Created by: NicoLast
Story by: NicoLast and Robby
Edited by: Edy Cahyadi
Story by: NicoLast and Robby
Edited by: Edy Cahyadi
Malam itu di
rumah Cindy.
Asep
berbaring sambil melamun di atas sofa ruang tamu rumah Cindy. Rumah itu sudah
sepi. Teman-teman Cindy yang tadi berpesta sex sudah pulang semua. Rumah sudah
dibersihkan kembali oleh pembantu Cindy, Asep ikut juga membantu membersihan
rumah dengan pembantu yang lain. Cindy tidak keluar dari kamarnya sejak
teman-temannya pulang sore tadi. Gadis cantik itu rupanya sedang beristirahat
mengembalikan tenaganya yang terkuras saat pesta sex.
Ada hal yang
ingin disampaikan Asep pada Cindy. Situasi yang belum memungkinkan membuatnya
harus bersabar dulu sampai Cindy bangun. Bisa jadi kalau Cindy tidak bangun
juga malam ini baru esok hari dia dapat berbicara dengan majikannya itu. Asep
sulit tidur meskipun sofa yang dijadikannya tempat berbaring itu jauh lebih
empuk dibandingkan kasur tipis yang ada di kamarnya. Canggung karena baru
sekali ini mendatangi rumah majikannya dan juga bingung memikirkan bagaimana
cara berbicara yang baik pada majikannyalah yang membuat Asep sulit tidur.
Lamunan Asep
membawanya pada kenangan seru bersama sahabat-sahabat kentalnya di kampung.
Sepeninggal Cindy dan teman-temannya plus Tante Vonny yang hot, Asep mencoba
kembali ke kehidupan normalnya sehari-hari. Namun rasa rindunya pada nikmatnya
mengentot tidak mampu ditahannya. Nafsu birahinya terasa menggelegak setiap
hari. Asep tak kuasa menahan gejolak untuk melampiaskan birahinya itu.
Gadis-gadis
desa yang selama ini terlihat biasa sekarang menjadi berbeda. Tubuh sintal dan
ranum mereka senantiasa menerawang di benak mata Asep, membuat libidonya lapar
dan tak sabar untuk menerkam.
Otak Asep
penuh dengan segala bayangan cabul sehubungan dengan nikmatnya menggigit lembut
sambil mengulum buah dada Cicih yang montok dan ranum atau menyeruput lendir
asin nan hangat yang memenuhi rongga memek Entin. Saat-saat memetik teh bersama
perawan-perawan desa itu membuat Asep kelimpungan. Batang kontolnya selalu
ngaceng tak bisa diajak kompromi. Kalau sudah begitu, sepulang bekerja, mau tak
mau Asep meminta bantuan Tante Citra Body Lotion membantunya. Kelembutan Tante
Citra Body Lotion telah terbukti dapat menyemburkan dengan keras cadangan
sperma yang telah mendesak dari dalam batang kontolnya yang sekeras kayu.
Bukan hanya
itu. Bayangan cabul pada lelaki juga sering menari-nari di pikirannya. Dudung
dan Encus, dua sahabat kentalnya yang selama ini sering telanjang
bersamanya—baik telanjang dada atau juga telanjang bulat seluruhnya—yang selama
ini tak pernah menjadi perhatiannya kini ketelanjangan mereka membuat birahinya
membara. Tanpa sepegetahuan kedua sahabatnya itu, Asep kini sangat teliti
memperhatikan pahatan sempurna Yang Mahakuasa pada otot mereka. Apakah itu otot
dada, otot lengan, otot paha, otot perut, dan tak lupa otot kontol mereka.
Saat-saat
kencing bareng di antara semak rerumputan kini merupakan momen yang tak pernah disia-siakan
oleh Asep untuk meneliti lebih detail lekuk batang gemuk panjang berurat milik
kedua sahabatnya itu. Apabila sudah sangat terangsang Asep tanpa malu-malu
mengajak Dudung dan Encus melakukan coli bareng. Awalnya Dudung dan Encus agak
risih melakukan prosesi cabul itu bersama-sama namun setelah beberapa kali
keduanya menjadi terbiasa.
Tanpa mereka
sadari Asep bukan hanya sekadar mengajak mereka untuk meraih kenikmatan coli
bersama saja namun lebih jauh dari itu Asep punya tujuan khusus untuk mempersiapkan
mereka pada tahap selanjutnya, yaitu ngentot sesama cowok. Akhirnya tujuan Asep
kesampaian juga dua pekan yang lalu. Hari itu adalah malam kedua setelah
keluarga Dudung melamar Titin. Ketiga sahabat itu sedang ngeronda bersama.
Sambil ngeronda mereka main catur dan sesekali memperbincangkan persiapan
resepsi pernikahan Dudung yang akan dilangsungkan satu bulan lagi.
“Dung,
kumaha atuh rencana ke Mak Erot buat ngegedein kontol kamuh?” tanya Asep
setelah sukses menskak mat raja milik Dudung.
“Iya Dung.
Kamuhkan sering ngomong pengen gedein kontol biar segede pentungan dan bikin
Titin jadi keenakan euy,” tambah Encus.
“Masalahnya
duitnya te aya Sep, Cus. Mahal euy,” jawab Dudung, “dipikir-pikir segini juga
udah lumayanlah.”
Asep
langsung tertawa dalam hati. Kesempatan nih, batinnya.
“Kalo kamuh
tidak keberatan saya mah bisa bantuin kamuh Dung,” kata Asep.
“Maksud
kamuh mau ngasih saya duit Sep?” tanya Dudung.
“Duit mah te
aya Dung. Kitakan sama-sama miskin atuh,”
“Jadi maksud
kamuh gimana Sep?” tanya Dudng penasaran.
“Kalian
ingat saya kan pernah diasuh sama Aa’ Gatot waktu SMP dulu. Kalau A’ Gatot
ngobatin orang, saya perhatiin,” sahut Asep.
“Tapi Sep,
A’ Gatotkan bukan ngobatin kontol,” sanggah Encus.
“Iya Sep,
setau saya mah bukan,” dukung Dudung.
“Sayakan
yang tinggal lama samah diah,” ngeles Asep.
“Jadi A’
Gatot bisa juga ngegedein kontol Sep?” tanya Dudung.
“Liat
sendiri atuh, kontol sayah lebih gedeh dari kalian berduakan. Ilmunya sayah
dapet dari Aa’,” kata Asep meyakinkan. Bukti akurat yang dimiliki Asep jelas
saja membat Dudung dan Encus yakin.
“Kalo kamuh
mau bantuin, saya mah terima kasih banget Sep. Tapi saya bayar kamuh pake apa?”
tanya Dudung.
“Emang saya
minta bayaran?” tanya Asep.
“Makasih
banget atuh Sep. Kamuh memang teman yang baik. Kapan kita bisa mulai?” tanya
Dudung tak sabar.
“Sayah
ikutan juga ya Sep,” kata Encus.
“Boleh, tapi
ada syaratnya,” kata Asep.
“Apa
syaratnya Sep?” tanya Encus dan Dudung serempak.
“Kalian
harus bawa santan kelapa masing-masing satu gelas,” kata Asep.
“Itu doang
Sep?” tanya Encus.
“Yang kedua
dan paling penting kalian jangan pernah bilang ke siapapun apa yang nanti saya
lakukan,” kata Asep.
“Emang
kenapa Sep? kan lumayan nanti kamuh banyak dimintain bantuan sama orang-orang,”
kata Dudung.
“Itu yang
saya tidak mau. Saya tidak mau jadi dukun. Saya cuman mau bantuin kamuh berdua
ajah karena kamu teman saya,” ngeles Asep lagi.
Jawaban
ngeles Asep ternyata berterima di pikiran sederhana Dudung dan Encus. Malam itu
mereka menyepakati akan memulai “ritual pengobatan” itu besok sore sepulang
bekerja. Tempat yang mereka pilih adalah sebuah gudang kebun teh yang sudah
tidak digunakan lagi. Lokasinya sepi dan sangat jarang dikunjungi orang. Asep
juga berpesan agar Dudung dan Encus sebelumnya mandi junub dan membersihkan
daerah alat vital sampai pantat dengan sebersih-bersihnya.
“Emang
kenapa harus dibersihin Sep?” tanya Dudung bingung.
“Supaya suci
dari najis,” alasan Asep singkat. Dudung dan Encus menerima saja alasan Asep,
namanya juga lagi butuh. Padahal dibalik itu mereka tidak sadar Asep
merencanakan hal lain buat mereka. Acara main catur sambil ngeronda kembali
dilanjutkan.
Keesokan
harinya, sejak pagi Asep sudah penuh dengan pikiran ngeres. Ketika Entin
nungging di dekatnya waktu ngeletakin bakul teh, libidonya langsung naik.
Padahal Entin dalam keadaan berpakaian lengkap. Saking tak sabar segera
menuntaskan libidonya Asep merasa hari itu sore terasa lama datangnya.
Ketika Azan
Ashar terdengar nyaring memecah kesunyian dari pengeras suara mesjid di
perkebunan, Asep tersenyum gembira. Usai sudah pekerjaan hari ini. Setelah
membereskan peralatannya Asep segera mengayuh sepedanya menuju mesjid
perkebunan. Di dalam kamar mandi perkebunan yang luas terlihat banyak buruh
perkebunan yang sedang mandi termasuk Dudung dan Encus. Memang sudah biasa para
buruh itu mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat Ashar di mesjid.
Asep berjalan diantara tubuh-tubuh kekar telanjang bulat menuju tempat Dudung
dan Encus. Tak lupa sesekali ia melirik kontol-kontol gemuk yang berhias jembut
lebat milik para buruh itu.
“Jangan lupa
bersihin semua yang sayah omongin semalam,” bisik Asep pada Dudung dan Encus.
“Sip,” jawab
kedua sahabat itu serempak.
Selesai
mandi ketiganya segera bergabung dengan para buruh lainnya untuk mengerjakan
sholat Ashar berjamaah. Tubuh segar harum sabun ketiga sahabat itu dibalut
sarung dan baju koko yang sudah lecek warnanya kini sudah berbaris rapi dengan
jamaah yang lain.
Usai sholat
ketiga sahabat itu mengayuh sepeda masing-masing menuju gudang yang mereka sepakati
semalam. Angin kencang menyapu wajah mereka sehingga ketiga sahabat itu harus
menekan peci mereka dalam-dalam ke kepala agar tidak terbang oleh hembusan
angin.
“Siapa yang
mau duluan nih?” tanya Asep setelah ketiganya berada di dalam gudang.
“Saya atuh
Sep,” sahut Dudung segera. Encuspun tak keberatan. Asep lalu menyuruh Encus
untuk menunggu di luar.
“Kenapa saya
tidak boleh ngelihat atuh Sep?” tanya Encus.
“Itu
pantangannya. Kamuh harus menunggu diluar dulu,” jawab Asep. Encuspun patuh. Setelah Encus
keluar Asep menyuruh Dudung membuka sarung dan celana dalamnya. Tanpa curiga
Dudung melakukan apa yang diperintahkan Asep. Sarung itu lalu diletakkan Asep
di atas lantai. Asep juga membuka sarung dan celana dalamnya. Sarungnya
dibentangkannya di lantai disebelah sarung Dudung.
“Kenapa
kamuh buka sarung dan celana dalam juga Sep?” tanya Dudung bingung.
“Dung, kamu
jangan banyak tanya atuh. Pamali!”
Dudungpun
mingkem. Asep lalu menyuruh Dudung duduk di atas sarung yang tadi telah
dibentangkan Asep. Kemudian Asep juga duduk berhadapan dengan Dudung. Asep
kemudian melebarkan pahanya dan paha Dudung. Kedua paha Dudung ditindihkan
diatas paha Asep. Kedua kaki Asep melingkari pantat Dudung demikian pula
sebaliknya. Kedua sahabat itu duduk sangat dekat dengan batang kontol
bersentuhan. Dudung terlihat bingung dan grogi duduk dalam posisi seperti itu.
Asep lalu
menuangkan santan kelapa yang dibawa Dudung ke batang kontol calon suami Titin
itu. Kedua telapak tangannya lalu melakukan gerakan memijat yang lembut pada
batang kontol sahabatnya yang licin itu. Gerakan memijat Asep tentu saja
membuat Dudung blingsatan. Batang kontol Dudung mengeras!
Itu adalah
awal segalanya. Setelah itu Dudung tak peduli lagi apa yang dilakukan Asep
padanya. Dudung membiarkan saja ketika Asep mengulum batang kontolnya yang
licin dan bersantan itu dengan mulut. Malahan ketika mulut dan lidah Asep
merambah lobang pantatnya, Dudung mengerang-erang keenakan. Setelah Dudung
orgasme, Asep melakukan hal yang sama pada Encus.
Sejak itu,
setiap sore, usai sholat Ashar mereka selalu menuju gudang sepi itu bertiga.
Satu per satu Asep ‘menyalurkan ilmu membesarkan kontolnya’ pada Dudung dan
Encus. Kedua sahabatnya itupun sangat giat ‘mengamalkan ilmu’ yang diberikan
Asep. Berkali-kali mereka mengulang-ulang pelajaran baik bertiga dengan Asep
ataupun ‘belajar berdua’ saja disaksikan Asep.
Ibarat
candu, ngentot memang bisa menyebabkan ketagihan. Apalagi bagi pemula seperti
Dudung dan Encus. Mereka sudah tak peduli lagi apakah yang ‘diajarkan’ oleh
Asep itu dapat memperbesar kontol mereka atau tidak. Buat mereka ngentot kini
menjadi ajang memuaskan libido semata. Bahkan setelah sepekan berselang
ketiganya tak peduli lagi dengan jadwal ngentot setelah sholat Ashar. Kapan
saja libido memuncak merekapun melakukannya. Waktu dan tempat tak lagi dapat
mengekang gairah mereka.
Asep sangat
terhanyut dalam lamunan cabulnya itu. Tangannya asik mengocok batang kontolnya
yang sejak tadi sudah lolos dari dalam celananya. Kocokan jemari tangan dengan
genggaman yang keras pada batang kontol terasa seperti cengkeraman rongga
lobang pantat Dudung dan Encus saat pertama kali Asep memperjakai keduanya
bergantian. “Ohhh…,” desah Asep. Masturbasi yang nikmat sambil mengenang
saat-saat indah bertarung birahi bersama Dudung dan Encus membuat Asep tak
peduli kalau saat itu ia berada di ruang tamu majikannya. Jemari tangan Asep
mengocok batang kontolnya semakin cepat. Nafasnya menderu. Tiba-tiba….
“Sep…,”
tegur sebuah suara nan lembut namun membuat Asep blingsatan. Kedua telapak tangannya
serta-merta berusaha menutupi batang kontolnya yang sedang mengacung tegak,
meskipun usahanya itu percuma saja. Batang kontol yang gemuk panjang itu tak
dapat ditutupi seluruhnya. Asep tersipu-sipu malu diantara kagetnya sambil
menatap orang yang menegurnya tadi yang tak lain dan tak bukan adalah Cindy!
Gadis
majikannya itu berdiri tegak di hadapan Asep. Tubuhnya yang indah hanya
dilapisi lingerie tipis warna pink. Tak ada selembar benang lain dibawahnya.
Lekuk tubuh majikannya itu terpampang jelas di mata Asep.
“Asik banget
ngocoknya,” kata Cindy. Tatapan matanya tajam ke wajah ganteng pemuda desa itu.
Asep hanya terdiam tak tau harus menjawab apa. Semenit mereka berpandangan.
Tiba-tiba
Cindy membungkukkan badannya ke arah Asep. Wajahnya mendekat ke wajah Asep,
hidungnya menyentuh hidung Asep, dan akhirnya bibirnya menyentuh bibir Asep.
Nafas hangat keduanya beradu, bibir keduanya bergesekan dan sesaat kemudian
kedua bibir itu sudah saling berebutan melumat satu sama lain.
Tanpa
sungkan lagi tangan kekar Asep langsung menyelusup ke balik lingerie Cindy. Di
dalam tangan itu meremas-remas bokong sintal gadis itu yang padat dan hangat.
Ciuman keduanya tambah bernafsu. Kedudukan sudah tak penting lagi, hanya nafsu
dan kepuasan yang ada di atas segalanya. Semakin jauh mereka merengkuh lautan
kenikmatan untuk menuju pulau kepuasan yang belum nampak di batas cakrawala.
Nafsu birahi
Asep yang tadi tertahan kembali menggelegak dan memaksa untuk segera
disalurkan. Sejenak keduanya menghentikan lumatan bibir untuk kemudian dengan
terburu-buru melepaskan sisa pakaian yang masih melekat di tubuh. Selanjutnya
bibir mereka kembali saling melumat. Tangan merekapun menjelajahi tubuh
pasangannya dengan liar. Tak puas dengan mulut saja bibir Asep menyerbu leher
lalu ke pentil payudara Cindy yang kemerahan. Mulutnya dengan rakus
menyedot-nyedot bak bayi kelaparan. Cindy melenguh tertahan, “Sephh … ohhh …,”
Asep
memangku Cindy di atas sofa. Posisi ini persis sama dengan posisi saat pertama
kali mereka bersanggama di Villa Cindy. Sambil menikmati permainan lidah Asep
di tubuhnya, tangan kanan Cindy mengarahkan kontol Asep ke memeknya sendiri.
Lalu Cindy menggoyang-goyangkan pantatnya perlahan dan kontol Asep pun
menggesek-gesek memeknya sampai ke celah lobang pantatnya.
Bergantian
dan tak bosan Asep mempermainkan kedua pentil Cindy yang makin kencang saja.
Rasa gelinya dirasakan Cindy sampai ke ubun-ubun ditambah lagi rasa geli di
memek dan bibir lobang pantatnya oleh gesekan jembut Asep. Cindy tak tahan lagi
untuk tidak menikmati Asep.
Cindy lalu
berbalik menyerang. Badannya yang halus dan kini mulai licin oleh keringat
merayap ke bawah, mulutnya menciumi tubuh Asep mulai dari dada, perut, sampai
ke batang kontol. Pemuda desa itu merem melek menikmati ciuman Cindy yang
ditambah dengan bonus cupangan di sana-sini.
Dengan
lincah mulut Cindy menyergap kontol Asep. Didalam mulut gadis cantik itu batang
kontol Asep harus pasrah untuk dihisap, dikulum, dan dilumat. Cindy benar-benar
lihai mengerjai perkakas keramat itu. Terkadang kontol itu masuk hampir ¾ nya
tapi terkadang hanya kepalanya saja. Rasanya uuhhhh man! Pantat Asep sampai
berkedut-kedut saking nikmatnya. Permainan mulut liar Cindy pada kontolnya
membuat Asep bak terbang ke nirwana. Asep sekuat tenaga menahan orgasmenya. Ia belum
mau spermanya muncrat di dalam mulut indah majikannya itu saat ini.
Lima belas
menit berlalu. Sperma Asep semakin mendesak untuk dikeluarkan. Tak mau itu
terjadi, Asep mendorong kepala Cindy dari selangkangannya. Kontolnya yang
keluar dari dalam mulut Cindy terlihat merah dan berkilat oleh ludah,
berdenyut-denyut dan tergoyang ke sana kemari. Sexi sekali!
Gadis itu
lalu di dudukkannya di atas sofa dalam posisi paha terkangkang lebar. Posisi
itu tentu saja menyebabkan labia mayora memek Cindy menganga. Belahan memek
Cindy yang merah dikelilingi rimbunan jembut lebat membuat birahi Asep makin
bergejolak. Pemuda desa itu segera berjongkok di depan Cindy. Lidah Asep
mencari itil majikannya, setelah ketemu lalu dijilatinya dengan liar.
“Yahhh
Seepphh ahh Sephhh..,” desis Cindy meracau. Kepalanya dilemparkan ke kanan dan
kiri saking nikmatnya. Tak lama pekerjaan lidah Asep membuahkan hasil. Cindy
pun orgasme hebat. Saking hebatnya orgasme itu tanpa sadar tangan Cindy
memegang kepala Asep kuat-kuat untuk menahan kepala itu agar tetap di memeknya.
Kuat sekali Cindy menahan kepala Asep menyebabkan pemuda itu hampir kehabisan
nafas.
Setelah
orgasme usai barulah pegangan tangan Cindy di kepala Asep mengendur. Pemuda itu
segera berdiri di depan Cindy. Bibirnya tersenyum menatap gadis itu yang juga
tersenyum puas dengan mata sayu. Wajah Asep penuh keringat dan di sekitar
mulutnya belepotan lendir campuran ludah dengan lendir kenikmatan dari memek
Cindy.
Asep lalu
berdiri di atas sofa. Kedua kakinya di samping paha Cindy. Selangkangannya
tepat di depan wajah gadis itu. Asep kemudian menyorongkan kontolnya yang
sekeras kayu ke mulut majikan yang cantik. Asep kepingin menikmati hisapan
Cindy sekali lagi rupanya.
Cindy
menyambut kontol gemuk panjang itu dengan mulutnya. Cindy memang suka memuluti
kontol Asep yang besar. Dia juga suka aromanya yang khas jantan lelaki. Sesaat
Cindy membandingkan kontol Asep dengan kontol-kontol lain yang pernah
dihisapnya, milik Andre ataupun anak-anak basket teman Andre. Guratan otot-otot
Asep terasa lebih liat dan pejal.
Asep senang
memandangi Cindy yang terlihat keenakan menikmati keperkasaannya. Pantat Asep
bergerak maju mundur perlahan. Mengeluarmasukkan batang kontol itu ke dalam
mulut Cindy yang termonyong-monyong saking besarnya perkakas Asep. Sesekali
Cindy melirik Asep dan pemuda desa itupun memberikan senyuman yang terindah
pada majikannya yang sedang asik dibawah sana.
Cukup lama
Cindy memuluti kontol Asep. Keringat Asep menetes membasahi wajah cantik
majikannya itu. Pemuda itu mengambil pakaiannya di atas sofa dan bermaksud
hendak mengelap keringatnya namun ditahan oleh Cindy. Gadis cantik itu
menghentikan kulumannya pada kontol Asep dan kemudian berdiri sejajar dengan
pemuda desa itu. Diciumnya bibir Asep dengan lembut lalu ditempelkan pipi halus
itu di dada Asep yang bidang. Asep memeluk Cindy dengan sayang. Kedua tubuh
berkeringat itu berpelukan mesra.
“Sep, kenapa
baru datang sekarang sih?” tanya Cindy manja. Asep tersenyum. “Padahal udah
lama aku kangen kontolmu ini,” sambung Cindy sambil mengocok-ngocok batang
kontol Asep dengan lembut.
“Saya juga
udah lama kangen memek neng Cindy,” balas Asep sambil telapak tangannya meraba
jembut lebat Cindy.
“Ah kamu …,”
kata Cindy mencubit dada Asep lembut.
“Eh.. sakit
Non. Saya balas ya …,”
Cindy
mencoba lepas dari pelukan Asep untuk menghindari cubitan Asep di payudaranya.
Gadis cantik itu meronta-ronta sambil terkekeh-kekeh. Namun tetap saja Asep
berhasil mencubit payudara itu dan kemudian dilanjutkan dengan mengulumnya
lembut.
Beberapa saat
kemudian Asep menelentangkan tubuh Cindy di atas sofa. Lalu di atas tubuh
sintal itu Asep merebahkan diri dengan posisi telungkup ditopang dengan kedua
kakinya yang disusupkannya di antara paha Cindy. Kontol Asep menempel di
belahan memek Cindy. Jembut merekapun turut menyatu.
“Kontolnya
saya masukin sekarang non?” tanya Asep meminta persetujuan Cindy. Tak menjawab
Cindy malah mencium pipi Asep dengan gemas. Buat Asep itu adalah tanda
persetujuan lalu ia meraih kontol gemuknya. Kepala kontol itu diusap-usapkan ke
belahan memek Cindy yang merah. Dengan desakan pelan, kepala kontol itu
menembus dan lenyap diantara belahan basah itu. Perlahan tapi pasti separuh
batang kontol Asep semain masuk dan menghilang di dalam memek Cindy.
Desakan Asep
berhenti sesaat, Ia ingin meresapi kehangatan liang sanggama itu dulu. Asep
merasakan rongga hangat basah itu berdenyut meremas batang kontolnya. Naluri
alam membuat pantat Asep mulai bergerak perlahan, maju dan mundur menggenjot
kontolnya di antara belahan memek itu. Nikmat sekali rasanya.
Genjotan
demi genjotan semakin intens bagai dayung yang bergerak semakin cepat
menghantarkan kapal menuju pulau orgasme. Semakin lama semakin cepat. Mata
Cindy terpejam menikmati setiap hentakan yang Asep berikan. Batang kontol Asep
mengaduk-aduk liang kenikmatan Cindy semakin liar membuatnya terasa sepert
terbang ke atas awan.
“Sepphh enak
Sepp… terus Sepp… hh..,” lenguh Cindy.
“Bereshh non
hhh hhh… ” jawab Asep.
Tangan Asep
turut bekerja memainkan payudara Cindy yang montok itu. Sementara
hentakan-hentakan pantatnya makin keras membawa kontolnya masuk makin dalam.
Pulau orgasme semakin mendekat. Asep dan Cindy tak sabar lagi ingin sekali
segera mendarat di sana.
“Terus Sepp…
terusshhh!” racau Cindy. Asep menyelipkan telunjuknya kedalam memek Cindy lalu
mengobok-obok klitoris gadis itu membantunya segera menuntaskan orgasme yang
sudah didepan mata.
Plop! Asep
mencabut kontolnya sesaat sebelum muncrat. Dua jarinya sekarang menggatikan
kontolnya mengaduk memek sang majikan yang sedang dibuai kenikmatan. Tak lama
Cindy pun mengejang. Orgasmenya yang kedua tak dapat ditahannya lagi. “Seppphhh
enakkk sephhh…,” Cindy merintih bergetar keenakan.
Sementara
itu kontol Asep yang mengacung tegak terlihat mengkilat karena cairan memek
Cindy. Asep sengaja tidak muncrat dahulu dia ingin membuat Cindy penasaran.
Cindy lalu
tergeletak lemas di atas sofa yang sempit. Kenikmatan yang diperolehnya
membuatnya serasa tidur diatas awan saja. Wajahnya tersenyum penuh kepuasan.
Asep tiduran di sampingnya memberikan ciuman-ciuman mesra dan romantis.
“Ah … Asep
…,” rintih Cindy.
Cindy
mencium pipi Asep yang kasar dengan bulu berewoknya yang tumbuh sedikit.
Punggung Asep yang berotot dibelai sayang. Cindy lalu meraih kontol Asep yang
masih keras dan licin. Dikocoknya kontol itu dengan tujuan agar pemuda desa itu
segera orgasme. Asep langsung menahan kocokan gadis itu. Pemuda desa itu masih
punya rencana lain untuk Cindy.
“Jangan non.
Saya masih ingin menikmati non sekali lagi,” kata Asep.
“Sekali
lagi?! Duh, kamu perkasa banget sih Sep,”
“Non, boleh
gak saya menikmati pantat non?” tanya Asep berani. Cindy kaget. “Maksud kamu?”
tanya Cindy.
“Saya
kepingin ngentotin pantat non Cindy,” sahut Asep lembut. Pemuda desa itu memang
penasaran ingin merasakan nikmatnya lobang pantat majikannya itu.
Cindy tak
menyangka pemuda desa itu punya obsesi pada anal sex. Cindy memang tak sadar
bahwa sebenarnya hampir semua lelaki-lelaki yang pernah ngentot dengannya
adalah para penyuka lobang pantat.
“Apa tidak
sakit Sep?” tanya Cindy.
“Non santai
saja. Saya akan buat non enak dulu supaya tidak sakit,” jawab Asep.
“Kamu sudah
pernah ya Sep?” tanya Cindy.
“Sudah non,”
“Sama
siapa?”
“Ada deh
non. Gak usah saya ceritain ke non ya,” sahut Asep. Mana mungkin dia
menceritakan pengalamannya menganal cowok pada gadis itu. Hehehe.
Cindy tak
bertanya lagi. Ia tergoda juga membayangkan kontol gemuk Asep memasuki lobang
pantatnya. Cindy juga penasaran bagaimana sensasinya. Akhirnya gadis itu
mengangguk, mengijinkan Asep untuk menganalnya.
Asep senang,
ia mencium kening Cindy. Kemudian bibirnya menggeser ke hidung lalu sampai ke
bibir. Cindy bersiap melumat bibir Asep saat bibir itu turun ke dagu, leher,
dada, sampai perut. Satu kecupan tepat di pusar membuat Cindy kegelian. Bibir
Asep lalu turun perlahan dan berbElok ke paha Cindy. Satu kecupan untuk paha
kanan dan paha kiri. Asep mengangkat kaki kiri Cindy. Ciumannya turun ke lutut
lalu ke telapaknya. Tiga ciuman mendarat di sana. Cindy menggelinjang keenakan.
Ciuman Asep lalu pindah lagi ke telapak kaki kanan. Sekarang kaki kanan Cindy
di angkat lalu ciumannya bergeser ke lutut lalu ke paha kanan.
“Hmmm enak
Sepp …,” bisik Cindy.
Di atas
memek Cindy lidahnya beraksi menjilati cairan lengket yang ada disitu hingga
bersih. Cindy merasa melayang sampai meremas-remas payudara sendiri. Lalu
tangan kirinya berpindah mengelus kepala Asep yang kini ada di antara
selangkangannya. Sementara lidah Asep kembali merangsang klitoris Cindy,
telunjuknya mencoba menembus lubang dubur gadis itu. Dalam waktu singkat tiga
jari Asep bisa keluar masuk dengan bebas.
Pantat Cindy
kini diletakkan di pinggir sofa. Asep lalu berdiri mengangkang di belakang
Cindy dan mulai melakukan penetrasi. Jlep! Tidak terlalu mudah memasukinya
meskipun Cindy sudah mengendurkan otot duburnya. Mungkin karena peralatan Asep
yang terlalu besar atau terlalu diburu nafsu. Setelah percobaan kesekian kali
akhirnya kepala kontol Asep masuk juga. Lobang pantat Cindy terasa sangat
sempit dibandingkan memeknya yang sudah dimasuki puluhan kontol. Tanpa Asep
menggerakkan pantatnya saja terasa orgasme hampir menjelang. Asep segera
melakukan peredaman.
Dipeluknya
tubuh Cindy sambil menahan supaya tidak segera orgasme. Pemandangan yang
kontras. Kulit Cindy putih bersih dengan badan yang langsing dan indah. Sementara
di atasnya badan Asep yang kekar dengan otot yang menonjol dan berkilat oleh
keringat. Asep kembali menegakkan badannya dengan kontol tetap menancap di
lubang belakang Cindy. Setelah mencoba berkonsentrasi, kembali telunjuknya
merangsang klitoris Cindy. Tangan kirinya mencoba meraih payudara Cindy untuk
diremas. Cindy milik Asep malam ini.
“Terussshh
Sep!” rintih Cindy.
Asep
terangsang dengan rintihan manja itu. Kontolnya dikeluarkan separo lalu
dimasukkan kembali. Begitu dilakukannya berulang-ulang. Cindy keenakan. Ia
merasakan sensasi yang lain, sama sekali berbeda dengan saat kontol berada di
dalam memek.
Apa yang
dilakukan tangan Asep di payudara dan klitoris ditambah apa yang dilakukan
kontol Asep di lobang pantat Cindy, membuat gadis itu merasakan kenikmatan yang
bersamaan di tiga titik sekaligus. Cindy merasakan orgasmenya yang ketiga
hampir datang. Tubuh gadis itu mulai kElojotan. Asep menggenjot pelan menunggui
orgasme Cindy datang. Dia tidak mau ngecrot sebelum Cindy orgasme lebih dulu.
“Sepphh …
hampir Sephh…. Kamu memang jantan ahhh ahhh ahhh …,” racau Cindy. Muka Cindy
memerah dan minta jari Asep lebih dalam lagi mengaduk-aduk klitorisnya. Asep
tahu ini tanda-tanda orgasme sudah sangat dekat. Dicabutnya kontol yang sudah
sangat pejal dan siap untuk memuncratkan isinya. Dialihkannya batang kontol itu
dari lobang pantat ke memek Cindy dengan cepat. Telunjuk dan kontolnya keluar
masuk dengan bergantian.
“Nonhhh saya
juga hampir nonhh … dilepas di luar apa dalam Hhh hhh …?” tanya Asep.
“Didalem aja
Sephhh …,” jawab Cindy.
Asep
mempercepat rojokannya. Telunjuk jarinya tak lagi berada di dalam memek.
Tinggal kontolnya saja yang bekerja keras di dalam sana, memompa-mompa tiada
henti dengan keras dan penuh tenaga, hingga akhirnya, “Non … ahhhh …,”Asep
tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Seluruh ototnya mengejang kaku. Cindy
pun demikian, kedua tangannya memeluk Asep sekuat tenaganya.
“Ooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
…,” keduanya mengerang bersamaan dan terdampar di pulau orgasme yang
indah.
Bersambung...
0 komentar: