Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Sepanjang
jalan mengantar Calvin pulang, ponsel Andre berkali-kali berdering. Setibanya
di rumah Calvin, Andre memeriksa panggilan tak terjawab yang berkali-kali itu
di ponselnya ternyata dari Cindy. Langsung saja ia menelpon balik kekasihnya
itu.
“Elo dimana
aja sih?” tanya Cindy berang.
“Gue baru
aja sampe di rumah Calvin, honey,” jawab Andre mencoba meredakan
kemarahan Cindy.
“Ngapain aja
sih Elo dengan Calvin? Cewek Elo itu Gue apa Calvin? Kayaknya Elo lebih banyak
punya waktu buat dia deh, dibandingin dengan Gue,” kata Cindy masih berang.
“Bukan gitu
sayang. Gue kan harus belajar bareng Calvin supaya bisa lulus,” jawab Andre
mencoba beralasan. Andre tak enak hati mendengar kata-kata kekasihnya itu.
“Terserah
apa alasan Elo. Pokoknya Elo datang sekarang. Kalo enggak, Elo jangan
pernah-pernah datangin Gue lagi! Klik!” kata Cindy mengakhiri pembicaraan
sehingga Andre tak sempat menjawab lagi kata-kata kekasihnya itu.
“Kayaknya
Gue harus segera ke rumah Cindy, Vin. Lo ikut ya,” kata Andre pada Calvin.
Namun sahabat tersayangnya itu menolak dengan halus.
“Gue pengen
tidur aja Ndre. Rasanya kepala Gue puyeng banget,” katanya.
Sebenarnya
Andre sama puyengnya dengan Calvin dan males untuk ngumpul-ngumpul bareng
temannya saat ini. Rencananya tadi ia ingin beristirahat di rumah Calvin untuk
menenangkan pikirannya.
“Kalo gitu,
Gue berangkat sekarang ya Vin. Gue gak mau Cindy berpikiran macem-macem,” kata
Andre lagi.
“Iya, Gue
ngerti kok,” sahut Calvin kecewa. Saat itu ia berharap Andre bisa bersamanya.
“Selesai
dari rumah Cindy, entar Gue kemari lagi deh atau sekalian Gue nginep disini aja
entar malem sekalian kita ngobrolin soal kejadian tadi,” kata Andre. Ia tahu
sahabat tersayangnya itu kecewa karena ia harus pergi ke rumah Cindy.
“Makasih
banget Ndre,” sahut Calvin lirih.
“Kalo gitu,
Gue berangkat sekarang,” kata Andre pamitan dan langsung melajukan sepeda
motornya menuju ke rumah Cindy di kawasan Pondok Indah.
Di rumah
Cindy tak ada kejadian istimewa. Cindy dan teman-temannya yang juga teman-teman
Andre hanya ketawa-ketiwi sambil ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul. Belum ada
aktifitas sex berlebihan yang mereka lakukan meskipun saat itu kedua orang tua
Cindy sedang tidak ada di rumah. Paling-paling beberapa pasangan cuman sekadar kissing
atau petting doang.
Silvia yang
juga hadir di rumah Cindy menanyakan Calvin pada Andre. Terlihat ia kecewa saat
Andre menjawab Calvin tidak bisa datang. Ia hanya duduk melihat-lihat tingkah
teman-temannya yang kadang nakal dengan pasangan masing-masing. Ajakan Ruben
untuk bercumbu ditolaknya. Padahal Ruben ini nafsu banget dengan Silvia.
Rupanya Silvia benar-benar sudah tak memberikan hatinya pada orang lain selain
Calvin.
Cindy menyempatkan
dirinya memuaskan kerinduan syahwatnya pada Andre. Wajah Andre yang ganteng
diciumnya bertubi-tubi. Sambil tak lupa meremas-remas kontol cowok itu yang
terbungkus rapi dalam celana abu-abunya. Andre sebenarnya tak bersemangat.
Namun dengan setengah hati ia melayani juga cumbuan gadis itu. Bibirnya
mencium-cium lembut di bibir dan pipi Cindy.
Cindy
sepertinya sudah sangat bergairah saat itu. Ia tak mempedulikan cumbuan-cumbuan
Andre yang hanya setengah hati itu. Cindy mengangkat roknya hingga pinggangnya
yang ramping. Kemudian selangkangannya yang ditutupi celana dalam mungil itu
digesek-gesekkannya ke paha Andre. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang, menikmati
gesekan selangkangannya itu. Andre kelabakan dengan kelakuan binal kekasihnya
itu.
Tiba-tiba
ponsel Andre berdering di saku celananya. Ada sms masuk. Agak kerepotan ia
mengambil ponsel dari sakunya itu, karena tubuh Cindy yang menghimpitnya.
Setelah berhasil mengambil ponsel itu, dibukanya pesan yang masuk. Cindy terus
mencumbunya. Terkejut Andre membaca pesan yang masuk itu. singkat memang, namun
membuat jantungnya berdegup kencang. “REKAMAN CABUL ELO ADA DI GUE!” isi pesan
itu.
Andre tak
mengenal nomor pengirim pesan itu. Nomor yang tidak tersimpan dalam memori
ponselnya. “Siapa sih Ndrehhh…Gangguin ajahh…,” desah Cindy.
“Bukan
siapa-siapa sayang… mmmhhhh…,” jawab Andre. Bibirnya langsung melumat bibir
Cindy. Ia tak mau Cindy semakin banyak tanya. Saat itu yang ada dipikirannya
adalah bagaimana Cindy agar segera tuntas birahinya. Setelah itu ia ingin
segera pulang. Mata Andre liar mencari tempat yang tepat untuk menyudahi birahi
Cindy. Matanya tertumbuk pada kamar mandi yang terletak di dekat tempat mereka
ngumpul-ngumpul. Dengan terburu-buru dibopongnya tubuh kekasihnya itu dan
membawa Cindy ke dalam kamar mandi.
“Duh.. yang
udah gak tahan,” goda teman-teman mereka. Andre cuman mesem. Sementara Cindy
kegirangan.
“Jangan
berisik banget Elo berdua di dalem. Entar ketahuan pembantu nyaho Lho,” kata
Wisnu. Andre tak memperdulikan.
“Jagain kita
ya,” kata Andre singkat sebelum menghilang dalam kamar mandi.
Ternyata di
dalam kamar mandi sudah ada Randy dan Donna. Mereka berdua sedang in action
tanpa melepas seragam SMA mereka yang penuh coretan. Randy hanya menurunkan
celana panjang dan celana dalamnya hingga lutut. Sementara rok Donna terangkat
ke atas, dan celana dalamnya turun hingga lutut. Mereka ngentot dalam posisi
berdiri.
“Aih, aih,
yang lagi hot,” kata Cindy pada keduanya. Randy dan Donna hanya nyengir
memandang ke arah Cindy dan Andre dan tak menghentikan persenggamaan mereka.
Lucu juga melihat cengiran keduanya. Nyengir dalam ekspresi wajah ngentot.
Gimana coba? Bayangin aja sendiri.
Andre
menurunkan Cindy dari bopongannya. Tubuh Cindy didorongnya hingga rapat ke
tembok kamar mandi. Dengan terburu-buru celana dalam gadis itu diturunkannya
hingga memeknya yang lebat dengan jembut terpampang jelas. Rok abu-abu Cindy
diangkatnya keatas.
“Buru-buru
banget sih sayang, dah horny banget ya,” goda Cindy nakal. Andre nyengir
aja. Tak menjawab. Cindy tak tahu ada apa dibalik keburu-buruan Andre itu.
Kemudian Andre membuka celana panjang dan celana dalamnya dan menurunkannya
hingga dibawah buah pantatnya. Kontolnya masih tertidur. Karena dari tadi ia
sebenarnya tidak terlalu terangsang dengan cumbuan Cindy. Dirapatkannya
selangkangannya ke selangkangan Cindy. Kontolnya yang tidur digesek-gesekkannya
ke bukit memek Cindy. Bibir Cindy dilumatnya, tubuh Cindy dipeluknya erat.
Birahi Cindy
menggElora. Mulutnya membalas lumatan Andre sambil tangannya mengacak-acak rambut
kekasihnya itu. Mereka bercumbu dengan liar. Sebentar saja kontol Andre sudah
mengacung keras. Tak menunggu waktu lama lagi Andre langsung menancapkan
kontolnya ke memek Cindy yang sudah basah itu. Pantatnya langsung bergoyang
cepat maju mundur.
Cindy mengangkat
kaki kanannya, menekuk, menumpukannya pada pantat Andre yang bergerak-gerak
cepat, menghentak-hentak dengan kuat. “Ahhh… ahhh… ahhh… ahhhh…ahhh…,” erang
Cindy.
Jika Andre
melakukan sex dengan setengah hati, tidak demikian adanya dengan Randy. Sahabat
Andre itu terlihat melakukannya dengan penuh penghayatan. Mencari kepuasan
maksimal. Buktinya kini ia sudah berganti posisi dengan Donna. Gadis itu tak
lagi menggenakan celana dalam. Saat ini ia duduk di atas bak mandi
mengangkangkan pahanya dengan lebar. Tangannya berpegangan erat pada sisi-sisi
bak mandi. Randy berdiri dihadapan gadis itu. mengentot memek Donna dari depan.
Tangannya mencengkeram pinggang ramping Donna dengan erat.
Andre dan
Cindy yang merapat di dinding kamar mandi terus bergerak. Berbalas-balasan
genjotan pantat. Rupanya Cindy sudah sedemikian terangsangnya saat mencumbu
Andre tadi. Sebentar saja iapun orgasme. Tubuhnya menggelinjang kuat. Mulutnya
mengerang dan meracau. “Gue sampai Ndrehhh… ohhhhh..,” katanya. Pantatnya
ditekannya kuat-kuat ke depan. Kontol Andre otomatis melesak dalam ke memek
Cindy.
“Gue.. Gue
mau nyampe juga Cind,” erang Andre.
“Jangan…
jangan dulu Ndreehh.. bElon puas,” kata Cindy.
“Gak bisa…
gak bisa…keluar nih…,” kata Andre. Tubuhnya kElojotan. Spermanya menyembur
deras membasahi lorong memek Cindy.
“Kok gitu
sih?” kata Cindy protes. Wajahnya cemberut.
“Maaf
sayang… Gue gak nahan lagi. Abisnya memek Elo enak banget sih,” gombal Andre.
“Mau seenak
apapun juga memek Gue, masak baru berapa menit aja Elo udah ngecret sih? Gak
kayak biasanya,” kata Cindy agak kesal. Ia melepaskan tubuhnya dari Andre.
“Liat tuh Si Randy, masih semangat gitu,” sambungnya lagi.
“Iya Ndre,
kok tumben,” komentar Randy diantara genjotannya pada memek Donna. Ia bingung
juga melihat Andre. Biasanya tidak seperti itu. Randy tau betul bagaimana
keperkasaan Andre dalam hal ngesex. Soalnya dia juga sering ngentot dengan
cowok itu. Andre cuman mesem. Dengan sapu tangan dibersihkannya wajah
gantengnya yang berkeringat.
“Sorry ya
Cind, Gue lagi kurang mood. Ada masalah dikit,” katanya.
“Masalah apa
sih? Cerita dong ke Gue. Gini-gini Gue kan cewek Elo,” kata Cindy agak marah.
Matanya terus melirik persetubuhan Randy dengan Donna. Sepertinya ia pengen
ikutan gabung karena tak mendapat kepuasan dari Andre. Ia sangat tergoda
melihat Donna yang keenakan dientot Randy.
“Sorry Cind,
gua bElom bisa cerita. Nanti deh,” kata Andre. Ia memahami gelagat Cindy yang
tergoda oleh persenggamaan Randy dan Donna. Tapi saat itu ia betul-betul gak
mood. “Rand, bantuin Cindy dong,” kata Andre pada Randy.
“Boleh
ajahh.. ahhh… ahhh…,” sahut Randy santai sambil terus genjot Donna. Dia sih
oke-oke aja kalo dikasih enak. Hehehe.
“Enak
ajahhh, entar dong. Hehhh… hehhh…. hehhh…. Gue dulu,” sahut Donna cepat.
Rupanya dia sedang keenakan banget. gak mau diganggu oleh orang lain.
“Dibantuin
Randy? Enggak ah. Gue cari yang lain aja,” sahut Cindy cepat. Dia merasa gak
enak juga pada Donna. Gak mau mengganggu kenikmatan sahabatnya itu. Cindy
keluar dari kamar mandi. Sebelumnya dirapikannya dulu rok dan celana dalamnya.
Andre mengikuti.
“Cind, Gue
harus balik sekarang ya. Sorry banget,” kata Andre dengan perasaan gak enak.
Tapi emang dia benar-benar sedang gak mood saat itu.
“Terserah
Elo aja,” sahut Cindy. Mereka sudah berada dekat teman-teman mereka yang asik
bercumbu-cumbuan. Dilihatnya Wisnu si pemilik kontol gede sedang asik nonton
bokep. Sendiri.
“Wis,
daripada Elo nonton ginian, mendingan bikin film dengan Gue deh,” ajak Cindy.
“Lho, emang
Andre kenapa?” tanya Wisnu bingung.
“Mau pulang
katanya. Gak tau mau ngapain. Kali mau jumpa pacarnya si Calvin,” kata Cindy
sewot. Wisnu bingung.
“Jangan gitu
dong Cind, Gue perlu banget nih. Wis, tolongin Cindy ya,” kata Andre.
“Gue sih
ikut aja,” sahut Wisnu cepat. Siapa yang gak mau diajakin enak.
“Cind, Gue
pulang ya?” tanya Andre.
“Terserah
Elo. Ayo Wis,” kata Cindy sambil menarik tangan Wisnu membawanya ke kamar
mandi. Wisnu mengikuti Cindy dengan bingung. Matanya menunjukkan ekspresi
bertanya pada Andre. Sesaat kemudian Wisnu dan Cindy sudah menghilang dalam
kamar mandi.
“Ada apa sih
Ndre?” tanya David yang mengejar Andre ke pintu depan, saat cowok itu
bersiap-siap untuk pulang. Dia merasa bingung juga dengan Andre. Tidak biasanya
seperti itu.
“Kita
ngomong di teras aja Vid,” kata Andre. Kemudian ia menjelaskan apa yang terjadi
padanya dan Calvin di sekolah siang tadi. Andre memelankan suaranya agar tak
terdengar orang lain. David tercengang.
“Gila Lo.
Trus gimana dong?” tanya David. “Ini bukan urusan maen-maen Ndre. Gue bisa
bantu Elo apa?”
“Kalo Elo
mau tolong Gue, Elo usahain deh Cindy jangan sampe curiga apa-apa ke Gue dulu.
Gue yakin dia pasti bingung liat Gue kayak gini. Ngomongnya aja udah ngelantur.
Bawa-bawa Calvin lagi. Gimana deh caranya. Pokoknya Gue percayain ke Elo Vid,”
“Beres kalo
gitu. Gak papa tuh si Wisnu ngembat Cindy? Kita kan enggak lagi pesta sex nih?”
tanya David.
“Mo gimana
lagi. Biarin aja deh dulu. Gue balik ya,” pamit Andre.
“Oke, eh Gue
boleh ikutan gabung dengan Wisnu dan Cindy gak?” tanya David mesum.
“Dasar lho.
Terserah Elo aja, yang penting sisain Gue,” kata Andre.
“Oke boss,”
sahut David dengan senyum lebar.
“Eh,
bukannya itu si Asep?” tanya Andre memandang ke arah pintu gerbang saat akan
berlalu meninggalkan David.
“Iya, bener
itu si Asep,” sahut David, “ngapain tuh bocah kemari?”
“Sep, sini
Sep,” panggil Andre pada cowok desa yang terlihat ragu-ragu memasuki halaman
rumah Cindy itu. Asep terlihat tersenyum lega ketika mengetahui orang yang
memanggil namanya adalah orang yang dikenalnya.
“Eh, Mas
Andre. Gimana kabarnya atuh mas? Sehat?” tanya Asep sambil langsung menyalami
tangan Andre dan David. “Mas David sehat juga kan?”
“Sehat sep.
Kamu juga sehat kan?” tanya Andre
“Ada apa
kemari Sep?” tanya David.
“Ngg… Mas
Andre, Mas David, apa bener ini rumahnya den Cindy?” Asep balik bertanya.
“Iya bener,”
sahut Andre dan David serempak.
“Aduh,
syukur pisan euy. Asep kira gak bakalan sampai kesini. Den Cindy ada Mas?”
“Ada, di
dalam. Asep mau ketemu sekarang?” tanya Andre.
“Iya Mas.
Ada yang harus saya sampaikan ke den Cindy,”
“Gimana
Ndre?” tanya David minta tanggapan Andre atas keinginan Asep yang ingin bertemu
Cindy saat itu.
“Bawa aja
Vid. Asep juga pernah ikutan gituan kan,” sahut Andre sambil mengerling ke arah
David. “Sep, kamu ikutin aja David, nanti dia akan bawa kamu ke Cindy,”
“Mas Andre
emang mau kemana?” tanya Asep.
“Saya harus
pulang dulu Sep. Ada urusan penting,” sahut Andre tersenyum pada Asep sambil
tangannya dengan cuek meremas selangkangan cowok desa yang ganteng itu,”kangen
juga sama kontol kamu ini Sep,” sambungnya lagi. Asep tersenyum malu-malu
pengen. David pun ikutan meremas tubuh kekar Asep.
“Beneran mau
balik nih Ndre? Gak sayang ada Asep disini?” pancing David nakal pada Andre.
“Rencananya
berapa lama disini Sep?” tanya Andre.
“BElon tau
atuh Mas. Liat nanti ajah,” sahut Asep. Sambil ngomong gini Asep masih tetap
jadi objek remasan dan rabaan Andre dan David!
“Kalo ada
waktu, kita ngentot lagi ya Sep,” kata Andre langsung ke tujuan.
“Terserah
Mas Andre ajah. Saya mah siap ajah,” sahut Asep.
“Oke deh,
Gue balik dulu Vid. Sampai nanti Sep,” kata Andre pamitan dan kemudian berlalu
meninggalkan rumah Cindy dengan sepeda motornya, menuju rumah Calvin. Ponselnya
kembali berdering. Pesannya sama seperti tadi. Andre semakin suntuk.
David segera
masuk ke dalam rumah Cindy. Asep mengikuti langkah David yang langsung menuju
kamar mandi. Didalam kamar mandi terlihat Wisnu sedang asik mengentoti Cindy.
Tubuhnya yang besar dan atletis bergerak naik turun di atas tubuh mungil Cindy.
Kontolnya yang besar mengobok-obok memek gadis itu. keduanya telanjang bulat.
Sementara di atas bak mandi Randy masih asik menggenjot memek Donna. Tetap
menggenakan seragam sekolah mereka yang penuh coretan.
“Mau ngapain
Elo kemari? Eh, Asep! Kapan datang kamu?!” tanya Cindy kaget melihat kedatangan
Asep sekaligus juga kaget ngelihat David yang sudah siap-siap melepaskan
bajunya
“Ya pengen
ikutan dong,” sahut David nyengir.
“Enak aja,
Gue bukan perek yang bisa digilir. Gue hanya mau ngentot dengan orang yang Gue
pengen. Saat ini Gue cuman pengen ngentot dengan Wisnu!” kata Cindy marah.
“Kok gitu
Cind? Gue udah minta ijin sama Andre kok tadi,”
“Minta ijin?
Emangnya Gue apaan, sampe Andre bisa ngijinin Elo ngentotin Gue. Dasar kurang
ajar Si Andre. Liat aja entar, tau rasa dia Gue bikin! Udah sana lho! Keluar!!
Cewek Elo si Indri tuh yang Elo entot. Dia kan ada di luar. Pergi sana!” Cindy
bener-bener dongkol. Marahnya pada Andre semakin bertambah-tambah. Wisnu yang
masih asik menggenjot pantatnya terkekeh melihat ekspresi David yang merana karena
diomelin Cindy. Randy dan Donna yang juga sedang asik ikut terkekeh.
David
benar-benar keqi. Dikiranya dia bisa ngambil kesempatan dengan kekesalan Cindy
pada Andre. Ternyata salah. Dikenakannya pakaiannya kembali. Lalu keluar kamar
mandi dengan perasaan tak menentu. Tinggal Asep yang kebingungan, pertanyaan
Cindy tak dijawabnya. Ia hanya terpaku melihat gadis cantik itu yang sedang
ngomel-ngomel sambil keenakan digempur Wisnu dengan penuh nafsu.
Cindy yang
kesal pada Andre dan David terlihat semakin liar. Pantatnya
dihentak-hentakkannya sekuat tenaga. Wisnu tentu saja jadi semakin keenakan.
Iapun mengentot gadis yang marah itu dengan tak kalah liarnya. Kontolnya
menggempur memek kekasih sahabatnya itu dengan sekuat tenaga. Cindy
mengerang-erang keenakan dalam marahnya. Sodokan kontol Wisnu yang segede
terong itu, dirasakannya begitu nikmat pada memeknya. Tubuh keduanya merah
padam dan basah bersimbah keringat.
“Ohhhhh…ohhhh….ohhhhh…
Wisshhhssssjhhhh.. kontol Elohhh enak bangethhh sshhhhh..,” racau Cindy.
“Enak mana
sama kontol Andre? Ahhh ahhh ahhh ahhh ahhha…,” Wisnu menggoda Cindy dengan
pertanyaan nakal.
“Enak kontol
Elohh shhhh… shhh… shhh… shhh… Lebih kerasshh Wisshhh ohhhh… ohhh… ohhhh…,”
sahut Cindy mantap. Wisnu terkekeh mendengar jawaban gadis yang sedang marah
itu. Randy dan Donna tak urung ikut terkekeh juga jadinya. Keempat remaja itu
terus bersenggama sepuasnya tak memperdulikan kebingungan Asep yang tidak tau
mau ngapain di dalam kamar mandi itu.
Andre tak
jadi menginap di rumah Calvin. Mamanya menelpon dan menyuruhnya untuk pulang
malam itu. Karena mama dan papanya baru saja kembali ke rumah. Sebetulnya Andre
malas pulang. Namun karena sang mama mengatakan ada hal penting yang ingin
dibicarakannya, maka terpaksa ia pulang ke rumah. Cowok itu segera meluncur ke
rumahnya yang tidak terlalu jauh letaknya dari lokasi rumah Cindy.
Sepanjang
perjalanan pulang, tiga kali ponsel Andre berdering. Tanda sms diterima masuk
ponselnya. Andre tau pasti sms dari mana itu. Pasti dari orang yang mengintip persenggamaannya
dengan Calvin. Si Peneror itu!
“Dasar sakit
jiwa,” kutuk Andre dalam hati. Hatinya semakin kesal. Sampai di rumah
disempatkannya membaca sms yang dikirim oleh penerornya itu. “DASAR HOMO!” isi
pesan yang pertama. “COWOK KOK DOYAN KONTOL. DASAR BANCI!” isi pesan yang
kedua. “HALO HOMO. MASIH PENGEN NGEMBAT BOOL JUGA MALAM INI?” isi pesan yang
ketiga.
Andre sangat
kesal membaca pesan-pesan sms itu. Diputuskannya untuk membalas sms pada sang
peneror. Menunjukkan kemarahannya. “ELO MAU APA SIH? ELO PENGEN GUE ENTOT JUGA?
SINIIN PANTAT ELO!” isi pesan Andre. Ditunggunya tanggapan dari sang peneror.
Namun sampai ia selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, jawaban sang
peneror tak kunjung tiba.
Andre
iseng-iseng memeriksa isi pesan-pesan smsnya. Juga memeriksa kembali rekaman
video dalam ponselnya. Termasuk rekaman adegan ngesex sang mama dengan Mas Dharma.
Melihat ulang adegan itu, tiba-tiba entah kenapa muncul rasa penyesalan
didirinya. Ia pernah berniat jahat untuk mengerjai mamanya dan Mas Dharma
dengan rekaman yang dimilikinya ini. Namun kini, akhirnya dirinya sendiri yang
ketiban pulung. Orang lain, entah siapa, memiliki rekaman pergumulan cabulnya
dengan sesama laki-laki. Dan sama seperti niatnya pada sang mama, pemilik
rekaman cabulnya juga berniat mengerjai dirinya. Entah seperti apa bentuknya.
Dan ini membuat was-was Andre. Ia benar-benar tak bisa membayangkan apa yang
akan terjadi dengannya, bila orang lain melihat rekaman cabul itu.
Akhirnya
Andre menghapus rekaman cabul sang mama dan Mas Dharma itu. Ia merasa tak ada
artinya juga untuk mengerjain mamanya. Tiba-tiba ia menyadari, bahwa memang tak
ada manusia yang sempurna. Termasuk dirinya. Pun juga mamanya dan papanya.
Segala rasa sakit hati pada mamanya dan papanya, sirna seketika dalam diri
Andre. Tanpa disadarinya air matanya berlinang. Penyesalan menyeruak.
“Tok tok
tok,” pintu kamarnya diketuk dari luar. Andre segera menghapus air matanya.
“Siapa?”
tanyanya.
“Mama
sayang,” jawab suara lembut dari luar.
“Bentar ma,”
jawab Andre. Ia menuju pintu kamar dan membukanya. Wajah mamanya yang cantik
terlihat tersenyum sayang padanya.
“Anak mama
udah pulang kok enggak ngomong-ngomong sih?” tanya sang mama.
“Iya ma.
Tadi Andre pengen mandi dulu. Ada apa ma? Kok tadi nelpon Andre. Ada yang mau
diomongin ya?” tanyanya.
“Iya sayang.
Ke bawah yuk. Papa juga pengen ngomong tuh,” ajak sang mama.
“Iya ma,” jawab
Andre. Ia memandangi sang mama. Kemudian dipeluknya mamanya erat-erat.
“Lho… Lho…
ada apa nih?” tanya sang mama bingung.
“Ma…, kalo
Andre ada salah sama mama, maafin ya,” katanya tulus. Air mata Andre mengalir
di pipinya. Mamanya makin bingung.
“Emangnya
anak mama ada salah apa?” tanya sang mama.
“Pokoknya
maafin ya ma. Semua kesalahan Andre,”
“Iya sayang.
Mama selalu maafin Andre kok. Mama juga minta maaf ya kalo ada salah,” meskipun
bingung, namun Mama Andre merasa terharu juga melihat sikap anaknya yang tak
biasa ini. Dipeluknya erat sang putra dengan penuh rasa sayang.
Setelah
merasa tenang. Andre melepaskan pelukannya dari sang mama. Kemudian keduanya
turun ke lantai bawah. Mama Andre masih bingung dengan apa yang terjadi pada
anaknya itu. Namun ia tak memaksa anaknya itu untuk bercerita. Ia yakin bila
Andre merasa perlu untuk menceritakannya, pasti ia akan menceritakannya nanti.
Papa Andre
sedang menonton televisi di ruang keluarga. Saat melihat kedatangan istri dan
anaknya, Papa Andre merasakan sedih luar biasa. Ia melihat betapa Andre sangat
hangat pada mamanya. Dulu anaknya itu juga seperti itu padanya. Namun sejak
rahasia mesumnya bersama Fadly, ajudannya, diketahui Andre, sikap putranya itu
berubah seratus delapan puluh derajat padanya. Papa Andre merindukan kembali
masa-masa kehangatan itu lagi. Suatu saat ia berharap masa-masa itu bisa
kembali. Tapi entah kapan.
Papa Andre
belum tahu bahwa saat itu Andre sudah melupakan rasa sakit hatinya padanya.
Karena itu ia belum berani menatap langsung pada wajah anaknya yang ganteng
itu. Saat istri dan anaknya itu sudah duduk di dekatnya, ia masih berpura-pura
menonton televisi. Menghindari tatapan langsung pada Andre.
“Pa, ini
Andre. Katanya ada yang mau diomongin, kok sekarang diam aja,” kata Mama Andre
mesra pada Papa Andre.
“Iya pa.
Papa mau ngomongin apa ke Andre?” tanya Andre dengan nada suara yang ramah.
Papa Andre memberanikan diri melirik ke wajah anaknya itu, memastikan bahwa apa
yang didengarnya tidak salah. Sudah cukup lama rasanya ia tak mendengar nada
suara yang ramah keluar dari mulut anaknya itu. Saat tatapannya bertemu dengan
tatapan Andre, sang papa semakin terkejut, dilihatnya anaknya itu tersenyum
ramah padanya. Andre dirasakannya sangat berbeda dari beberapa hari belakangan
ini.
Papa Andre
menatap lama pada Andre. Meyakinkan bahwa apa yang dilihatnya saat ini tidak
salah. Andre terus saja tersenyum ramah pada papanya itu. Akhirnya sang papa
jadi berani untuk terus memandang wajah ganteng anaknya itu sambil mulai
berbicara.
“Ndre, papa
mau ngomong soal rencana kamu jadi taruna Akmil,” kata sang papa.
“Kenapa pa?
Papa kan udah pernah nanyain ke Andre kemaren,”
“Memang iya.
Tapi ada kabar baru yang perlu papa sampaikan ke kamu,”
“Apa itu
pa?”
“Papa sempat
ketemu sama Kasad kemaren…,”
“Papa kok
gitu sih, kan Andre udah bilang kalo Andre gak mau seperti itu,” Andre langsung
memotong kata-kata papanya. Ia memang kurang suka bila untuk dapat masuk
menjadi taruna Akmil harus pake koneksi-koneksian.
“Ndre,
dengar dulu dong kata-kata papa,” kata sang mama.
“Iya sayang,
sabar dulu. Papa ngerti kok kalo anak papa gak mau pake cara-cara KKN. Papa gak
ada kok nitip nama Andre ke Kasad. Papa cuman ngomong siapa kira-kira yang bisa
bantu Andre untuk latihan mempersiapkan diri menjelang seleksi. Soalnya seleksi
untuk masuk taruna Akmil kan berat sayang,”
“Oh.. gitu,”
“Ya. Jadi
kemudian papa dikenalin sama seorang perwira muda, lulusan Akmil. Nah perwira
ini sudah bersedia untuk membantu kamu mempersiapkan diri,”
“Tapi Andre
sudah mempersiapkan diri kok pa,”
“Papa tahu
sayang. Tapi kalo dilatih sama orang yang memang sudah pengalaman di bidangnya,
mudah-mudahan persiapan kamu semakin mantap,” kata sang papa bijak.
“Mmmmmm…,”
Andre berpikir sejenak.
“Mama rasa
gak ada salahnya sayang,” bujuk sang mama.
Tiba-tiba
ponsel Andre berdering. SMS kembali terkirim ke ponselnya. Perasaan Andre
kembali kesal. Ia yakin itu pasti dari sang peneror.
“Siapa Ndre?
Kok dicuekin aja?” tanya sang mama.
“Cuman SMS
ma,” kata Andre.
“Ya dilihat
dulu,”
“Gak usah
ma, entar aja,”
Sesaat
ketiga anak beranak itu terdiam. Andre sedang menimbang-nimbang apa yang
dikatakan papanya. Sementara sang papa dan sang mama menantikan jawaban anaknya
yang cukup idealis itu. Sebenarnya sang papa dan sang mama merasa bangga dengan
prinsip putranya ini. Jarang putra pejabat yang berprinsip seperti si Andre
ini. Umumnya banyak yang memanfaatkan posisi orang tuanya untuk memperoleh apa
yang mereka inginkan.
“Boleh deh
pa. Kapan Andre bisa ketemu dengannya,”
“Terserah
Andre maunya kapan. Dia siap selalu katanya,” sahut sang papa.
“Kalo gitu,
lusa aja pa. Besok Andre ada urusan dengan Calvin,” jawab Andre.
“Boleh.
Nanti papa hubungi dia,”
Selanjutnya
ketiga anak beranak itu ngobrol-ngobrol hal-hal ringan. Papa Andre merasa
senang. Ia melihat anaknya itu mulai kembali seperti dulu. Sang papa mulai
merasakan nyaman untuk berbicara dengan putranya itu.
Setelah
ngobrol beberapa lama, Andre pamit untuk ke kamarnya. Setelah sang papa dan
sang mama mengijinkan Andre segera menuju ke kamarnya. Begitu tiba di kamar, ia
langsung membaca sms yang tadi masuk di ponselnya.
“DASAR HOMO!
ENAK AJA NGEMBAT LOBANG PANTAT GUE. EMBAT TUH ANJING!” bunyi pesan itu. Andre
makin keqi. Kemarahan memenuhi perasaannya. Jantungnya berdebar-debar keras,
menahan amarah. Dalam marahnya itu ia kemudian menghubungi Calvin melalui
telepon rumah yang ada di kamarnya. Pengen bertukar cerita dengannya.
“Kok gak
jadi datang?” tanya Calvin diseberang, begitu tahu yang menghubunginya Andre.
Rupanya Calvin juga sedang kesal, karena Andre tak memenuhi janjinya untuk
datang.
“Sorry Vin.
Tadi mama Gue nelpon, katanya ada yang mau diomongin. Jangan marah ya,” Andre
sangat menyesal karena tak bisa mendatangi Calvin. Ia juga merasa kuatir
sahabatnya tersayang itu, marah padanya.
“Gue gak
marah kok. Cuman rasanya suntuk aja Ndre,”
“Gue juga.
Kesal banget Gue sama pengintip itu. Eh, Elo ada di sms gak sama dia?”
“Gak ada.
Emang kenapa? Elo di sms ya?”
“Yoi.
Berkali-kali sejak tadi,”
“Apa
isinya?”
“Entar deh
Gue reply ke ponsel Elo. Isinya menjijikkan banget. Eh Elo tau gak nomor siapa
ini? 081xxxxxxxxx. Kali ada nomor itu di ponsel Elo,”
“Bentar Gue
liat.. Ngggg…. gak ada kayaknya. Itu nomor si pengintip ya?”
“Yup. Gak
ada ya? Siapa sih orang ini. Kok dia bisa tau nomor Gue ya?”
“Jangan-jangan
kita kenal sama orangnya Ndre,”
“Bisa jadi.
Enaknya nih anak Gue hubungin aja ya?”
“Terserah
Elo. Tapi apa dia mau ngejawab kalo Elo hubungin? Pasti dia gak maulah,”
“Iya juga
sih. Tapi Gue kan bisa maki-maki dia,”
“Terserah
Elo kalo gitu. Tapi Gue ada usul,”
“Apaan?”
“Gimana kalo
kita tanyain aja ke temen-temen melalui sms. Siapa tau temen-temen kita ada
yang nyimpen nomor itu,”
“Bener juga.
Gue kok gak kepikiran ya dari tadi?”
“Kita cobain
yuk. Gue ngubungin temen-temen Gue. Elo ngubungin temen-temen Elo deh,”
“Oke. mudah-mudahan
dapet,”
“Mudah-mudahan,”
“Udah ya.
Bye,”
“Bye,”
Telepon
ditutup. Selanjutnya kedua cowok itu mengirim sms ke teman-teman mereka.
Mencari tahu, siapa tahu diantara teman-teman mereka itu ada yang tahu nomor
milik siapa itu. Andre menghubungi semua teman-temannya di club olah raga dan
kepengurusan OSIS. Juga cewek-cewek yang dikenalnya. Sedangkan Calvin
menghubungi teman-temannya yang umumnya aktif dalam kegiatan akademik dan
penelitian ilmiah.
Semalaman
ponsel keduanya berdering. Mengirim jawaban via sms atas pertanyaan mereka.
Namun jawaban yang mereka peroleh mengecewakan. Teman-teman mereka tidak
mengetahui nomor milik siapa itu. Namun keduanya masih berharap, karena belum
semua teman yang mereka kirim sms membalas. Masih ada beberapa kiriman sms yang
terpending.
Hari semakin
malam. Akhirnya kedua cowok itu tertidur. Mereka belum juga memperoleh jawaban.
Semalaman ponsel mereka biarkan tetap aktif. Beberapa sms terus masuk disaat
keduanya terlelap di dalam kamar mereka masing-masing.
Bersambung...
0 komentar: