[Ruby]
-time to have fun-
"HAI!" sapa seorang laki-laki.
Suara musik malam berdentum keras. Suasana malam di club ternama di jakarta pusat ini sungguh meriah.
"Hai!" jawabku.
"Ryan." kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.
"Ruby" jawabku lagi
Ryan mau mengatakan sesuatu lagi. Segera ku tarik kerah kemejanya ke arahku dan membungkam mulutnya dengan mulutku, menghisapnya dalam. Ku dorong lidahku masuk kedalam mulutnya, menyapu isi rongga mulutnya. Dia membalas dengan samaliarnya. Ku tarik kepalaku tiba-tiba. Wajahnya tampak kecewa karena kehilangan ciumanku.
"Kita keluar dari sini!" terikku setelah menyelesaikan ciumanku.
"kemana?"tanyanya.
"Ketempat kita bisa berdua saja." jawabku sambil memegang tonjolku.
"Ada yang gue mau tunjukin." lanjutku nakal.
Wajah Ryan tampak senang. Matanya terpaku pada genggeman tanganku.
Ku gapai lehernya, ku dekatkan lagi ke wajahku dan ku lumat lagi bibirnya yang ranum. Dia memejamkan matanya menikmati hisapanku di bibirnya.
"bahkan Kau boleh lebih dari sekedar melihatnya malam ini" bisikku ditelinganya.
Ryan mengerang keenakan saat aku menghisap penisnya. Kujilat-jilat kepala penisnya, membenamkannya kedalam mulutku. Kuremas pantatnya dan kutarik kembali. Kulakukan berkali-kali. Celananya turun setinggi lutut dan aku sedang berjongkok di depannya.
"AH... ah...!" desahnya, sambil memejamkan matanya. Menghayati sensasi oral sex yang kuberikan.
Kukeluarkan penisnya dari mulutku, bibirku bergerak naik sedangkan tanganku kananku tetap memberikan kocokan di penisnya yang membengkak. Kucium perutnya yang rata. Bayangan otot-otot perut yang teratur dilatihnya di gym membayang dibawah kulit putihnya sehingga membuat birahiku memuncak. Kujilat-jilat pusarnya. Menggigit kecil perutnya. Dia mendesah.
"Ah...!"
Aku naik kembali keatas menemukan dada bidangnya. Kujilat dan kuhisap pentilnya. Meninggalkan bekas merah disana.
Kali ini dia melenguh lebih keras. Kugigit pelan, dia semakin melenguh keras. Dia tampak makin gelisah.
"Erggg...!" erangku.
Setelah puas menetek seperti bayi di dadanya yang bidang, aku naik ke leher. Menjilatnya dan menghisapnya. Kugigit dagunya kemudian ku tatap wajahnya. Kupegang dengan kedua tanganku agar wajah kita sejajar. Kunikmati sejenak wajah tampan Ryan, lalu ku cium buas bibirnya yang merah. Sambil tetap berciuman ku giring dia ke ranjang kemudian mendorong tubuhnya kasar.
Kutahan bahunya. Dan kudorong kasar kembali ke atas ranjang. Wajahnya memerah kesal menahan nafsunya.
Ku lepaskan bajuku dan kali ini kuturunkan celanaku. Aku biarkan celana dalam tetap membalut pinggangku. Celana dalam Calvin Klein warna merah itu sangat kontras dengankulit putihku.
Kuangkat kedua tanganku memamerkan ketiaku yang kucukur bersih. Mengelus-elus kedua dada bidangku.
Kulirik kembali Ryan. Kulihat beberapa kali ia menelan ludah dan menjilat bibir atasnya. Aku berdiri didepannya meremas-remas tonjolanku yang masih terbungkus celana dalam. Ryan mengangkat badannya, menyingkirkan tanganku dan mencium-cium tonjolanku. Saat dia mau menurunkan celana dalamku, kujengut rambutnya. Aku menunduk dan menciumnya ganas.
"gak sabar banget sih?" bisikku ditelinganya. Lalu menjilatnya telinganya.
Ia mendesah
Tubuhnya terhempas dan berbaring diatas ranjang sedangkan wajahnya mendongak ke arahku. Wajahnya tampak sedikit kaget. Dia menatapku. Tidak berkata apa-apa.
Aku berdiri didepannya menapat tubuhnya tajam.
Kubuka kancing bajuku satu persatu. Dia tetap diam,menunggu dengan tidak sabar. Setelah kancing yang terakhir ku buka kulihat dia menelan ludahnya,jakunnya terlihat naik turun. Ia bangkit mau memegangku.
Ryan kemudian berusaha menurunkan kembali celana dalamku. Kali ini kubiarkan.
"Punya lu gede banget." pujinya saat melihat ukuran penisku. Dia menatap terpaku beberapa lamanya sambil menelan ludah.
Kuangkat dagunya supaya dapat menghadap mukaku.
"Jadi? Lu cuma mau memandanginya semalaman?" tanyaku.
Dia tersenyum dan kemudian memasukan penisku kedalam mulutnya.
" AH!"
04:00
Aku melirik jam didinding setelah cape melampiaskan birahiku. Ryan berbaring disampingku dengan keringat di hampir seluruh tubuhnya.
Kubungkam bibirnya lagi dengan bibirku. Membalik tubuhnya dan ku masukan penisku kedalam anusnya. Mendorongnya pelan hingga seluruh penisku terbenam sempurna. Ku angkat pantatku lalu kuhentakkan peniskuke dalam anusnya.
Dia mendesah-desah ditiap hentakanku merasakan sensasi gesekan penis dan dinding ususnya.
"AH..... Ah.... Ryan...."
-time to have fun-
"HAI!" sapa seorang laki-laki.
Suara musik malam berdentum keras. Suasana malam di club ternama di jakarta pusat ini sungguh meriah.
"Hai!" jawabku.
"Ryan." kata laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.
"Ruby" jawabku lagi
Ryan mau mengatakan sesuatu lagi. Segera ku tarik kerah kemejanya ke arahku dan membungkam mulutnya dengan mulutku, menghisapnya dalam. Ku dorong lidahku masuk kedalam mulutnya, menyapu isi rongga mulutnya. Dia membalas dengan samaliarnya. Ku tarik kepalaku tiba-tiba. Wajahnya tampak kecewa karena kehilangan ciumanku.
"Kita keluar dari sini!" terikku setelah menyelesaikan ciumanku.
"kemana?"tanyanya.
"Ketempat kita bisa berdua saja." jawabku sambil memegang tonjolku.
"Ada yang gue mau tunjukin." lanjutku nakal.
Wajah Ryan tampak senang. Matanya terpaku pada genggeman tanganku.
Ku gapai lehernya, ku dekatkan lagi ke wajahku dan ku lumat lagi bibirnya yang ranum. Dia memejamkan matanya menikmati hisapanku di bibirnya.
"bahkan Kau boleh lebih dari sekedar melihatnya malam ini" bisikku ditelinganya.
Ryan mengerang keenakan saat aku menghisap penisnya. Kujilat-jilat kepala penisnya, membenamkannya kedalam mulutku. Kuremas pantatnya dan kutarik kembali. Kulakukan berkali-kali. Celananya turun setinggi lutut dan aku sedang berjongkok di depannya.
"AH... ah...!" desahnya, sambil memejamkan matanya. Menghayati sensasi oral sex yang kuberikan.
Kukeluarkan penisnya dari mulutku, bibirku bergerak naik sedangkan tanganku kananku tetap memberikan kocokan di penisnya yang membengkak. Kucium perutnya yang rata. Bayangan otot-otot perut yang teratur dilatihnya di gym membayang dibawah kulit putihnya sehingga membuat birahiku memuncak. Kujilat-jilat pusarnya. Menggigit kecil perutnya. Dia mendesah.
"Ah...!"
Aku naik kembali keatas menemukan dada bidangnya. Kujilat dan kuhisap pentilnya. Meninggalkan bekas merah disana.
Kali ini dia melenguh lebih keras. Kugigit pelan, dia semakin melenguh keras. Dia tampak makin gelisah.
"Erggg...!" erangku.
Setelah puas menetek seperti bayi di dadanya yang bidang, aku naik ke leher. Menjilatnya dan menghisapnya. Kugigit dagunya kemudian ku tatap wajahnya. Kupegang dengan kedua tanganku agar wajah kita sejajar. Kunikmati sejenak wajah tampan Ryan, lalu ku cium buas bibirnya yang merah. Sambil tetap berciuman ku giring dia ke ranjang kemudian mendorong tubuhnya kasar.
Kutahan bahunya. Dan kudorong kasar kembali ke atas ranjang. Wajahnya memerah kesal menahan nafsunya.
Ku lepaskan bajuku dan kali ini kuturunkan celanaku. Aku biarkan celana dalam tetap membalut pinggangku. Celana dalam Calvin Klein warna merah itu sangat kontras dengankulit putihku.
Kuangkat kedua tanganku memamerkan ketiaku yang kucukur bersih. Mengelus-elus kedua dada bidangku.
Kulirik kembali Ryan. Kulihat beberapa kali ia menelan ludah dan menjilat bibir atasnya. Aku berdiri didepannya meremas-remas tonjolanku yang masih terbungkus celana dalam. Ryan mengangkat badannya, menyingkirkan tanganku dan mencium-cium tonjolanku. Saat dia mau menurunkan celana dalamku, kujengut rambutnya. Aku menunduk dan menciumnya ganas.
"gak sabar banget sih?" bisikku ditelinganya. Lalu menjilatnya telinganya.
Ia mendesah
Tubuhnya terhempas dan berbaring diatas ranjang sedangkan wajahnya mendongak ke arahku. Wajahnya tampak sedikit kaget. Dia menatapku. Tidak berkata apa-apa.
Aku berdiri didepannya menapat tubuhnya tajam.
Kubuka kancing bajuku satu persatu. Dia tetap diam,menunggu dengan tidak sabar. Setelah kancing yang terakhir ku buka kulihat dia menelan ludahnya,jakunnya terlihat naik turun. Ia bangkit mau memegangku.
Ryan kemudian berusaha menurunkan kembali celana dalamku. Kali ini kubiarkan.
"Punya lu gede banget." pujinya saat melihat ukuran penisku. Dia menatap terpaku beberapa lamanya sambil menelan ludah.
Kuangkat dagunya supaya dapat menghadap mukaku.
"Jadi? Lu cuma mau memandanginya semalaman?" tanyaku.
Dia tersenyum dan kemudian memasukan penisku kedalam mulutnya.
" AH!"
04:00
Aku melirik jam didinding setelah cape melampiaskan birahiku. Ryan berbaring disampingku dengan keringat di hampir seluruh tubuhnya.
Kubungkam bibirnya lagi dengan bibirku. Membalik tubuhnya dan ku masukan penisku kedalam anusnya. Mendorongnya pelan hingga seluruh penisku terbenam sempurna. Ku angkat pantatku lalu kuhentakkan peniskuke dalam anusnya.
Dia mendesah-desah ditiap hentakanku merasakan sensasi gesekan penis dan dinding ususnya.
"AH..... Ah.... Ryan...."
0 komentar: