIT!!!" teriaknya sambil memukul tanganku.
"Tn. Klein. Eh Ein, saya periksa dulu ya." katanya ramah. Huah! Menguap lagi. Matanya merah karena mengantuk.
Dia pindah ke sisi kananku. Dia menaruh jari-jarinya di pergelangan tanganku, aku merasa aneh. Jantungku berdebar kencang. Kulirik wajahnya. Dia menunduk melihat jam tangannya.
"Agak cepet ya." gumannya. Aku tersenyum saja. Dia melakukan beberapa pemeriksaan persis seperti 1jam lalu. Lalu menulisnya.
"Oh ya. gimana temen gue yang minta lu hubungi?" tanyaku mencoba mencari topik.
"Oh?!" dia mengambil hape didalam celananya.
"Dia tlp 4kali, tapi saya tadi sedang ada perlu. Maaf. Mau saya telephone?"
"Gak usah. Bisa minta hape gue?" jawabku. Dia permisih sebentar dan kemudian membawa BBku.
"Tolong dong cari di phone book nama Ruby. Tolong ya" mintaku.
Dia menelepon. Menyebutkan nama lalu memberikan kepadaku.
" Hallo, Ruby?"
[Elmo]
"Pasien lu nunggu apa lagi? Kenapa masih belum pindah bangsal." tanya Alben saat aku berpapasan di dapur untuk mengambil air minum.
Aku mengangkat bahu.
"Paling masalah admin, bukan urusan gue kalo itu. Oh ya Pasien apa tadi?" tanyaku balik.
"Kecelakaan kerja. Tuh." sambil menunjuk ke arah dua orang yang sedang dihecting oleh Cipro adan Donna.
(hecting: jahit luka)
"BTW kok lu tinggal tuh pasien lu?" protes Alben.
"Kalo dia jatuh dari berangkar karena gak lu awasin, rumah sakit bisa dituntut, dan elu... Ekw!" sambil melintaskan tangannya di depanlehernya.
"Karir lu akan tamat sebelum dimulai." lanjutnya lagi.
"Dia lagi nelpon. Gue gak enak nanti kesannyanguping. Lagian dia CM gitu. Amanlah."
(CM/ composmentis: sadar penuh)
"Oh. Btw pasien lu tuh ada perdarahan intracranial gak sih?"
(intracranial: didalam kepala)
"Ada, tapi gak sampe 20cc. Bukan indikasi kraniotomi. Liat aja tanda-tanda TIK juga gak bertambah"
(kraniotomi: membuka tulang kepala, TIK: tekanan di dalam kepala)
"Pinter bgt lu!" Alben senewen.
"Bukan, itu copy paste dari yang diajarin dr.Bella tadi subuh." aku nyengir.
"Liat CT-Scannya dong. Ajarin gue!" jitak Alben.
"Aduh! Cedera kepala ringan nih gue!" protesku sambil mengelus-elus kepala.
"ABCDE clear!" balas Alben.
"Uh! Gak lucu! Jadi minta diajarin gak?" aku sewot. Alben tidak tampak bersalah. Kami menuju rak hasil foto-foto radiologi.
Setelah mengambil hasil CT-Scan yang dimaksud kami menuju ruang observasi. Alben disampingku.
"Kenapa pada ngumpul ya? Ini pada ngerumunin pasien lu?" tanya Alben,lebih pada dirinya sendiri.
Darahku seketika berdesir kencang dan jantungku rasanya mau lompat. Aku mulai menduga-duga hal yang buruk telah terjadi pada pasienku. Terpikir kata-kata Alben tadi kalo pasien ku jatuh dari berangkar karierku yang belum dimulai akan tamat.
BERAKHIR SEBELUM DIMULAI. Kata-kata itu menusuk-nusuk kepalaku.
Aku bertanya ada apa pada koass paling belakang, dia tidak menjawab. Tetapi mukanya memerah.
Ku minta koass-koass itu minggir.
" Permisi! Permisi!" aku menerobos,meminta koass itu menyingkir. Jantungku berdebar dengan kencangnya. Aku kaget dengan apa yang kulihat.
Pemandangan yang kupikir akan kulihat adalah pasienku sedang terbaring tidak sadarkan diri di bawah berangkar tidak sesuai dengan kenyataannya. Baik pasienku dan berangkarnya ada di tempat yang seharusnya.
Klein memejamkan mata di atas berangkar tampak tenang. Pernafasannya stabil. Seperti tidur.
ku tarik nafas lega.
Tapi kenapa semua orang-orang ini berkumpul mengerumuni Klein?
"Kenapa pada ngumpul disini" tanyaku kepada perempuan di sampingku.
"Eh,enggak cuma liat aja." katanya,wajahnya memerah persih seperti reaksi koass perempuan pertama tadi yang aku tanya.
"Gila ganteng banget ya." sebuah suara bisik-bisik yang sampai ke telingaku dari arah belakang.
"Iya ganteng" balas yang lain.
Sepertinya aku tau alasannya. Huh! Bikin panik saja. Aku minta mereka agak jaga jarak supaya pasiennya mendapatkan cukub oksigen. Kulirik jam,saatnya memeriksa Klein kembali.
"Klein... Klein bangun." kataku mengguncang sedikit pundaknya. Dia tidak membuka matanya. Ku guncang lebih keras.Tidak bangun juga.
ANEH. Aku merasa panas dan dadaku terasa mau pecah saking takutnya.
"KLEIN! Coba Buka matanya!" tepuk ku kuat ketangannya. Dia tetap tidak membuka mata.
Aku makin panik. Mungkinkah perdarahan intracranialnya bertambah dengan cepat dan dalam waktu 15 menit kesadarannya segera turun secepat ini.
Menghitung GCS yang terpikir dalam otakku.Bila dipanggil dan ditepuk tidak ada respon. Berikutnya dicoba dengan rangsang nyeri.
Ku cubit papila mamae kirinya.
(papila mamae: puting susu)
"ANJRIT!!! ELMO SAKIT!!!" teriaknya sambil memukul tanganku.
0 komentar: