Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Pulang
sekolah Andre sudah nongol di rumah Calvin. “Kok Elo tadi gak masuk sih?”
pertanyaan langsung meluncur dari bibir tipis Andre pada Calvin begitu mereka
bertemu di pintu gerbang rumah Calvin.
“Gak papa,
lagi bete aja,” jawab Calvin berbohong. Ia tak akan menceritakan apa yang
terjadi sebenarnya pada sahabat dekatnya itu. Biarlah kemarahan dan
kekesalannya pada Dion disimpannya sendiri saja.
Andre
menduga Calvin menutupi sesuatu darinya. Namun karena Calvin tidak mau
bercerita, iapun tak mau memaksa. Ia yakin apabila nanti Calvin merasa perlu
untuk menceritakannya, pasti akan diceritakannya pada Andre.
Saat belajar
bersama malam itu, Calvin banyak terdiam. Andrelah yang selalu berusaha
memancing percakapan.
“Senin depan
kita udah ujian akhir ya Vin,” celetuk Andre sambil menulis angka perhitungan
mekanika di buku tulisnya.
“Iya Ndre,”
sahut Calvin pendek.
“Gue bisa
lulus gak ya? Rasanya pikiran Gue masih mumet karena kejadian kemaren,” sambung
Andre sambil melirik wajah ganteng Calvin yang tepekur menatap buku fisika
didepannya.
“Elo harus
berusaha semaksimal mungkin Ndre,” jawab Calvin tanpa menolehkan pandangannya.
“Tapi Gue
ragu Vin, Elo tau kan beratnya masalah Gue,”
“Iya sih,
tapi jangan sampe masalah Elo semakin berat dengan tidak lulusnya Elo. Semua
kita punya masalah Ndre dan upayakan jangan kita sampai terpuruk dengan masalah
itu,” ini jawaban Calvin yang lumayan panjang. Tapi tetap aja dia menjawab
tanpa menoleh pada Andre.
“Iya Vin,
Gue akan berusaha. Gue yakin masalah Elo juga sama beratnya dengan Gue.
Buktinya Elo banyak diam aja malam ini,” pancing Andre soal kediaman Calvin.
“Ndre, maaf
kalo Gue gak bisa cerita ke Elo. Bukan karena Gue gak percaya Elo. Tapi Gue
rasa biarlah masalah ini Gue simpan sendiri,” sahut Calvin. Kali ini ia menoleh
pada Andre dan menatap lama pada mata elang sahabatnya yang keren itu. Andre
jadi deg-degan melihat tatapan Calvin itu. Sangat tidak biasa. Sepertinya
sejuta beban tergambar di matanya.
“Gue ngerti.
Yang pasti Gue selalu ada untuk dengerin masalah Elo. Seperti Elo selalu ada
dengerin masalah Gue,” akhirnya Andre menjawab dengan bijaksana. Ia tidak mau
pancingannya agar Calvin menceritakan masalahnya pada dirinya membuat
sahabatnya itu menjadi tidak nyaman berdekatan dengannya.
“Makasih Elo
bisa ngertiin Gue Ndre,” Calvin menjawab sambil tersenyum meski senyum itu
tidak lepas. Hanya sebuah senyum getir yang terasa dipaksakan.
“Gue akan
selalu ngertiin Elo sobat. Karena emang kita udah sama-sama mengerti keinginan
kita bersama. Apalagi keinginan yang satu ini,” kata Andre tersenyum. Jemarinya
mengelus selangkangan Calvin sambil mengerlingkan matanya nakal. Ia mencoba
mengalihkan suasana yang tiba-tiba terasa kaku.
“Ihhh..
apaan sih? Lagi belajar juga,” kata Calvin pura-pura nolak. Namun elusan jemari
sahabatnya itu sangat menggodanya. Andre lega. Kekakuan suasana mulai mencair.
“Udah kangen
sih. Kan udah lama..,” sahut Andre cuek. Bibirnya mencium lembut hidung mancung
sahabat gantengnya itu.
“Baru berapa
hari juga…,” sahut Calvin lirih. Dipejamkannya matanya. Menikmati ciuman lembut
Andre di ujung hidungnya.
“Tapi
rasanya udah lama banget…,” suara Andre juga terdengar lirih. Nafasnya hangat
berhembus halus di hidung Calvin.
“Ujian akhir
udah dekat lho Ndre,” jawab Calvin sambil menggesek-gesek hidungnya di bibir
dan dagu Andre.
“Iya. Tapi
birahi Gue tetap aja lebih dekat dari ujian,” kata Andre. Mulutnya bergerak
turun ke leher Calvin yang putih. Jakun sahabat tersayangnya itu dielusnya
lembut dengan ujung lidahnya.
“Dasar..
ahh…,” Calvin mengerang. Birahinya menggElora kini. Tangannya segera melingkari
pinggang ramping Andre. Mengelus-elus sambil menikmati ciuman Andre yang
menggoda.
Dan akhirnya
seluruh pakaian mereka lepas dari tubuh mereka yang ramping atletis. Mereka
melaju dalam bahtera birahi yang menggElora. Penuh kemesraan. Andre menyetubuhi
Calvin penuh kelembutan. Penuh perasaan.
Berbagai
kata mesra meluncur dari mulut mereka. Semakin menambah kehangatan
persenggamaan keduanya, seperti layaknya pasangan suami istri saja. Namun
percumbuan itu jauh dari kesan banci. Keduanya tetap bersikap gagah seperti
keseharian mereka. Namun mesra. Sangat mesra malah.
“Gue sayang
Elo Vinhh… ohhh…. ohhh…,” kata Andre sambil menciumi leher Calvin lembut.
“Gue juga
Ndre..ohhh… oghhh.. sayang banget..,”
“Gue gak mau
berpisah dengan Elo Vinhh… ohhh… meskipun setelah Gue nikah nantihh…
aoohhh…oohhh..,”
“Iya
Ndrehhh… iyahhh…. jangan pernah berpisah dari Guehhh…,”
“Gue akan
bagi sayang Gue pada istri Gue nantihh dan Elo Vin…aoohhh…,”
“Juga kontol
Elo kan Ndrehh….,”
“Pasti Vinhh
ahhh.. ahh.., pastihhh…,”
“Gue suka
banget kontol Elohh Ndrehh.. sukahh.. ahhh… ahhh…,”
“Kenapa suka
Vinhh… kenapa?”
“Abis enak
banget Ndrehhh…gemukk….panjang…. ahhh….pantathh Guehh rasanya penuhhh… ahhhh…,”
“Gue juga
sukah pantat Elohh Vinnhhh… ahhh… ahhh….. seretthhh… ahhh…apalagihhh kalo Elo
puter kayak ginihhhh.. aohhh…. puter terus sayanghhhh.. ahhh… terusshhh….,”
“Elo suka
Ndrehhh… ahhh…,”
“Sukahhh…
bangethhh….. enak bangethhh..,”
Calvin terus
menggerakkan pantatnya memutar dengan lembut. Andre sangat keenakan. Ia terus
menggenjot pantatnya maju mundur dengan lembut. Tangannya mengocok-ngocok
kontol Calvin yang keras.
Setelah
setengah jam memacu birahi, keduanya orgasme bersamaan. Tubuh keduanya langsung
terasa sangat lelah. Kemudian mereka berpelukan penuh kasih sayang sambil
berciuman mesra. Mengakhiri percumbuan mereka yang terasa sangat berbeda dari
malam-malam sebelumnya.
Andre
akhirnya menginap di rumah Calvin malam itu. Tentu saja mereka mengulangi lagi
persenggamaan itu beberapa kali dengan diselingi tidur sejenak untuk
mengembalikan stamina yang terkuras. Mereka ngentot berdua dengan penuh
kemesraan hingga pagi. Bergantian saling menyodomi lobang pantat pasangannya.
Mau tak mau Calvin harus mengganti lagi spreinya keesokan paginya. Karena sprei
putih itu tempat alas tidur mereka sudah ternodai dengan ceceran sperma mereka
yang banyak.
Meskipun
keduanya sudah berusaha selama ini, namun ternyata mereka tak kuasa juga
menghindari saat rasa sayang mulai bersemi di antara mereka. Rasa sayang yang
terasa aneh, karena tumbuh diantara dua lelaki yang sama-sama jantan.
Sepekan
kemudian keduanya disibukkan dengan kegiatan ujian akhir nasional. Selama
sepekan itu Calvin semakin telaten membimbing sahabat tersayangnya Andre.
Setiap malam mereka belajar bersama membahas pelajaran yang akan diujikan esok
hari. Sepekan itu pula Andre menginap di rumah Calvin. Selama sepekan itu pula
Andre lepas dari tatapan penyesalan sang papa yang kadang membuatnya kasihan
diantara perasaan marahnya. Meskipun kelakuannya tak berbeda dari sang papa,
namun tetap saja Andre tidak (atau mungkin belum) bisa menerima kenyataan
tentang papanya itu.
Ujian akhir
nasional akhirnya usai juga. Mereka hanya tinggal menunggu hasil ujian akhir
diumumkan dua pekan lagi. Andre dan Calvin lega karena merasa sudah bebas dari
sebagian beban. Kini tinggal menunggu ujian SPMB saja.
Keduanya
merasa optimis bahwa ujian akhir nasional ini dapat mereka lalui dengan baik.
Menurut kalkulasi mereka, dengan membahas soal-soal yang diujikan, nilai yang
mereka peroleh cukup bagus. Calvin merasa bangga karena ternyata ketelatenannya
membimbing Andre membuahkan hasil yang baik. Saat ujian, Andre dapat
menyelesaikan soal-soal fisika dengan sukses.
Kegiatan
corat-coret pakaian sekolah langsung dilakukan pada hari terakhir ujian.
Meskipun pengumuman kelulusan masih dua pekan lagi, namun nampaknya seluruh
siswa-siswi SMA Dwi Warna optimis akan lulus. Tak ada lagi warna seragam putih
abu-abu hari itu. Semua seragam sudah berubah warna-warni berasal dari
semprotan cat.
SMA Dwi
Warna ramai dengan cEloteh dan teriakan-teriakan para siswa. Semuanya meluapkan
kegembiraan karena usai ujian. Para guru hanya melihat-lihat saja aksi
siswa-siswinya itu dari ruangan guru. Wajah mereka juga terlihat gembira.
Kadangkala mereka tertawa-tawa geli melihat tingkah polah siswa-siswinya.
Dengan
pakaian seragam penuh warna, Andre dan genknya kemudian nongkrong di kantin.
Tentu saja ikutan pula rombongan cewek-cewek mereka. Andre mentraktir mereka semua
karena ia merasa sangat bahagia hari itu. Semua mata ujian dapat dilaluinya
dengan sukses.
“Pesta di
villa Cindy kayaknya asik deh,” celetuk Wisnu tiba-tiba diantara obrolan mereka
yang ngalor ngidul. Rupanya ia memancing teman-temannya untuk mengulang kembali
kisah seru di villa Cindy beberapa hari yang lalu.
“Apalagi
kalo Tante Vonny juga diajak,” tukas David menanggapi pancingan Wisnu.
Cowok-cowok
yang laen langsung nyengir. Mereka pun ramai bercEloteh mendukung usulan Wisnu.
Hanya Andre yang terlihat enggan. Ia tidak turut berkomentar. Pura-pura asik
bicara serius dengan Cindy, sang kekasih yang duduk rapat disisinya.
“Gimana
Ndre?” tanya Cindy pada sang pacar, rupanya diapun terpancing pada usulan mesum
itu. Melihat gelagat cowoknya yang terlihat enggan maka Cindy merasa perlu
mengkonfirmasikan dulu pada Andre. Apakah ia beneran enggan atau cuman
pura-pura enggan doang.
“Mmmm… boleh
juga. Tapi jangan hari ini deh. Minggu depan aja. Hari Sabtu kita berangkat,
terus nginep sampai hari minggu,” kata Andre menolak secara halus. Ia memandang
Calvin yang sedang duduk disamping Silvia. Mereka punya rencana sendiri
rupanya.
“Emang kalo
hari ini kenapa Ndre?” tanya Taufik.
“Gue bElon
pamitan. Lagian bokap ama nyokap Gue lagi gak ada di rumah. Minggu depan baru
balik,” kata Andre beralasan. Padahal orang tua Andre sedang tidak kemana-mana
dan kalaupun orang tuanya tidak pulang ke rumah setahunpun gak ada masalah buat
Andre untuk pergi ke mana saja.
Rencana
pesta di villa pun batal. Teman-teman Andre yang lain keberatan apabila
berangkat minggu depan. Mereka sudah punya rencana masing-masing rupanya. Cindy
lalu mengatakan akan membuat acara pesta sex di rumahnya saja hari itu.
Akhirnya semua setuju akan ngumpul di rumah Cindy sore nanti.
Pukul satu
siang, rombongan Andre bersiap-siap untuk pulang. Suasana kantin juga sudah
mulai lengang. Satu persatu atau berombongan siswa-siswi yang lain pun sudah
berpulangan.
“Elo pulang
duluan aja ya Cin,” kata Andre pada Cindy saat ceweknya itu mengajaknya pulang
bareng.
“Emang Elo
mau kemana Ndre? Kok gak mau pulang bareng?” tanya Cindy dengan gaya merajuk
manja.
“Gue mau
ketemu Pak Simangunsong dulu bareng Calvin. Udah janjian, ada yang mau
dibicarain. Jangan cemberut gitu dong. Jadi jelek deh,” kata Andre merayu. Dia
tak mau Cindy merajuk saat itu. Andre dan Calvin punya sebuah rencana rahasia
yang tidak mau gagal mereka laksanakan karena Cindy merajuk.
“Mmmmmm….
oke deh. Tapi kalo urusannya udah kelar telpon Gue ya sayang. Kangen nih,” kata
Cindy makin manja. Ternyata rayuan Andre berhasil juga membuat gadis itu tidak
merajuk. Cindy kini malah gelendotan di lengan kekar Andre. Teman-teman mereka
yang ada disana bersorak-sorak melihat pameran kemesraan dari Cindy itu. Andre
lalu menghadiahi sebuah ciuman kecil di pipi mulus kekasihnya itu.
Setelah itu
Cindy dan teman-teman mereka yang lain pamitan pada Andre dan Calvin. Setelah
semuanya pergi dari kantin Andre dan Calvin segera pergi menemui Pak
Simangunsong di ruangannya. Pertemuan dengan Pak Simangunsong hanya sebentar saja.
Tak sampai lima belas menit. Karena kepala sekolah yang merangkap guru fisika
itu juga pengen buru-buru pulang. Pak Simangunsong banyak memuji kemajuan
akademik Andre, sekaligus juga memuji Calvin yang berhasil membantu Andre.
Keduanya tersenyum senang dipuji oleh gurunya itu. Pak Simangunsong juga
menanyakan persiapan Andre untuk seleksi taruna Akmil. Guru satu ini memang
sangat perhatian pada Andre. Setelah pembicaraan usai, Pak Simangunsong pun
pulang.
Setelah
ditinggalkan oleh Pak Simangunsong, keduanya segera melangkah dengan
tergopoh-gopoh menuju kelas Andre di lantai dua. Keduanya celingak-celinguk
memastikan tidak ada orang lain di lantai dua selain mereka. Setelah yakin
situasi aman terkendali, keduanya memasuki kelas itu. Begitu masuk Andre langsung
menutup dan mengganjal pintu kelas dengan kursi. Pintu itu memang tidak ada
kuncinya. Kemudian matanya menatap Calvin yang sudah duduk di atas meja guru.
Andre tersenyum mesum pada Calvin.
“Elo ada-ada
aja Ndre. Bener-bener nekat deh. Kalo ketahuan gimana?” kata Calvin sambil
membalas senyuman Andre.
“Ketahuan
gimana? Kan udah pulang semuanya,” sahut Andre sambil berjalan mendekati
Calvin. Setelah dekat ia berdiri rapat di depan Calvin. Jemarinya meraba dada
bidang Calvin yang masih tertutup seragam SMA. Dasar sableng, rupanya mereka
akan bercinta di kelas.
Satu persatu
kancing kemeja putih Calvin dilepaskan Andre. Setelah terlepas semua mulutnya
langsung menyerbu puting dada Calvin yang merah muda.
“Slurrpppp..,”
suara isapan mulut Andre. “Dah lama Gue pengen bercinta dengan Elo berdua aja
di kelas Vin,” kata Andre. Kemeja Calvin tak dilepaskannya dari tubuh Calvin.
Calvin
menikmati sedotan dan kuluman Andre di dadanya. Desahan keluar dari mulutnya.
Cukup lama Andre bermain-main dengan dada Calvin. Setelah puas ia turun ke
bawah. Menuju selangkangan sahabatnya itu.
Dibukanya
resleting celana Calvin dengan terburu-buru. Tak sabar mengeluarkan isinya yang
sudah terlihat mengeras dari balik celana. Tangan Andre segera mengeluarkan
kontol Calvin dari balik celana dalam putih yang dikenakan cowok itu. Begitu
kontol itu keluar dari sarangnya, mulut Andre langsung melahap dengan buas.
Kontol Calvin yang kuning langsat kemerahan itu dikulumi Andre dengan penuh
birahi.
Mereka
rupanya ingin bercinta cepat. Kuatir kalo berlama-lama seluruh pintu sekolah
akan dikunci penjaga sekolah. Kini gantian Calvin yang memuluti kontol Andre.
Wajah ganteng Calvin bergerak maju mundur didepan selangkangan Andre. Mereka
berdua tetap menggenakan seragam sekolah mereka, hanya kancing kemeja dan
resleting celana mereka saja yang terbuka. Bahkan Calvin tak membuka kaca
matanya saat itu.
Setelah puas
saling bergantian mengoral, Andre kemudian meminta Calvin bertelungkup di atas
meja guru. Kedua kaki Calvin menjuntai ke lantai. Andre menarik celana abu-abu
dan celana dalam Calvin hingga sebatas lutut. Mulutnya langsung melakukan
rimming di pantat Calvin yang putih. Calvin mengerang-erang tertahan. Kuatir
suaranya kedengaran dari luar.
Usai rimming
Andre bersiap-siap melakukan penetrasi. Celana sekolahnya diturunkannya juga
sebatas lutut. Seragam sekolah tetap mereka kenakan. Tanpa berlama-lama lagi
Andre langsung menyodomi Calvin. Pantatnya menghentak-hentak dengan keras.
Suara tepukan terdengar keras karena beradunya buah pantat Calvin dengan paha
Andre. Meja guru berderak-derak akibat goyangan pantat keduanya. Wajah ganteng
keduanya meringis-ringis keenakan.
Setelah
beberapa saat mereka bertukar posisi. Andre menyuruh Calvin tidur telentang.
Kedua kaki Calvin diangkat Andre dan kemudian dimiringkan ke sebelah kiri.
Karena kedua kaki Calvin yang merapat, maka celah lobang pantat Calvin
dirasakan Andre menjadi sangat sempit. Andre keenakan. Mulutnya mendesis-desis.
Beberapa
menit kemudian Andre meminta Calvin bertukar posisi lagi. Ia menarik Calvin ke
salah satu kursi murid. Andre kemudian duduk di kursi itu. Calvin mengerti apa
yang diinginkan Andre. Membelakangi Andre, Calvin kemudian duduk diatas
pangkuan sahabatnya itu. Pantatnya bergerak naik turun mengeluar masukkan
kontol Andre yang mengacung tegak ke atas.
Andre
menciumi leher belakang Calvin sambil mengelus-elus kontol Calvin yang juga
tegak keras. Segala erangan dan desahan keluar dari mulut mereka. Mereka
mengentot dengan liar. Seperti layaknya bintang filim bokep. Andre kemudian
meminta Calvin bertukar posisi lagi. Mereka ngentot sambil berdiri. Kaki kiri
Calvin naik ke atas kursi. Tubuh Calvin sedikit membungkuk. Tangan kanannya
berpegangan pada sandaran kursi. Dari belakang Andre memboolnya dengan keras
dan cepat. Tubuh keduanya basah kuyup. Kemeja putih mereka basah bersimbah
keringat. Rambut Calvin yang keriting ikal juga basah. Pun rambut cepak Andre.
Akhirnya
persetubuhan itu harus mereka sudahi juga. Dalam posisi Calvin berbaring diatas
meja dan Andre bersimpuh diantara selangkangan Calvin keduanya orgasme
bersamaan. Sperma mereka tumpah ruah membasahi meja.
Dengan tubuh
masih basah kuyup dan kelelahan mereka meninggalkan kelas di lantai dua itu.
Keduanya tertawa geli melihat ceceran sperma mereka di atas meja tempat mereka
memacu birahi tadi. Keduanya sepakat membiarkan saja ceceran sperma itu tetap
lekat di atas meja sebagai kenang-kenangan. Selanjutnya mereka keluar kelas
sambil terus tertawa-tawa geli mengingat kenekatan mereka.
Namun tawa
mereka langsung berhenti saat melihat secarik kertas putih tertempel di pintu
bagian luar ruang kelas. Pada kertas itu terdapat tulisan tangan awut-awutan
yang membuat wajah keduanya pucat pasi. Bunyi tulisan itu adalah : “GUE UDAH
LIAT APA YANG ELO BERDUA KERJAIN DAN UDAH GUE REKAM DI PONSEL GUE. TUNGGU AJA
KEHEBOHAN YANG BAKAL TERJADI!”
“Ndre….
gimana dong?” Calvin panik. Andre apalagi.
“Sial!
Kerjaan siapa nih,” kata Andre keras. Ia berusaha menutupi kepanikannya
dihadapan Calvin.
“Jangan-jangan
penjaga sekolah Ndre,” kata Calvin.
“Gak
mungkin. Mana punya ponsel tuh orang. Ini pasti kerjaan siswa juga. Tapi siapa
ya?” Andre bertanya sendiri. Pertanyaan yang tak perlu mendapat jawaban. Andre
segera merobek kertas itu menjadi bagian-bagian yang sangat kecil. Wajahnya
berkerut. Ia berpikir keras. Kemudian ia memeriksa ruang-ruang kelas yang
terletak di sebelah kelasnya. Namun tentu saja ia tidak menemukan apa-apa
disana. Orang itu pasti tidak bodoh untuk tetap diam di tempat itu.
Keduanya
pusing. Sesaat saja keceriaan mereka lenyap sudah. Berganti kebingungan dan
lama-lama menjadi ketakutan.
“Ndre, kalo
kejadiannya kayak bokep ITENAS gimana dong? Gue gak bakalan bisa berani untuk
ketemu orang-orang lagi deh. Ini pasti lebih heboh. Banget malah. Bayangin aja,
dua laki-laki ketangkap basah sedang ngentot. Masih remaja lagi. Dan di ruang
kelas pula,” kata Calvin sedih. Rasanya hari itu menjadi hari yang paling sial
buatnya, seumur hidupnya. Kemarin ia pikir kekejian Dion adalah masalah yang
sangat berat buatnya. Tapi kini datang lagi masalah yang lebih berat.
Kata-kata
Calvin tidak dijawab oleh Andre. Namun tak urung pernyataan Calvin itu membuat
kepalanya puyeng tujuh keliling. “Lebih baik kita sekarang pulang aja deh Vin.
Kita mikirin hal ini di rumah Elo aja. Badan kita sama-sama udah capek. Semakin
capek karena kekurangajaran orang yang kita tidak tahu siapa,” ajak Andre pada
Calvin. Dengan sedih Calvin mengikuti langkah Andre menuju ke pintu gerbang
sekolah.
Penjaga
sekolah terlihat bingung melihat mereka berdua. Apalagi melihat tubuh mereka
yang basah kuyup bersimbah keringat. Kebingungan penjaga sekolah ini semakin
meyakinkan Andre bahwa tidak mungkin penjaga sekolah tahu apa yang mereka
kerjakan. Pada penjaga sekolah itu Andre beralasan kalau tadi mereka
mengerjakan sesuatu di ruang OSIS sehingga terlambat pulang.
Tiba-tiba
otak Andre berpikir cepat. Pasti penjaga sekolah melihat orang yang pulang
terakhir sebelum mereka. Baik itu siswa atau mungkin guru. Andre langsung
bertanya pada penjaga sekolah itu, “Pak tadi sebelum kami pulang, yang pulang
paling akhir siapa ya?”
“Mmmm… siapa
ya. Kayaknya anak kelas satu deh, kalo enggak salah. Cuman Bapak kurang kenal.
Anaknya gak terkenal kayak Mas Andre sih,” sahut penjaga sekolah itu.
“Anak kelas
satu? Cowok apa cewek?” tanya Calvin cepat. Hatinya sedikit lega. Ada titik
cerah.
“Cowok,
kenapa?”
“Anaknya
gimana Pak?”
“Kulitnya
putih, badannya agak tinggi tapi langsing gak kayak Mas Andre dan Mas Calvin
yang kekar begini,” sahut penjaga sekolah mantap. Ingatannya rupanya oke juga.
Andre dan Calvin segera pamit pulang. Sepanjang
perjalanan pulang, dengan berboncengan sepeda motor Andre, kedua cowok itu
diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Mencari-cari sosok siswa kelas satu
yang mirip dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh penjaga sekolah tadi. Namun
sampai tiba di rumah Calvin mereka tak menemukan petunjuk sedikitpun siapa
kira-kira pengintip itu.
Bersambung...
0 komentar: