Created and Story by: NicoLast
Edited by: Edy Cahyadi
Edited by: Edy Cahyadi
Terburu-buru Dion menekan tombol terima panggilan di ponselnya.
Dengan ini, sudah dua kali Desi menghubunginya. Dion tak mau rencananya
untuk ngebor memek Desi batal hanya gara-gara sepupu Calvin itu ngambek
karena Dion tidak menerima panggilan teleponnya.
“Halo sayang. Iya, sebentar. Sabar ya. Bentar lagi sepupu Elo
kayaknya udah tidur deh,” sahut Dion menjawab Desi dengan suara
berbisik-bisik melalui ponsel. Aksi pura-pura, seolah-olah dengan suara
berbisik-bisik seperti itu menunjukkan kepada Desi bahwa ia tak mau
suaranya akan menyebabkan Calvin tak bisa tidur. Dasar. Hehehe. Padahal
saat itu Calvin sedang terbaring telentang di tengah ranjang sambil
tertawa geli melihat kelakuan si Dion.
Dion meletakkan jari telunjuknya di bibir, isyarat kepada Calvin agar
menghentikan tawanya. Ia tak mau suara tawa Calvin yang terkekeh-kekeh,
meski pelan, itu terdengar oleh Desi. Bisa-bisa Desi curiga jadinya.
Melihat isyarat Dion, Calvin menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
Menahan suara tawanya agar tak terdengar.
“Bentar lagi Gue datang, tungguin ya,” Dion mengakhiri pembicaraan
lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. “Masak Gue keluar
sekarang. Bisa-bisa kejadian deh perang dunia ketiga kalo dia liat Gue
dalam keadaan begini,” katanya sambil mengerlingkan matanya dengan nakal
pada Calvin.
Dion segera menuju kamar mandi. Sementara itu Calvin mengambil handuk
kecil dari lemari pakaiannya. Cowok itu mengelap keringat dan sperma
yang belepotan di tubuhnya sambil tetap terkekeh-kekeh melihat kelakuan
Dion.
Terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Dion mandi,
membersihkan tubuhnya dari bau sperma yang belepotan ditubuhnya itu. Ia
tidak mau Desi mencium bau sperma di tubuhnya itu. Selesai membersihkan
diri, Dion menggenakan pakaiannya kembali.
“Calv, Gue ke kamar Desi dulu yah. Mau nyetor sperma ke memeknya dia. Entar Gue balik lagi,” kata Dion nyengir.
“Masih tahan beneran nih?” tanya Calvin mengkonfirmasi.
“Gak percaya ya? Entar deh, abis ngebor Desi, Elo Gue kerjain lagi. Mau?” tanya Dion menantang.
“Gila!”
“Udah ah. Gue cabut dulu ya,”
“Eh, bentar,”
“Apa lagi sih?”
“Gue boleh ngintipin Elo berdua gak?”
“Ngintip?”
“Yoi,”
“Mmmm… terserah Elo deh,”
“Entar gorden jendela kamar, Elo buka dikit ya, biar Gue leluasa ngintipnya dari luar,”
“Oke,”
Dion meninggalkan Calvin dan menuju ke kamar Desi yang letaknya juga
di lantai dua, tak jauh dari kamar Calvin. Ada empat kamar di lantai dua
rumah besar milik keluarga Calvin. Satu kamar utama yang ditempati oleh
papa dan Mama Calvin. Satu kamar Calvin. Dan dua kamar yang biasanya
digunakan untuk tamu. Satu kamar untuk tamu adalah jatah khusus untuk
Desi. Sedangkan satu kamar untuk tamu yang lain, jarang sekali
digunakan.
Sepeninggal Dion, setelah mengelap keringat dan spermanya, Calvin
melanjutkan acara membersihkan dirinya di kamar mandi. Tubuhnya yang
tadi dirasakannya sangat lelah usai memacu birahi dengan Dion, kembali
segar setelah diguyur air hangat dari shower. Tersenyum-senyum sendiri
ia membayangkan kenikmatan yang tadi diperolehnya. Sekitar lobang
pantatnya masih terasa gatal akibat gempuran batang kontol Dion yang
besar itu.
Seusai mandi, dikenakannya kaos tanpa lengan plus celana pendek
hawaii. Setelah itu ia bersiap-siap untuk mengintip aktivitas sex yang
dilakukan sepupunya, Desi dengan Dion, sang pacar yang ternyata doyan
ngesex sama cowok juga.
Rumah Calvin memiliki balkon di lantai dua. Setiap kamar memiliki
pintu ke luar ke balkon itu. Dari balkon, Calvin dapat menuju semua
kamar yang terletak di lantai dua itu. Saat kedua orang tunya tidak
sesibuk sekarang, balkon itu juga sering mereka gunakan sebagai tempat
ngumpul-ngumpul keluarga. Dari balkon, mereka bisa memandang ke kolam
renang yang terletak di bawah di halaman samping rumah. Ada tangga yang
menghubungkan balkon itu ke lantai bawah, sehingga apabila Calvin ingin
berenang ia dapat langsung ke kolam renang dengan menuruni tangga itu.
Pelan-pelan Calvin membuka pintu kamarnya menuju balkon. Meskipun ia
menduga kedua orang tuanya tak mungkin ke balkon tengah malam seperti
ini, namun Calvin merasa perlu untuk celingak-celinguk terlebih dahulu,
memastikan situasi balkon dalam keadaan aman terkendali.
Setelah dirasakannya aman, dengan berjalan berjingkat-jingkat, Calvin
segera menuju ke arah kamar Desi. Ada jendela yang ditutup dengan
gorden di setiap kamar, rencananya ia akan mengintip Dion dan Desi
melalui jendela itu. Tadi ia menyuruh Dion untuk menyibakkan jendela
kamar Desi sedikit, agar ia bisa melihat pertarungan cabul yang
dilakukan oleh Dion dan Desi disana.
Sementara itu, di dalam kamar, Desi dan Dion sudah memulai aksi cabul
mereka. Desi rupanya sudah tak sabar menahan birahinya lagi. Saat Dion
tadi mendatanginya ke kamar, Desi sudah menyambutnya dalam keadaan bugil
plus cemberut sedikit.
“Lama banget sih,” katanya sambil dengan penuh nafsu melepaskan seluruh pakaian Dion.
“Nafsu banget sih,” kata Dion tersenyum menggoda. Ia turut membantu melepaskan pakaiannya sendiri.
Kemudian keduanya segera saling melumat bibir dengan buas. Tubuh
bugil mereka merapat. Buah dada Desi yang besar terjepit di tubuh
atletis Dion. Jemari mereka meremas-remas dan meraba-raba tubuh
pasangannya dengan penuh gairah.
“Tadi sebelum ke sini kan udah dua kali ngentot. Kok masih nafsu juga sih sayang?” tanya Dion menggoda Desi.
“Biarin. Abis enak banget sih ngentot sama kamu. Memek gua gak nahan
nih, pengen disodok-sodok lagi dengan kontol kamu yang segede timun
ini,” jawab Desi sambil meremas batang kontol Dion yang sudah mengacung
tegak.
“Doyan ya?”
“Banget,” Desi sudah jongkok diantara ke dua kaki Dion. Mulutnya
segera menyambar batang besar milik Dion dan mengulumnya dengan penuh
gairah. Dion melebarkan belahan pahanya yang kokoh dan gempal berotot
itu. Tersenyum-senyum dipandanginya wajah Desi yang sedang asik
menyElomoti batangnya. Dua saudara nyepong batang Gue malam ini, katanya
dalam hati.
Desi dan Calvin memang memiliki wajah yang hampir mirip. Rambut
merekapun sama-sama ikal. Melihat Desi sedang melakukan oral padanya
seperti itu, tiba-tiba mengingatkan Dion pada permintaan Calvin tadi.
Agar ia menyibakkan sedikit gorden jendela agar Calvin dapat mengintip
ke dalam.
Namun saat ini Dion belum dapat melakukan itu, sebab jarak antara
jendela dan posisinya berdiri saat ini masih cukup jauh. Akhirnya, Dion
menunda dulu untuk mengusahakan menyibak goden jendela kamar Desi.
Menurutnya lebih baik saat ini ia menikmati saja kuluman Desi di
kontolnya. Sebab kuluman yang dilakukan oleh sepupu Calvin itu sangat
nikmat dan membuat tubuhnya bergetar keenakan. Tangannya meremas-remas
rambut ikal Desi.
Di balkon, Calvin hanya bisa ngedumel dalam hati karena tak bisa
melihat apa yang terjadi di dalam kamar Desi. Jendela kamar yang
tertutup rapat dan kain gorden yang tak tersibak sedikitpun, membuatnya
tak bisa untuk mengintip ke dalam.
Matanya tetap awas mengamati situasi balkon. Saat matanya terarah ke
kamar kedua orangtunya yang terletak di sudut balkon ia melihat jendela
kamar kedua orang tuanya itu sedikit terbuka. Tiba-tiba ia punya pikiran
iseng untuk mengintip kedua orang tuanya. Saat langkahnya semakin
mendekati kamar itu, sayup-sayup didengarnya desahan-desahan tertahan
dari dalam kamar. Calvin tersenyum mesum. Langsung terbayang dalam
pikirannya bahwa kedua orang tuanya pasti sedang melakukan senggama di
dalam kamar itu. Dipercepatnya langkahnya menuju kamar. Desahan dari
kamar semakin jelas didengarnya.
Dari jendela yang terbuka sedikit itu, ia mencoba mengintip ke dalam
kamar. Ruangan kamar temaram oleh cahaya lampu tidur. Seperti apa yang
dibayangkannya, didalam kamar dilihatnya kedua orang tuanya sedang in action.
Papanya sedang menyiku diatas ranjang sambil menggoyang pantat maju
mundur dengan cepat, mengeluar masukkan kontol ke dalam lobang memek
mamanya. Sang mama bersujud, pantatnya nungging ke atas bergerak-gerak
maju mundur membalas gerakan sang papa. Bantal guling dipeluk sang mama
kuat-kuat, matanya merem melek, wajahnya mengekspresikan rasa sakit dan
rasa nikmat secara bersamaan. Dari mulutnya terdengar erangan tertahan.
“Pahh… ohhh Pah, lebih keras ohh pahhh…,” erang mama.
“Enak ma? Enakhhhh Ohhhh?”
“Enakk pahh… ohhhhhh terushhh terusshhhh,”
“Mahh… sempit mahhh… ohhh njepithh mahhh…,”
“Ohh… pahhh… Masih sempithhh pahhh?”
“Mmasih mahh… ohh mahhhkk…,”
“Sempit manah sama punyahh Sonya Pahh ouhhhhhhh…,”
Calvin kaget. Sonya itu adalah sekretaris papanya di kantor. Masih
muda, usianya sekitar 20 tahun, lulusan akademi sekretaris. Cantik dan
sexy. Yang paling Calvin suka dari Sonya adalah buah dadanya yang padat
dan besar. Calvin tak menyangka ternyata papanya sudah pernah ngerjain
sekretarisnya itu. Dan yang paling mengagetkan Calvin, mamanya ternyata
mengetahui hal itu.
“Mmamah…,” sang papa menghentikan genjotannya.
“Kok dihentikan sih pa?”
“Mamah kok nyebut-nyebut nama Sonya sih?”
“Papa sayang, mama cuman nanya doang kok. Gak ada maksud apa-apa,”
“Mana mungkin papa bisa membandingkan Sonya dengan mama,”
“Iya, ngerti. Mama cuman nanya aja kok,”
“Okeh, entar kalo jawaban papa gak sesuai dengan keinginan mama gimana?”
“Ya gak papa, emangnya mama cemburuan apa? Yang nyetujui papa ngentot si Sonya siapa? Kan Mama,”
“Mmmm, gini ya ma. Kalau dirasa-rasa, ya jelas sempitan punya Sonya dong ma. Dia kan masih fresh. Tapi ma, mau sesempit apapun memeknya Sonya, papa tetap cinta sama mama kok. Tetap doyan sama memek mama tersayang,”
“Ihh, gombal banget sih papa. Hehehe. Makasih papa sayang,” sang mama
menggelitik pinggang sang papa, kemudian mencium bibir sang papa
hangat, penuh kemesraan. Mereka berciuman sekian lama. Hingga kemudian
sang papa melepaskan lumatannya dari bibir sang mama. Dipandanginya
wajah sang mama dengan mesra.
“Ada apa sih Pa? Ngeliatnya serius banget. Lanjutin lagi dong,”
“Mmm… sabar ya mama sayang. Papa boleh nanya juga dong?”
“Nanya apa?”
“Menurut mama, enakan mana kontol papa dibandingin kontolnya Ricky?”
Calvin kembali kaget dengar ucapan papanya itu. Mama?! Pernah ngentot juga sama cowok lain?! Siapa Ricky itu?
“Papa balas dendam nih? Hehehehe. Mama jawab jujur ya papa sayang.
Jelas punya Ricky lebih enak. Kontolnya kan gede kayak terong dan keras
banget kayak kayu, hihihi. Lagian dia kan masih muda dan gigolo maniak.
Jadi maennya gila-gilaan pa,”
“Mama suka banget ya sama dia?”
“Ih papa ada-ada aja deh. Ya enggaklah pa. Mama kan cuman suka
maennya dan kontolnya yang gede itu doang. Mama tetap cinta cuman sama
papa doang kok. Masak sih mama suka sama anak abege yang enggak bisa
ngebiayain hidup mama,”
“Gitu ya,”
“Iya papa sayang. I love you, so much. Sekarang lanjutin lagi dong ngentotin memek mama. Gatel nih,”
“Oke mama sayang,”
Persenggamaan antara mama dan papanya Calvin kembali berlanjut.
Posisi mereka kali ini adalah posisi standard saja. Sang mama telentang
dibawah mengangkang, sedangkan sang papa menindih diatas sambil
menggenjotkan pantatnya naik turun. Bibir mereka saling melumat dengan
erat.
Calvin hanya bisa menggeleng-geleng saja melihat dan mendengar
pembicaraan antara papanya dan mamanya tadi. Sungguh ia tak menyangka,
kalau ternyata sang mama dan sang papa sama maniaknya hingga cuek-cuek
saja saling bertukar pasangan. Calvin mengalihkan pandangannya ke arah
kamar Desi. Di lihatnya jendela kamar itu sudah terbuka sedikit. Rupanya
Dion sudah berhasil memenuhi permintaan Calvin. Calvin lalu menuju
kamar Desi. Sebelum pergi, masih sempat juga ia melirik pertarungan sex
antara mamanya dan papanya itu.
Di depan jendela kamar itu, Calvin berjongkok. Matanya mencari-cari
celah yang ngepas di jendela untuk mengintip yang enak. Setelah
ditemukannya, dilongokkannya pandangan ke dalam kamar yang terang
benderang itu.Didalam sana dilihatnya Desi sedang duduk di tepi ranjang.
Mukanya meringis-ringis dan bibirnya manyun. Kedua tangannya menahan
pahanya yang putih mulus agar bisa mengangkang lebar. Dion duduk
dilantai membelakangi Calvin, dengan kepala bergerak-gerak pada
selangkangan Desi. Sepertinya ia sedang serius mengoral memek sepupu
Calvin yang rimbun jembut itu. Kedua tangannya merengkuh pangkal paha
Desi dengan erat. “Ohhh… yeshhhh… disituhh… ohh.. Dionhhhh…,” erang
Desi.
Calvin tak dapat melihat apa yang dilakukan oleh mulut dan bibir Dion
di memek Desi. Tapi ia yakin saat itu pacar sepupunya itu sedang asik
menjilat-jilat klentit Desi, membuat sepupunya itu mengerang-erang
keenakan. Tangan Desi sibuk meremas-remas rambut hitam Dion yang
gondrong, membuatnya jadi acak-acakan.
Kontol Calvin yang sudah mulai ngaceng sejak mengintip persetubuhan
kedua orang tuanya, semakin bertambah keras menyaksikan percumbuan
antara Dion dan Desi ini. Tangannya mulai meremas-remas selangkangannya
sendiri.
Cukup lama Dion melakukan jimek alias jilat-jilat memek Desi. Hingga
akhirnya Desi tak tahan lagi dan meminta Dion untuk segera melakukan
penetrasi padanya. “Udahhh aohhh… udahhh Dionhhh… sshhhhh… masukin
sayanghhh… masukinh kontolhh kamuhh… ohhhhh… ssssekarangg…,” katanya
mendesis-desis. Rambut Dion dijambaknya. Memkasa Dion untuk segera
menghentikan oral pada memeknya itu.
Dion kemudian berdiri. Saat berdiri itu, Calvin sempat melihat memek
Desi yang merah merekah. Klentitnya terlihat sedikit menongol dari bibir
memeknya yang tebal dan berjembut lebat itu.
“Udah gak sabar ya sayang?” kata Dion. Bibirnya langsung mencium bibir Desi. Mereka saling melumat.
Calvin hanya bisa melihat buah pantat Dion yang seksi dari tempatnya
mengintip. Posisi Dion yang membelakanginya tak memungkinkannya untuk
melihat kontol besar cowok itu. Sambil melumat dilihatnya Dion mulai
mendorong pantatnya maju ke depan. Nampaknya Dion mulai melakukan
penetrasi ke memek sepupu Calvin itu.
“Ohhhhh… yang dalemmm Dionhhhhh… shshshhhsssssss…,” sepertinya Desi
keenakan sekali. Calvin dapat melihat betapa jemari Desi meremas erat
buah pantat Dion saat penetrasi itu dilakukan. Calvin jadi terbayang
saat-saat Dion memasukinya tadi. Ia merasakan sensasi yang luar biasa
nikmat saat perkakas antik milik Dion yang gede itu menggesek lorong
sempit lobang pantatnya. Sepertinya Desi juga merasakan hal yang sama
saat itu.
Dion mulai menggoyang pantatnya maju mundur dengan lembut. Kedua
tangannya memegang paha Desi yang terangkat ke atas. Bunyi
kecipak-kecipak yang sepertinya berasal dari gesekan kontol di lobang
memek plus peraduan daging paha Dion dan Desi mulai terdengar. Calvin
semakin terangsang. Tangannya mulai disusupkannya ke dalam celana
hawaiinya. Saat itu ia tak menggenakan celana dalam sama sekali.
kontolnya yang mengeras mulai dikocoknya pelan. Matanya tetap mElotot
menonton adegan live Dion dan Desi.
“Ohhh… ohhhh… ahhh… ahhh…,” desah Dion dan Desi berbalas-balasan.
Lima menit berlalu. Kemudian Dion melepaskan kontolnya dari memek
Desi. Selanjutnya ia duduk diatas ranjang, mengangkang dengan paha
terjuntai ke bawah ranjang. Dari tempatnya mengintip, Calvin akhirnya
dapat melihat kontol besar Dion yang saat itu mengkilap karena cairan
memek Desi.
Desi segera memahami maksud Dion. Segera dinaikinya tubuh pacarnya
itu dengan posisi membelakangi. Dengan sangat jelas, karena Dion dan
Desi sama-sama menghadap ke arahnya, Calvin dapat melihat bagaimana Desi
yang mengangkang perlahan-lahan membenamkan kontol besar Dion ke dalam
celah memeknya yang merah. Memek Desi terlihat semakin menggembung
karena dimasuki perkakas Dion.
Setelah semua kontol itu masuk, Desi mulai menggerakkan pinggulnya
naik turun. Sementara Dion juga melakukan gerakan pantat membalas,
sambil tangannya meremas-remas tetek Desi yang besar, putih, dengan
puting merah muda.
“Hehh… hehhh… ohhh… ohhhh… ohhhh…,” erang dan desah keduanya. Dion
dan Desi sama-sama merem melek keenakan. Muka mereka merah, dan tubuh
mereka basah bersimbah keringat. Sesekali bibir Dion mencium-cium tubuh
Desi dan ketiak Desi yang putih bersih, bebas dari bulu ketek. Desi
menggigit-gigit bibir bawahnya, tanda keenakan.
Genjotan mereka semakin cepat. Dion memegangi pinggang Desi, membuat
gerakan pantat Desi bertambah cepat. Kepala Desi bergoyang-goyang tak
tentu arah, membuat rambut ikalnya berkibar-kibar. Ranjang tempat mereka
memacu birahi terdengar berderak-derak. Calvin juga semakin mempercepat
kocokannya. Erangan dua makhluk lain jenis di dalam kamar itu semakin
bertambah keras.
Tak sampai dua menit, tiba-tiba Desi melenguh keras. Tubuhnya
bergetar. Matanya terpejam rapat, bibir bawahnya digigitnya kuat.
Sepertinya dia mencapai orgasme. Dion tak memperdulikan Desi, dengan
cuek ia terus bergoyang cepat dan keras. Dari tempatnya mengintip Calvin
dapat melihat lelehan cairan kental mengalir dari lobang memek Desi.
Kemudian dilihatnya tubuh Desi lemas dalam pelukan Dion yang asik
bergoyang ngebor.
Desi kemudian menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Dion yang sedang asik
sendiri akhirnya terpaksa menghentikan kelakuan binalnya sementara
karena ditinggalkan Desi yang berbaring telentang tak berdaya karena
orgasme. Namun Dion yang merasa kenikmatannya masih nanggung, segera
menaiki tubuh Desi lagi. Kontolnya segera disusupkannya kembali ke
lobang memek Desi, dan kembali menggenjot dengan cepat. Bibirnya sibuk
melumat bibir Desi yang tak berdaya.
Tapi wanita memang memiliki kemampuan untuk berorgasme beberapa kali.
Tak sampai lima menit kemudian, Desi kembali bangkit birahinya oleh
genjotan Dion. Pelan-pelan pantatnya mulai bergoyang membalas lagi.
Melihat reaksi pacarnya yang kembali bergairah, Dion kemudian kembali
merubah posisi. Disuruhnya Desi menungging, lalu dari belakang,
digenjotnya memek Desi kembali.
Dion memang benar-benar doyan ngesex dan memiliki stamina yang oke.
Padahal tadi sebelumnya dia sudah mengebor lobang pantat Calvin. Namun
saat mengentotin Desi kali ini pun ia tetap bersemangat. Dion terus menggenjot Desi hingga sepuluh menit kemudian, Desi
kembali memperoleh orgasme untuk kedua kalinya. Tubuhnya yang lemas
langsung terjerembab ke atas ranjang, menelungkup. Seperti tadi, Dion
tak memperdulikan hal itu. Dengan penuh nafsu ia terus menggenjot Desi
dari belakang.
Desi rupanya merasa kesulitan menerima hajaran kontol Dion dari
belakang seperti itu. “Dion… ouhh… brentihhh duluhhh sayanghhh… ahh…,”
katanya.
“Nanggunguhhh… uhhhh… sayanghhh… ouhhh… nanggunguhhn… dikitthhh
lagihh… ihh… Gueh hampir sampehhh… nihhhh… ouhh…,” rintih Dion diantara
genjotannya yang tak henti. Rupanya orgasmenya hampir tiba. Karenanya ia
merasa sangat tanggung apabila menghentikan genjotannya. Meskipun
terlihat sudah sangat kepayahan, akhirnya Desi membiarkan saja pacarnya
itu mengejar orgasmenya. Membiarkannya terus menggenjot dengan penuh
nafsu. Keringat mengucur deras di tubuh Dion yang memerah.
Pantat Desi yang putih montok terlihat oleh Calvin sudah memerah oleh
hajaran selangkangan Dion. Dibalik rasa kasihannya melihat Desi, Calvin
tetap tak mampu menahan birahinya melihat keperkasaan Dion. Sambil
terus mengocok kontolnya sendiri, Calvin membayangkan betapa nikmatnya
celah pantat Desi merasakan gesekan jembut Dion yang lembut itu. Desi
pasti merasakan geli-geli nikmat yang tiada tara. Sama seperti apa yang
dirasakannya tadi, saat disenggamai Dion.
Pacuan genjotan Dion semakin cepat. Suara tepokan terdengar semakin
nyaring. Keringat mengucur deras dari tubuhnya, jatuh ke tubuh Desi yang
menelungkup dibawah. Sepupu Calvin itu terlihat sangat kesakitan
sekaligus keenakan. Matanya terpejam. Jemari tangannya meremas kuat
sprei tempat tidur yang sudah acak-acakan. Bibir bawahnya digigit,
sambil mulutnya mengeluarkan erangan tertahan.
“Ohhh… ohhh… ohhh… goddhhhhhh… i’m cumming… ohhhhhhhhhhh…,” Dion
mengerang. Pantatnya menekan kuat ke buah pantat Desi. Tubuhnya
menggeletar. Mulutnya mencium punggung Desi dalam. Selanjutnya ia
mendengus-dengus bak banteng marah.
Dari tempatnya mengintip, Calvin mempercepat kocokannya. Tak lama
dari lobang kencingnya menyembur sperma dalam beberapa semburan yang
cukup kuat. Muncrat dan menempel di dinding.Nafasnya mendengus-dengus
tertahan. Matanya dipejamkannya kuat-kuat. Tubuhnya terasa ringan.
“Oh… my godhhh…,” desah Calvin mengakhiri semburan spermanya yang
terakhir. Tangannya kemudian meremas-remas batang kontolnya sendiri,
mendorong sisa-sisa spermanya yang masih tertinggal di batang agar
meleleh semua keluar melalui lobang kencingnya.
Matanya yang tadi terpejam dibukanya. Dilihatnya didalam kamar Dion
masih telungkup menindih Desi, nafasnya terengah-engah. Keduanya
terlihat sedemikian lelahnya. Calvin kemudian meninggalkan mereka.
Membiarkan keduanya beristirahat sejenak memulihkan tenaga yang terkuras
habis setelah memacu birahi.
Sebelum kembali ke kamarnya, Calvin iseng menuju kamar kedua orang
tuanya lagi. Dari celah jendela, dilihatnya kedua orang tuanya sedang
berpelukan mesra dan berciuman bibir. Rupanya mereka juga baru saja
menuntaskan pergumulan mereka.
“Gimana mama sayang,” terdengar bisikan sang papa saat bibirnya menggelitik telinga sang mama.
“Papa memang hebat,” jawab mama. “Mama sampe kerepotan juga,”
“Hehehe. Papa gak kalah kan dibandingin Ricky?”
“Pasti papa sayang,”
Lalu keduanya terdiam. Hanya desah nafas mereka yang terengah-engah
saja yang terdengar didalam ruangan kamar. Calvin kemudian berniat untuk
kembali ke kamarnya. Saat kakinya mulai melangkah, tiba-tiba
didengarnya lagi sang mama berbicara perlahan.
“Paaa,” bisik sang mama manja.
“Hmmm..,”
“Boleh gak mama nyobain kontolnya Dion? Kayaknya tuh anak kontolnya oke punya ya pa?”
Jantung Calvin berdegup kencang. Mamanya ada-ada aja deh. Kira-kira
apa jawaban sang papa yah? Calvin menunggu. Sang papa terdiam sejenak.
“Kayaknya sih. Emang mama mau nyobain? Entar kalo Desi tahu gimana dong?”
Hahhhhh??!!!!!! Calvin kaget bukan main, sang papa ternyata tak menolak.
“Jangan sampe ketahuan dong pa,”
“Caranya?”
Selanjutnya sang mama menguraikan rencananya pada sang papa tentang
apa yang akan dilakukannya untuk bisa menikmati Dion. Terburu-buru
Calvin segera meninggalkan kedua orang tuanya yang ternyata gila sex
itu. Kepalanya terasa berkunang-kunang, pusing, tak mempercayai apa yang
barusan didengarnya.
Bersambung...


0 komentar: