#5. Serial Andre dan Calvin (Mengintip)


Sabtu, 04 Mei 2013

Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi

Terburu-buru Dion menekan tombol terima panggilan di ponselnya. Dengan ini, sudah dua kali Desi menghubunginya. Dion tak mau rencananya untuk ngebor memek Desi batal hanya gara-gara sepupu Calvin itu ngambek karena Dion tidak menerima panggilan teleponnya.

“Halo sayang. Iya, sebentar. Sabar ya. Bentar lagi sepupu Elo kayaknya udah tidur deh,” sahut Dion menjawab Desi dengan suara berbisik-bisik melalui ponsel. Aksi pura-pura, seolah-olah dengan suara berbisik-bisik seperti itu menunjukkan kepada Desi bahwa ia tak mau suaranya akan menyebabkan Calvin tak bisa tidur. Dasar. Hehehe. Padahal saat itu Calvin sedang terbaring telentang di tengah ranjang sambil tertawa geli melihat kelakuan si Dion.
Dion meletakkan jari telunjuknya di bibir, isyarat kepada Calvin agar menghentikan tawanya. Ia tak mau suara tawa Calvin yang terkekeh-kekeh, meski pelan, itu terdengar oleh Desi. Bisa-bisa Desi curiga jadinya. Melihat isyarat Dion, Calvin menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Menahan suara tawanya agar tak terdengar.

“Bentar lagi Gue datang, tungguin ya,” Dion mengakhiri pembicaraan lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. “Masak Gue keluar sekarang. Bisa-bisa kejadian deh perang dunia ketiga kalo dia liat Gue dalam keadaan begini,” katanya sambil mengerlingkan matanya dengan nakal pada Calvin.

Dion segera menuju kamar mandi. Sementara itu Calvin mengambil handuk kecil dari lemari pakaiannya. Cowok itu mengelap keringat dan sperma yang belepotan di tubuhnya sambil tetap terkekeh-kekeh melihat kelakuan Dion.

Terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Dion mandi, membersihkan tubuhnya dari bau sperma yang belepotan ditubuhnya itu. Ia tidak mau Desi mencium bau sperma di tubuhnya itu. Selesai membersihkan diri, Dion menggenakan pakaiannya kembali.


“Calv, Gue ke kamar Desi dulu yah. Mau nyetor sperma ke memeknya dia. Entar Gue balik lagi,” kata Dion nyengir.

“Masih tahan beneran nih?” tanya Calvin mengkonfirmasi.

“Gak percaya ya? Entar deh, abis ngebor Desi, Elo Gue kerjain lagi. Mau?” tanya Dion menantang.

“Gila!”

“Udah ah. Gue cabut dulu ya,”

“Eh, bentar,”

“Apa lagi sih?”

“Gue boleh ngintipin Elo berdua gak?”

“Ngintip?”

“Yoi,”

“Mmmm… terserah Elo deh,”

“Entar gorden jendela kamar, Elo buka dikit ya, biar Gue leluasa ngintipnya dari luar,”

“Oke,”

Dion meninggalkan Calvin dan menuju ke kamar Desi yang letaknya juga di lantai dua, tak jauh dari kamar Calvin. Ada empat kamar di lantai dua rumah besar milik keluarga Calvin. Satu kamar utama yang ditempati oleh papa dan Mama Calvin. Satu kamar Calvin. Dan dua kamar yang biasanya digunakan untuk tamu. Satu kamar untuk tamu adalah jatah khusus untuk Desi. Sedangkan satu kamar untuk tamu yang lain, jarang sekali digunakan.

Sepeninggal Dion, setelah mengelap keringat dan spermanya, Calvin melanjutkan acara membersihkan dirinya di kamar mandi. Tubuhnya yang tadi dirasakannya sangat lelah usai memacu birahi dengan Dion, kembali segar setelah diguyur air hangat dari shower. Tersenyum-senyum sendiri ia membayangkan kenikmatan yang tadi diperolehnya. Sekitar lobang pantatnya masih terasa gatal akibat gempuran batang kontol Dion yang besar itu.

Seusai mandi, dikenakannya kaos tanpa lengan plus celana pendek hawaii. Setelah itu ia bersiap-siap untuk mengintip aktivitas sex yang dilakukan sepupunya, Desi dengan Dion, sang pacar yang ternyata doyan ngesex sama cowok juga.

Rumah Calvin memiliki balkon di lantai dua. Setiap kamar memiliki pintu ke luar ke balkon itu. Dari balkon, Calvin dapat menuju semua kamar yang terletak di lantai dua itu. Saat kedua orang tunya tidak sesibuk sekarang, balkon itu juga sering mereka gunakan sebagai tempat ngumpul-ngumpul keluarga. Dari balkon, mereka bisa memandang ke kolam renang yang terletak di bawah di halaman samping rumah. Ada tangga yang menghubungkan balkon itu ke lantai bawah, sehingga apabila Calvin ingin berenang ia dapat langsung ke kolam renang dengan menuruni tangga itu.

Pelan-pelan Calvin membuka pintu kamarnya menuju balkon. Meskipun ia menduga kedua orang tuanya tak mungkin ke balkon tengah malam seperti ini, namun Calvin merasa perlu untuk celingak-celinguk terlebih dahulu, memastikan situasi balkon dalam keadaan aman terkendali.

Setelah dirasakannya aman, dengan berjalan berjingkat-jingkat, Calvin segera menuju ke arah kamar Desi. Ada jendela yang ditutup dengan gorden di setiap kamar, rencananya ia akan mengintip Dion dan Desi melalui jendela itu. Tadi ia menyuruh Dion untuk menyibakkan jendela kamar Desi sedikit, agar ia bisa melihat pertarungan cabul yang dilakukan oleh Dion dan Desi disana.

Sementara itu, di dalam kamar, Desi dan Dion sudah memulai aksi cabul mereka. Desi rupanya sudah tak sabar menahan birahinya lagi. Saat Dion tadi mendatanginya ke kamar, Desi sudah menyambutnya dalam keadaan bugil plus cemberut sedikit.

“Lama banget sih,” katanya sambil dengan penuh nafsu melepaskan seluruh pakaian Dion.

“Nafsu banget sih,” kata Dion tersenyum menggoda. Ia turut membantu melepaskan pakaiannya sendiri.

Kemudian keduanya segera saling melumat bibir dengan buas. Tubuh bugil mereka merapat. Buah dada Desi yang besar terjepit di tubuh atletis Dion. Jemari mereka meremas-remas dan meraba-raba tubuh pasangannya dengan penuh gairah.

“Tadi sebelum ke sini kan udah dua kali ngentot. Kok masih nafsu juga sih sayang?” tanya Dion menggoda Desi.

“Biarin. Abis enak banget sih ngentot sama kamu. Memek gua gak nahan nih, pengen disodok-sodok lagi dengan kontol kamu yang segede timun ini,” jawab Desi sambil meremas batang kontol Dion yang sudah mengacung tegak.

“Doyan ya?”

“Banget,” Desi sudah jongkok diantara ke dua kaki Dion. Mulutnya segera menyambar batang besar milik Dion dan mengulumnya dengan penuh gairah. Dion melebarkan belahan pahanya yang kokoh dan gempal berotot itu. Tersenyum-senyum dipandanginya wajah Desi yang sedang asik menyElomoti batangnya. Dua saudara nyepong batang Gue malam ini, katanya dalam hati.

Desi dan Calvin memang memiliki wajah yang hampir mirip. Rambut merekapun sama-sama ikal. Melihat Desi sedang melakukan oral padanya seperti itu, tiba-tiba mengingatkan Dion pada permintaan Calvin tadi. Agar ia menyibakkan sedikit gorden jendela agar Calvin dapat mengintip ke dalam.

Namun saat ini Dion belum dapat melakukan itu, sebab jarak antara jendela dan posisinya berdiri saat ini masih cukup jauh. Akhirnya, Dion menunda dulu untuk mengusahakan menyibak goden jendela kamar Desi. Menurutnya lebih baik saat ini ia menikmati saja kuluman Desi di kontolnya. Sebab kuluman yang dilakukan oleh sepupu Calvin itu sangat nikmat dan membuat tubuhnya bergetar keenakan. Tangannya meremas-remas rambut ikal Desi.

Di balkon, Calvin hanya bisa ngedumel dalam hati karena tak bisa melihat apa yang terjadi di dalam kamar Desi. Jendela kamar yang tertutup rapat dan kain gorden yang tak tersibak sedikitpun, membuatnya tak bisa untuk mengintip ke dalam.

Matanya tetap awas mengamati situasi balkon. Saat matanya terarah ke kamar kedua orangtunya yang terletak di sudut balkon ia melihat jendela kamar kedua orang tuanya itu sedikit terbuka. Tiba-tiba ia punya pikiran iseng untuk mengintip kedua orang tuanya. Saat langkahnya semakin mendekati kamar itu, sayup-sayup didengarnya desahan-desahan tertahan dari dalam kamar. Calvin tersenyum mesum. Langsung terbayang dalam pikirannya bahwa kedua orang tuanya pasti sedang melakukan senggama di dalam kamar itu. Dipercepatnya langkahnya menuju kamar. Desahan dari kamar semakin jelas didengarnya.

Dari jendela yang terbuka sedikit itu, ia mencoba mengintip ke dalam kamar. Ruangan kamar temaram oleh cahaya lampu tidur. Seperti apa yang dibayangkannya, didalam kamar dilihatnya kedua orang tuanya sedang in action. Papanya sedang menyiku diatas ranjang sambil menggoyang pantat maju mundur dengan cepat, mengeluar masukkan kontol ke dalam lobang memek mamanya. Sang mama bersujud, pantatnya nungging ke atas bergerak-gerak maju mundur membalas gerakan sang papa. Bantal guling dipeluk sang mama kuat-kuat, matanya merem melek, wajahnya mengekspresikan rasa sakit dan rasa nikmat secara bersamaan. Dari mulutnya terdengar erangan tertahan.

“Pahh… ohhh Pah, lebih keras ohh pahhh…,” erang mama.

“Enak ma? Enakhhhh Ohhhh?”

“Enakk pahh… ohhhhhh terushhh terusshhhh,”

“Mahh… sempit mahhh… ohhh njepithh mahhh…,”

“Ohh… pahhh… Masih sempithhh pahhh?”

“Mmasih mahh… ohh mahhhkk…,”

“Sempit manah sama punyahh Sonya Pahh ouhhhhhhh…,”

Calvin kaget. Sonya itu adalah sekretaris papanya di kantor. Masih muda, usianya sekitar 20 tahun, lulusan akademi sekretaris. Cantik dan sexy. Yang paling Calvin suka dari Sonya adalah buah dadanya yang padat dan besar. Calvin tak menyangka ternyata papanya sudah pernah ngerjain sekretarisnya itu. Dan yang paling mengagetkan Calvin, mamanya ternyata mengetahui hal itu.

“Mmamah…,” sang papa menghentikan genjotannya.

“Kok dihentikan sih pa?”

“Mamah kok nyebut-nyebut nama Sonya sih?”

“Papa sayang, mama cuman nanya doang kok. Gak ada maksud apa-apa,”

“Mana mungkin papa bisa membandingkan Sonya dengan mama,”

“Iya, ngerti. Mama cuman nanya aja kok,”

“Okeh, entar kalo jawaban papa gak sesuai dengan keinginan mama gimana?”

“Ya gak papa, emangnya mama cemburuan apa? Yang nyetujui papa ngentot si Sonya siapa? Kan Mama,”

“Mmmm, gini ya ma. Kalau dirasa-rasa, ya jelas sempitan punya Sonya dong ma. Dia kan masih fresh. Tapi ma, mau sesempit apapun memeknya Sonya, papa tetap cinta sama mama kok. Tetap doyan sama memek mama tersayang,”

“Ihh, gombal banget sih papa. Hehehe. Makasih papa sayang,” sang mama menggelitik pinggang sang papa, kemudian mencium bibir sang papa hangat, penuh kemesraan. Mereka berciuman sekian lama. Hingga kemudian sang papa melepaskan lumatannya dari bibir sang mama. Dipandanginya wajah sang mama dengan mesra.

“Ada apa sih Pa? Ngeliatnya serius banget. Lanjutin lagi dong,”

“Mmm… sabar ya mama sayang. Papa boleh nanya juga dong?”

“Nanya apa?”

“Menurut mama, enakan mana kontol papa dibandingin kontolnya Ricky?”

Calvin kembali kaget dengar ucapan papanya itu. Mama?! Pernah ngentot juga sama cowok lain?! Siapa Ricky itu?

“Papa balas dendam nih? Hehehehe. Mama jawab jujur ya papa sayang. Jelas punya Ricky lebih enak. Kontolnya kan gede kayak terong dan keras banget kayak kayu, hihihi. Lagian dia kan masih muda dan gigolo maniak. Jadi maennya gila-gilaan pa,”

“Mama suka banget ya sama dia?”

“Ih papa ada-ada aja deh. Ya enggaklah pa. Mama kan cuman suka maennya dan kontolnya yang gede itu doang. Mama tetap cinta cuman sama papa doang kok. Masak sih mama suka sama anak abege yang enggak bisa ngebiayain hidup mama,”

“Gitu ya,”

“Iya papa sayang. I love you, so much. Sekarang lanjutin lagi dong ngentotin memek mama. Gatel nih,”

“Oke mama sayang,”

Persenggamaan antara mama dan papanya Calvin kembali berlanjut. Posisi mereka kali ini adalah posisi standard saja. Sang mama telentang dibawah mengangkang, sedangkan sang papa menindih diatas sambil menggenjotkan pantatnya naik turun. Bibir mereka saling melumat dengan erat.

Calvin hanya bisa menggeleng-geleng saja melihat dan mendengar pembicaraan antara papanya dan mamanya tadi. Sungguh ia tak menyangka, kalau ternyata sang mama dan sang papa sama maniaknya hingga cuek-cuek saja saling bertukar pasangan. Calvin mengalihkan pandangannya ke arah kamar Desi. Di lihatnya jendela kamar itu sudah terbuka sedikit. Rupanya Dion sudah berhasil memenuhi permintaan Calvin. Calvin lalu menuju kamar Desi. Sebelum pergi, masih sempat juga ia melirik pertarungan sex antara mamanya dan papanya itu.

Di depan jendela kamar itu, Calvin berjongkok. Matanya mencari-cari celah yang ngepas di jendela untuk mengintip yang enak. Setelah ditemukannya, dilongokkannya pandangan ke dalam kamar yang terang benderang itu.Didalam sana dilihatnya Desi sedang duduk di tepi ranjang. Mukanya meringis-ringis dan bibirnya manyun. Kedua tangannya menahan pahanya yang putih mulus agar bisa mengangkang lebar. Dion duduk dilantai membelakangi Calvin, dengan kepala bergerak-gerak pada selangkangan Desi. Sepertinya ia sedang serius mengoral memek sepupu Calvin yang rimbun jembut itu. Kedua tangannya merengkuh pangkal paha Desi dengan erat. “Ohhh… yeshhhh… disituhh… ohh.. Dionhhhh…,” erang Desi.

Calvin tak dapat melihat apa yang dilakukan oleh mulut dan bibir Dion di memek Desi. Tapi ia yakin saat itu pacar sepupunya itu sedang asik menjilat-jilat klentit Desi, membuat sepupunya itu mengerang-erang keenakan. Tangan Desi sibuk meremas-remas rambut hitam Dion yang gondrong, membuatnya jadi acak-acakan.

Kontol Calvin yang sudah mulai ngaceng sejak mengintip persetubuhan kedua orang tuanya, semakin bertambah keras menyaksikan percumbuan antara Dion dan Desi ini. Tangannya mulai meremas-remas selangkangannya sendiri.

Cukup lama Dion melakukan jimek alias jilat-jilat memek Desi. Hingga akhirnya Desi tak tahan lagi dan meminta Dion untuk segera melakukan penetrasi padanya. “Udahhh aohhh… udahhh Dionhhh… sshhhhh… masukin sayanghhh… masukinh kontolhh kamuhh… ohhhhh… ssssekarangg…,” katanya mendesis-desis. Rambut Dion dijambaknya. Memkasa Dion untuk segera menghentikan oral pada memeknya itu.

Dion kemudian berdiri. Saat berdiri itu, Calvin sempat melihat memek Desi yang merah merekah. Klentitnya terlihat sedikit menongol dari bibir memeknya yang tebal dan berjembut lebat itu.

“Udah gak sabar ya sayang?” kata Dion. Bibirnya langsung mencium bibir Desi. Mereka saling melumat.

Calvin hanya bisa melihat buah pantat Dion yang seksi dari tempatnya mengintip. Posisi Dion yang membelakanginya tak memungkinkannya untuk melihat kontol besar cowok itu. Sambil melumat dilihatnya Dion mulai mendorong pantatnya maju ke depan. Nampaknya Dion mulai melakukan penetrasi ke memek sepupu Calvin itu.

“Ohhhhh… yang dalemmm Dionhhhhh… shshshhhsssssss…,” sepertinya Desi keenakan sekali. Calvin dapat melihat betapa jemari Desi meremas erat buah pantat Dion saat penetrasi itu dilakukan. Calvin jadi terbayang saat-saat Dion memasukinya tadi. Ia merasakan sensasi yang luar biasa nikmat saat perkakas antik milik Dion yang gede itu menggesek lorong sempit lobang pantatnya. Sepertinya Desi juga merasakan hal yang sama saat itu.

Dion mulai menggoyang pantatnya maju mundur dengan lembut. Kedua tangannya memegang paha Desi yang terangkat ke atas. Bunyi kecipak-kecipak yang sepertinya berasal dari gesekan kontol di lobang memek plus peraduan daging paha Dion dan Desi mulai terdengar. Calvin semakin terangsang. Tangannya mulai disusupkannya ke dalam celana hawaiinya. Saat itu ia tak menggenakan celana dalam sama sekali. kontolnya yang mengeras mulai dikocoknya pelan. Matanya tetap mElotot menonton adegan live Dion dan Desi.

“Ohhh… ohhhh… ahhh… ahhh…,” desah Dion dan Desi berbalas-balasan.

Lima menit berlalu. Kemudian Dion melepaskan kontolnya dari memek Desi. Selanjutnya ia duduk diatas ranjang, mengangkang dengan paha terjuntai ke bawah ranjang. Dari tempatnya mengintip, Calvin akhirnya dapat melihat kontol besar Dion yang saat itu mengkilap karena cairan memek Desi.

Desi segera memahami maksud Dion. Segera dinaikinya tubuh pacarnya itu dengan posisi membelakangi. Dengan sangat jelas, karena Dion dan Desi sama-sama menghadap ke arahnya, Calvin dapat melihat bagaimana Desi yang mengangkang perlahan-lahan membenamkan kontol besar Dion ke dalam celah memeknya yang merah. Memek Desi terlihat semakin menggembung karena dimasuki perkakas Dion.

Setelah semua kontol itu masuk, Desi mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Sementara Dion juga melakukan gerakan pantat membalas, sambil tangannya meremas-remas tetek Desi yang besar, putih, dengan puting merah muda.

“Hehh… hehhh… ohhh… ohhhh… ohhhh…,” erang dan desah keduanya. Dion dan Desi sama-sama merem melek keenakan. Muka mereka merah, dan tubuh mereka basah bersimbah keringat. Sesekali bibir Dion mencium-cium tubuh Desi dan ketiak Desi yang putih bersih, bebas dari bulu ketek. Desi menggigit-gigit bibir bawahnya, tanda keenakan.

Genjotan mereka semakin cepat. Dion memegangi pinggang Desi, membuat gerakan pantat Desi bertambah cepat. Kepala Desi bergoyang-goyang tak tentu arah, membuat rambut ikalnya berkibar-kibar. Ranjang tempat mereka memacu birahi terdengar berderak-derak. Calvin juga semakin mempercepat kocokannya. Erangan dua makhluk lain jenis di dalam kamar itu semakin bertambah keras.

Tak sampai dua menit, tiba-tiba Desi melenguh keras. Tubuhnya bergetar. Matanya terpejam rapat, bibir bawahnya digigitnya kuat. Sepertinya dia mencapai orgasme. Dion tak memperdulikan Desi, dengan cuek ia terus bergoyang cepat dan keras. Dari tempatnya mengintip Calvin dapat melihat lelehan cairan kental mengalir dari lobang memek Desi. Kemudian dilihatnya tubuh Desi lemas dalam pelukan Dion yang asik bergoyang ngebor.

Desi kemudian menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Dion yang sedang asik sendiri akhirnya terpaksa menghentikan kelakuan binalnya sementara karena ditinggalkan Desi yang berbaring telentang tak berdaya karena orgasme. Namun Dion yang merasa kenikmatannya masih nanggung, segera menaiki tubuh Desi lagi. Kontolnya segera disusupkannya kembali ke lobang memek Desi, dan kembali menggenjot dengan cepat. Bibirnya sibuk melumat bibir Desi yang tak berdaya.

Tapi wanita memang memiliki kemampuan untuk berorgasme beberapa kali. Tak sampai lima menit kemudian, Desi kembali bangkit birahinya oleh genjotan Dion. Pelan-pelan pantatnya mulai bergoyang membalas lagi. Melihat reaksi pacarnya yang kembali bergairah, Dion kemudian kembali merubah posisi. Disuruhnya Desi menungging, lalu dari belakang, digenjotnya memek Desi kembali.

Dion memang benar-benar doyan ngesex dan memiliki stamina yang oke. Padahal tadi sebelumnya dia  sudah mengebor lobang pantat Calvin. Namun saat mengentotin Desi kali ini pun ia tetap bersemangat. Dion terus menggenjot Desi hingga sepuluh menit kemudian, Desi kembali memperoleh orgasme untuk kedua kalinya. Tubuhnya yang lemas langsung terjerembab ke atas ranjang, menelungkup. Seperti tadi, Dion tak memperdulikan hal itu. Dengan penuh nafsu ia terus menggenjot Desi dari belakang.

Desi rupanya merasa kesulitan menerima hajaran kontol Dion dari belakang seperti itu. “Dion… ouhh… brentihhh duluhhh sayanghhh… ahh…,” katanya.

“Nanggunguhhh… uhhhh… sayanghhh… ouhhh… nanggunguhhn… dikitthhh lagihh… ihh… Gueh hampir sampehhh… nihhhh… ouhh…,” rintih Dion diantara genjotannya yang tak henti. Rupanya orgasmenya hampir tiba. Karenanya ia merasa sangat tanggung apabila menghentikan genjotannya. Meskipun terlihat sudah sangat kepayahan, akhirnya Desi membiarkan saja pacarnya itu mengejar orgasmenya. Membiarkannya terus menggenjot dengan penuh nafsu. Keringat mengucur deras di tubuh Dion yang memerah.

Pantat Desi yang putih montok terlihat oleh Calvin sudah memerah oleh hajaran selangkangan Dion. Dibalik rasa kasihannya melihat Desi, Calvin tetap tak mampu menahan birahinya melihat keperkasaan Dion. Sambil terus mengocok kontolnya sendiri, Calvin membayangkan betapa nikmatnya celah pantat Desi merasakan gesekan jembut Dion yang lembut itu. Desi pasti merasakan geli-geli nikmat yang tiada tara. Sama seperti apa yang dirasakannya tadi, saat disenggamai Dion.

Pacuan genjotan Dion semakin cepat. Suara tepokan terdengar semakin nyaring. Keringat mengucur deras dari tubuhnya, jatuh ke tubuh Desi yang menelungkup dibawah. Sepupu Calvin itu terlihat sangat kesakitan sekaligus keenakan. Matanya terpejam. Jemari tangannya meremas kuat sprei tempat tidur yang sudah acak-acakan. Bibir bawahnya digigit, sambil mulutnya mengeluarkan erangan tertahan.

“Ohhh… ohhh… ohhh… goddhhhhhh… i’m cumming… ohhhhhhhhhhh…,” Dion mengerang. Pantatnya menekan kuat ke buah pantat Desi. Tubuhnya menggeletar. Mulutnya mencium punggung Desi dalam. Selanjutnya ia mendengus-dengus bak banteng marah.

Dari tempatnya mengintip, Calvin mempercepat kocokannya. Tak lama dari lobang kencingnya menyembur sperma dalam beberapa semburan yang cukup kuat. Muncrat dan menempel di dinding.Nafasnya mendengus-dengus tertahan. Matanya dipejamkannya kuat-kuat. Tubuhnya terasa ringan.

“Oh… my godhhh…,” desah Calvin mengakhiri semburan spermanya yang terakhir. Tangannya kemudian meremas-remas batang kontolnya sendiri, mendorong sisa-sisa spermanya yang masih tertinggal di batang agar meleleh semua keluar melalui lobang kencingnya.

Matanya yang tadi terpejam dibukanya. Dilihatnya didalam kamar Dion masih telungkup menindih Desi, nafasnya terengah-engah. Keduanya terlihat sedemikian lelahnya. Calvin kemudian meninggalkan mereka. Membiarkan keduanya beristirahat sejenak memulihkan tenaga yang terkuras habis setelah memacu birahi.
Sebelum kembali ke kamarnya, Calvin iseng menuju kamar kedua orang tuanya lagi. Dari celah jendela, dilihatnya kedua orang tuanya sedang berpelukan mesra dan berciuman bibir. Rupanya mereka juga baru saja menuntaskan pergumulan mereka.

“Gimana mama sayang,” terdengar bisikan sang papa saat bibirnya menggelitik telinga sang mama.

“Papa memang hebat,” jawab mama. “Mama sampe kerepotan juga,”

“Hehehe. Papa gak kalah kan dibandingin Ricky?”

“Pasti papa sayang,”

Lalu keduanya terdiam. Hanya desah nafas mereka yang terengah-engah saja yang terdengar didalam ruangan kamar. Calvin kemudian berniat untuk kembali ke kamarnya. Saat kakinya mulai melangkah, tiba-tiba didengarnya lagi sang mama berbicara perlahan.

“Paaa,” bisik sang mama manja.

“Hmmm..,”

“Boleh gak mama nyobain kontolnya Dion? Kayaknya tuh anak kontolnya oke punya ya pa?”

Jantung Calvin berdegup kencang. Mamanya ada-ada aja deh. Kira-kira apa jawaban sang papa yah? Calvin menunggu. Sang papa terdiam sejenak.

“Kayaknya sih. Emang mama mau nyobain? Entar kalo Desi tahu gimana dong?”

Hahhhhh??!!!!!! Calvin kaget bukan main, sang papa ternyata tak menolak.

“Jangan sampe ketahuan dong pa,”

“Caranya?”

Selanjutnya sang mama menguraikan rencananya pada sang papa tentang apa yang akan dilakukannya untuk bisa menikmati Dion. Terburu-buru Calvin segera meninggalkan kedua orang tuanya yang ternyata gila sex itu. Kepalanya terasa berkunang-kunang, pusing, tak mempercayai apa yang barusan didengarnya.

Bersambung...

0 komentar: